Alena membuka pintu ruangan Daven dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali. Lalu dia memutar badannya untuk menghadap Daven,yang terlihat duduk santai di kursi kebesarananya.
"Silahkan duduk Alena! " perintah Daven sambil menunjukkan kursi di depan mejanya.
"Ba-baik Tuan.! " jawab Alena gugup, sambil menarik kursi di depan meja Daven dengan tangan yang gemetaran.
"Aku rasa kamu sudah tahu,alasan kenapa aku memanggilmu ke ruangan ku bukan?! tanya Daven to the point.
"I-iya tuan!" Alena menyahut sambil menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata Daven.
"Sekali lagi aku mau tanya, apakah kamu benar-benar bersedia, dan kamu siap untuk semua persyaratan yang telah aku buat? "
"Aku siap Tuan !" Alena menegaskan dengan penuh keyakinan.
"Baiklah! sekarang kamu tanda tangani surat perjanjian ini, kamu boleh baca dulu, untuk melihat apakah ada point yang memberatkan kamu atau tidak. Kalau ada, kamu boleh mengajukan keberatan.Setelah kamu rasa sudah pas,kamu boleh membubuhkan tanda tangan kamu di situ, dan setelah itu kamu boleh keluar !. Untuk urusan pelunasan ganti rugi, Andrew akan menguruskannya untuk mu "
Alena membaca point demi point dengan teliti.Dia tidak menemukan sama sekali hal yang memberatkannya.Hanya kata perceraian lah yang membuat hatinya sedikit pedih. Karena dari dulu,dia punya impian untuk menikah satu kali saja untuk seumur hidup.
Alena menghela nafasnya dengan cepat, lalu melihat ke arah Daven yang terlihat santai menyenderkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil memutar-mutar kursinya tanpa melepaskan pandangannya dari Alena.
" Maaf Tuan, sebelum aku menanda tanganinya, boleh tidak aku mengajukan satu permintaan? " tanya Alena hati-hati.
"Anda mau minta apa Nona Alena, apa saja yang kamu minta akan aku berikan, selama itu, tidak meminta saya untuk tidak menceraikan anda nantinya, silahkan anda utarakan permintaan anda !"
"Aku tidak mengiginkan apa-apa Tuan. Aku hanya ingin Tuan tidak memberitahukan kepada Ibu panti dan yang lain, alasan aku menikah dengan Tuan, hanya karena ingin membayar ganti rugi. Aku tidak mau mereka merasa bersalah nantinya. " tukas Alena.
"Hanya itu? " Daven mengrenyitkan keningnya, merasa aneh dengan permintaan Alena yang sangat sederhana. Dimana kebanyakan wanita akan meminta sesuatu yang sangat menguntungkan, demi mendapatkan kemewahan, justru Alena lebih memikirkan perasaan orang lain.
"Hanya itu Tuan!" tegas Alena.
"Baiklah kalau begitu ".
Setelah Daven menyanggupi permintaannya, Alena langsung membubuhi tanda tangannya di atas materai, yang sudah ada di kertas perjanjian itu.
"Kalau begitu saya pamit Tuan !" Alena berdiri dan membungkukkan sedikit badannya, memutar badannya, lalu mengayunkan langkahnya menuju pintu keluar setelah mendapat anggukan, dari kepala Daven.
" Oh ya, nanti malam kamu ikut ke rumah saya,untuk aku kenalkan pada Mommy dan Daddy ". Daven sedikit berteriak sebelum tubuh Alena menghilang di balik pintu.
"Baik Tuan! " sahut Alena sambil menutup kembali pintu ruangan Daven dengan rapat.
"Andrew, sekarang kamu urus semua urusan panti dengan pihak perusahaan itu" perintah Daven yang langsung mendapat anggukan dari kepala Andrew.
*******
Daven terlihat tidak bergeming , dia begitu terpukau, melihat Alena yang kini sudah tampil sangat cantik dengan balutan gaun panjang berwarna hijau tosca, yang sangat kontras dengan kulit putihnya.Riasan di wajah Alena juga sangat sederhana, tapi dapat membuat seorang Alena terlihat sangat cantik.
"Tuan...Tuan Daven. Anda kenapa? "Alena mengibas-ngibas kan tangannya ke wajah Daven, berusaha untuk menyadarkan Daven dari keterdiamannya.
Daven,terlonjak kaget setelah mendengar suara Alena yang sedikit menaikkan nada suaranya.
