Setelah mereka selesai menikmati sarapan di hotel, Daven mengajak Alena ke sebuah rumah yang tidak terlali besar.Meskipun rumah itu tidak sebesar mansion keluarga Murpy, tapi rumah ini juga tidak boleh di sepelekan mengenai kemewahannya.
Alena memandang takjub interior rumah baru itu. Dari tadi matanya tidak berhenti berkedip sambil mengitari sekeling ruangan di dalam rumah itu.Ya.. Daven lebih memilih tinggal terpisah dari kedua orangtuanya.Dia tidak mau Mommynya, membuat kehebohan setiap hari.
"Apakah kamu akan terus-terusan berada di situ kaya orang bodoh?! " celetuk Daven dari atas tangga,pada Alena yang masih saja dalam diam dalam kagumnya memandang isi rumah yang akan ditempatinnya bersama Daven.
Alena memcebikkan bibirnya, dan menapakkan kakinya di anak tangga lalu menyusul Daven untuk naik ke atas.
"Dasar egois, gak bisa lihat orang senang! " Alena menggerutu dalam hatinya.
"Mulai sekarang biasakan jangan menggerutu dalam hati lagi! langsung aja keluarkan umpatan kamu di depanku! " sindir Daven,sambil menatap dingin ke arah Alena yang seketika berhenti melangkahkan kakinya.
Alena menelan ludahnya sendiri dan sontak menundukkan kepalanya, tidak berani membalas tatapan dingin dari Daven.
"Si-siapa yang mengerutu tuan, aku cuma..."
" Jangan bilang, kalau kali ini kamu lagi olahraga bibir! Kalau olahraga mata, buat mata lebih terang, kalau olahraga bibir buat apa?" sergah Daven sebelum Alena melanjutkan omongannya.
" Latihan agar pintar berciuman tuan! " Alena menutup mulutnya sendiri karena sudah keceplosan.
Daven, membulatkan kedua matanya,tercengang mendengar ucapan Alena yang impulsif.
"Kamu latihan ciuman buat apa? Kamu nggak lagi mengharapkan, kalau aku menciummu kan? jangan mimpi kamu ya ! ucap Daven seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.Karena tanpa sadar, hatinya langsung panas dingin, hanya dengan mendengar kata ciuman saja.Untuk sejenak pikirannya langsung traveling membayangkan bibir milik Alena sedang dilumatnya habis-habisan.
"Aku juga tidak mau mengorbankan bibir perawanku buat mu tuan sombong! " umpat Alena lagi.
"Sudah aku bilang, jangan biasakan berbicara di dalam hati! "
"Hah, apakah dia seorang cenayang? kok dia bisa tahu kalau aku lagi bicara dalam hati" Alena bertanya-tanya dalam hati sambil mengerutkan keningnya.
"Hei, kenapa kamu masih melamun disana?" Jangan bilang lagi, kalau kamu lagi latihan jadi patung! Ayo naik ke atas! " Daven kembali menapaki anak tangga menuju ke atas disusul oleh Alena sedikit berlari.
Daven membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam, hampir saja kepala Alena terbentur ke pintu, karena Daven yang hendak menutup pintu itu kembali.
"Ngapain kamu ikut masuk? " tanya Daven dengan sorot mata yang sangat dingin.
"Eh, jadi aku harus kemana tuan?"
" Jangan-jangan kamu lagi berpikir kalau kita akan tidur dalam satu kamar? Jangan mimpi! karena itu tidak akan pernah terjadi.Kamar kamu disebelah sana.Sekarang kamu keluar dari sini " usir Daven seraya mendorong tubuh Alena keluar,lalu menutup pintu tanpa menguncinya sama sekali.
Alena menjulurkan lidahnya ke arah kamar Daven yang pintunya sudah tertutup dengan sempurna.Lalu mengepalkan tangan kanannya dan membuat gerakan ingin menggeplak Daven.
Setelah puas dengan aksi tinju -meninju dan tendang- menendang angin di depan kamar Daven, Alena melangkah menghampiri pintu sebelah kamar Daven, yang masib tertutup.
Dia membuka perlahan pintu yang akan menjadi kamarnya,lalu masuk dan tidak lupa untuk menguncinya kembali.
Alena begitu kagum melihat dekorasi kamarnya yang di dominasi dengan warna nude kesukaannya.ranjang besar dan empuk serta balkon yang menyajikan pemandangan yang yang indah.
Alena menyingkap gorden agar cahaya dapat masuk ke ruangan kamarnya.Lalu dia melangkah masuk ke dalam kamar mandi, yang lengkap dengan Bathtub, dan shower serta alat-alat mandi yang lengkap.