"Bisa tidak kamu berbicara pelan? aku belum tuli jadi tidak usah teriak! " cetus Daven untuk menutupi rasa malunya, sambil berlalu meninggalkan Alena yang sedikit kesusahan mengikuti langkah Daven. Karena sejujurnya ini kali pertama baginya memakai gaun dan sepatu high heels.
" Tadi aku kan udah bicara pelan- pelan? tapi dia gak mendengar. Tapi kenapa dia marah ketika aku bicara agak keras? salah aku apa? dasar manusia batu" Alena mengumpati Daven di dalam hatinya.
Daven, keluar dari mobil dan langsung melangkah pelan memasuki rumahnya. Dia membiarkan Alena membuka pintu mobil sendiri dan mengikutinya masuk, tanpa mengandeng tangan Alena sama sekali. Karena baginya tidak ada gunanya berpura-pura mesra. Karena kedua orangtuanya juga tahu tujuan Daven membawa Alena.
Alena tiada henti mengumpati Daven dari belakang, karena tidak peka akan kondisi Alena yang sangat kesusahan berjalan.
Harold dan Ellen yang sudah dikabarkan sebelumnya oleh Daven, sangat antusias untuk melihat sosok wanita yang akan dinikahi putranya walaupun untuk sementara.
Ellen sangat senang begitu pertama kali melihat Alena.Dia bisa melihat aura positif yang memancar dari wajah cantik Alena.
"Hai sayang, cantik sekali kamu. " puji Ellen sambil memeluk calon menantu sementaranya itu.
" Terima kasih Nyonya. " sahut Alena dengan sungkan.
"Gak usah panggil Nyonya, panggil saja Mommy sama kaya Daven.Kamu kan calon menantu mommy" ujar Ellen yang mendapat tatapan tidak senang dari Daven.
"Emmm, tapi Nyo.."
"Mommy bukan Nyonya !" tegas Ellen tidak memperdulikan tatapan tidak senang dari putranya.
Daven mendengus kesal, melihat reaksi Mommynya yang sama sekali tidak memperdulikan tatapannya.Daven melangkah masuk dan langsung menuju meja makan, yang terlihat sudah penuh dengan makanan lezat untuk makan malam.
" Mari nak Alena, kita langsung ke meja makan aja.kita lanjutkan obrolan kita disana" ujar Harold yang juga entah kenapa menyukai Alena.
" Baik Tuan" ! sahut Alena sopan.
"Kalau istri saya kamu panggil Mommy, kamu juga harus memanggil aku Daddy" ujar Harold yang membuat Alena terharu, dan merasa dihargai. Padahal sepanjang jalan, perasaan Alena sangat kacau. Dia takut kalau orangtua Daven tidak menyukainya dan memandang sinis padanya.
"Syukurlah...setidaknya masih ada yang memandang aku manusia di rumah ini. " batin Alena.
"Udah ngobrolnya dilanjut nanti saja. Nanti singa yang di dalam akan mengaum marah." Ellen menarik tangan Alena untuk mengikutinya kemeja makan.
Harold mengukuti istrinya dan Alena sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan istrinya yang menyamakan Daven dengan singa.
Sebenarnya hal yang membuat Harold da Ellen menyukai Alena adalah ketika mendengar dari Andrew, alasan Alena bersedia menikah dengan Daven putra mereka. Ellen bahkan berharap kalau nantinya Daven memikirkan kembali untuk tidak menceraikan Alena.
"Apakah jarak dari depan sampai ke meja makan, ber-kilo- kilo meter panjangnya, sehingga kalian membutuhkan waktu yang lama untuk bisa sampai di sini? " sindir Daven dengan wajah yang sudah ditekuk karena bosan menunggu.
" Iya sayang, maaf ya, ban mobil kami tadi bocor, makanya harus ganti ban dulu dijalan baru bisa jalan kesini " ucap Ellen membalas sindiran Daven.
Daven mendengus kesal,mendengar jawaban mommynya.Sedangkan Alena berusaha untuk menahan tawanya melihat ekspresi Daven yang mati kutu di depan Mommy Ellen.
Tbc
Jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya gais. Please like, vote dan komen.
Sambil menunggu novel ini up, silahkan mampir di karya author satunya lagi.judulnya You Are My Destiny. Klik aja profile aku, dan readers akan langsung dibimbing ke karyaku itu. Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Andi Fitri
menarik lanjut
2023-11-26
0
Nenk Khanaya
visualny dnk thor
2021-06-08
1
Fatma Kodja
andai hari itu sopir taksi datang ke kantor dan bertemu Alena pasti daven akan tahu kalau sebenarnya Alena yang menolong waktu itu
2021-06-07
1