Setelah memeriksa isi kamar mandi, Alena masuk ke ruang walk in closet dan membuka lemari pakaian besar itu.Sekali lagi mulut Alena terbuka melihat pakaian-pakaina yang sudah berjejer rapi.
Untuk hal ini , Alena mengakui kalau Daven tidak sekejam yang dipikirkannya. Walaupun dia hanya merupakan istri sementara, setidaknya Daven masih menganggapnya manusia. Tiba- tiba raut wajah Alena berubah sedih, mengingat kalau semua ini hanya sementara. Dia tidak tahu sampai kapan dia menjadi istri Daven. " Seandainya besok Daven sudah berhasil menemukan wanita itu, apakah Daven akan menceraikanku saat itu juga? Kalau itu terjadi, alasan apa yang akan ku katakan sama ibu panti? " batin Alena dengan air mata yang sudah merembes di pipinya.
******
Setelah dirasa cukup mengistirahatkan tubuhnya, Alena berniat keluar dan turun untuk menyiapkan makan siang. Alena keluar dari kamarnya, melirik sekejap ke arah kamar Daven yang pintunya masih tertutup.
Sesampainya didapur Alena membuka lemari pendingin dan melihat ada berbagai bahan makanan di dalamnya. Alena mengambil beberapa bahan untuk dimasak.Dia berancana untuk memasak pie daging untuk makan siang.
Setelah selesai dengan kegiatannya, alena naik keatas,memanggil Daven untuk makan siang.Alena mengetuk pintu kamar Daven berkali-kali. Tapi , tidak mendapat respon dari Daven. Alena akhirnya membuka pintu perlahan-lahan, lalu masuk kedalam dengan hati-hati.Aroma maskulin langsung menyeruak menyapa hidung Alena.
"Tuan Daven, tuan ... makan siangnya sudah siap tuan. " Alena masih berusaha untuk memanggil.Tapi tetap tidak ada jawaban.
Alena melihat ranjang Daven yang kosong dan masih terlihat rapi seperti tidak pernah ada orang yang berrbaring di sana sebelumnya.
" Tuan Daven kemana ya? Apakah dia sudah pergi keluar? Tapi kok gak pamit ya? " batin Alena sambil mengerucutkan bibirnya.
"Eh, aku kan hanya istri sementara? ngapain dia harus pamit kalau mau pergi? " Alena menghela nafasnya cepat, lalu memutar badannya untuk keluar dari kamar Daven.
"Aaaaaaaaaa" Alena refleks menutup matanya,ketika Daven tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengah hanya berbalut handuk dipinggangnya. Ternyata setelah Daven masuk kedalam kamar tadi, Daven langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam merilekskan hasratnya, yang sempat muncul ketika di anak tangga tadi. tanpa sadar Daven tertidur dan terbangun ketika merasakan dingin yang amat sangat di tubuhnya.
"Hei, siapa suruh kamu kamu masuk ke kamar ku hah?! Kamu mau memperkosaku ya? " bentak Daven dengan intonasi suara yang sangat keras.
"A-aku cuma mau memanggil anda untuk makan siang tuan!. Ucap Alena gemetaran seraya menundukkan wajahnya karena malu melihat tubuh Daven.
"KELUAAAR!
Alena terjengkit kaget mendengar gelegar suara Daven. Dengan cepat dia berlari ke arah pintu lalu turun kembali kebawah.
15 Menit kemudian Devan terlihat menuruni anak tangga dengan kemeja berwarna dongker yang membalut tubuh atletisnya.Sepertinya dia akan keluar hari ini.
Daven menghampiri Alena dengan sorot mata yang sangat tajam menghujam jantung.
"Dengar, semua makanan di rumah ini buat kamu saja.Kamu tidak usah dan jangan pernah memasak untukku. Karena aku tidak akan penah mau makan masakanmu. Cam kan itu!. Satu lagi, jangan pernah masuk ke dalam kamar ku tanpa se izinku. Mengerti ! " bentak Daven membuat Alena beringsut mundur ketakutan.
"Jangan melewati batasanmu Alena!
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Nenk Khanaya
kasian ma alena,,,mga cpat trungkap kbnarannya.
2021-06-08
0
Perjuangan cinta Tuan Muda
sukaa critamu thor. 5 jempol lg utkmu. semangat upnya. salam dr Asisten Pribadi Tuan Muda.
2021-04-30
0
Umi Asmarani
hadir bawa like...
2021-03-21
0