Bulan dan bintang kini sudah mengucapkan selamat tinggal buat alam semesta. Berganti dengan mentari yang kini sudah mulai keluar dari peraduannya.Walaupun, sang raja dalam tata surya itu, masih terlihat malu-malu untuk memancarkan cahayanya.
Daven mengerjap-ngerjabkan kedua matanya,dan menguceknya secara perlahan, untuk memberikan sedikit kenyamanan pada matanya,yang terasa silau dengan cahaya yang masuk membias ke seluruh ruangan, melalui tirai tipis berwarna putih.
Rasa pusing yang dirasakan oleh Daven,berangsur-angsur mulai berkurang.Daven melihat keadaan ruangannya kini sudah berbeda dari sebelumnya.Ya .... Daven sudah dipindah ke ruangan perawatan VVIP atas permintaan Harold Daddynya.
Ada sebuah harapan yang terselip di dalam hatinya.Daven berharap, hari ini dia akan bisa bertemu dengan Dokter Hans yang menanganinya.Karena dokter Hans adalah satu-satunya kunci yang mengetahui sosok wanita yang telah menolongnya.
Jam kini sudah menunjukkan pukul 7 lewat 30 menit.Suara derap langkah sepatu yang terburu-buru samar-samar terdengar oleh telinga Daven.Daven yakin kalau tujuan pemilik langkah itu, adalah ruangan tempat dimana dia berada.
Suara berdecit pintu yang dibuka oleh seseorang dengan perlahan,mengalihkan pandangan Daven ke arah pintu,dan dia melihat kepala asisten pribadinya Andrew menyembul dari luar,seakan memastikan apakah benar ruangan ini adalah ruangan yang dia tuju.
"Masuk Drew! pagi sekali kamu?" ucap Daven santai.Tapi bagi Andrew ucapan Daven itu seperti sindiran,karena baru bisa datang untuk menjenguk tuannya.
" Ma-maaf tuan Daven, kemarin aku tertidur dan baru terbangun pukul 6 pagi tadi.Jadi, aku baru mengetahui kejadian yang menimpa anda " Andrew berucap sedikit menundukkan wajahnya,karena tidak berani untuk menatap manik mata Daven.
"Tidak apa-apa Drew! Aku tidak mempermasalahkan soal itu. Aku juga maklum kalau kamu juga sangat lelah." Daven menyunggingkan senyuman,yang terlihat seperti seringai tipis dari Daven.
"Terimakasih tuan." Andrew menundukkan setengan badannya.
" Kamu tidak usah terlalu formal Drew! Ini bukan kantor. Dan apakah kamu tidak lelah berdiri di sana? Kamu boleh duduk di sofa sebelah sana" menunjuk ke arah sofa yang berwarna coklat muda disebelah kiri ranjang Daven.
Andrew mengikuti arah yang ditunjuk oleh Daven, lalu dia mengayunkan langkahnya menuju sofa.Tapi tiba-tiba dia mengurungkan langkahnya dan kembali mendekat ke arah Devan.
"Kenapa kamu kembali lagi?, Apakah kamu mau berdiri saja,sampai kaki kamu patah dengan sendirinya?" cetus Daven sambil memicingkan kedua matanya.
"Hemm," menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.Bingung mau ngomong apa.
"Bu-bukan begitu tuan. Tapi,tuan Harold dan nyonya sedang tidur di balik tirai itu, dan mereka sedang berpelukan.Aku jadi segan tuan." Wajah Andrew terlihat seperti terbakar api, memerah.
"Pfttt" Deven berusaha menahan diri untuk tidak tertawa.
"Kalau mau tertawa,ya tertawalah, tidak usah harus ditahan" umpat Andrew, yang tentunya hanya didalam hati saja.Karena dia tidak seberani itu.
"Ya udah, kamu duduk di kursi kecil itu saja"tunjuk Daven kearah kursi dekat kasurnya.
"Terima kasih tuan! " Andrew mendaratkan tubuhnya untuk duduk di kursi kecil yang ditunjuk oleh Daven.
*****
15 menit berselang, Dokter Hans,dokter yang menangani Daven kemarin,masuk bersama 1 orang perawat.Dan disaat bersamaan pula,Harold dan Ellen bangun dari tidur mereka.
"Selamat pagi,tuan Daven.Perkenalkan aku Dokter Hans, dokter yang menangani anda kemarin.Bagaimana perasaannya tuan?" Dokter Hans berusaha untuk beramah tamah seperti dokter pada umumnya.Tapi raut wajahnya terlihat sedikit gugup.Apa kah dia gugup karena sedang berhadapan dengan Daven atau karena hal lain? hanya dirinya lah yang tahu.
" Dokter tenang saja! Aku baik-baik saja.Terima kasih, karena kemarin sudah bertindak cepat untuk untuk melakukan pertolongan"
"itu sudah menjadi tanggung jawab kami tuan sebagai seorang dokter.Permisi tua,aku mau melakukan pemeriksaan sedikit" Dokter Hans mengayunkan kakinya menghampiri Daven untuk melakukan serangkaina pemeriksaan.
"Dok! Apakah aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Daven,sambil menatap dokter Hans.
"Bo-boleh tuan. Apa yang mau anda tanyakan? Dokter Hans terlihat sedikit gugup untuk menanggapi pertanyaan Daven.Sepertinya Dia bisa menebak apa yang hendak ditanyakan oleh Daven.
"Dok, apakah anda mengenal wanita yang telah menolongku kemarin?"
Dokter Hans meneguk ludahnya sendiri. Yang ditanyakan oleh Daven sesuai dengan apa yang sedang dipikirkannya dari tadi.
"Hemm, Maaf tuan aku sebenarnya tidak mengenalnya.Tapi aku tahu dimana keberadaannya." sahut dokter Hans pelan tanpa mau membalas tatapan mata tajam Daven.
Daven terlonjak kaget,demikian juga dengan Harold dan Ellen.Satu-satunya orang yang bingung hanya Andrew.Tapi dia bisa melihat ada secercah kebahagiaan yang tersemat di wajah Daven dan kedua orang tuanya.
"Iya tuan.Sebenarnya wanita itu sedang ada di luar sekarang.Katanya dia datang untuk memastikan keadaan anda.Tapi maaf tuan,tadi saya tidak mengizinkannya untuk masuk,karena aku tidak mau membuat anda marah." tukas dokter Hans yang masih tetap tidak mau menatap mata Daven.
Kedua netra Daven, berkilat-kilat menahan marah, karena dokter Hans melarang wanita yang telah menyelamatkanya untuk masuk.
"Kenapa aku harus marah? justru dari tadi malam aku mencarinya.Aku tidak seburuk yang anda duga dokter Hans.Aku masih manusia yang tahu balas budi."cetus Daven menghunuskan pandangannya ke arah dokter Hans yang sedang menundukkan kepalanya.
"Udahlah sayang, dokter Hans tidak sengaja melakukannya" Ellen mengalihkan pandanganya ke arah dokter Hans dan menepuk pundaknya dengan lembut.
" Dok, bolehkah anda panggilkan wanita itu untuk masuk?! "
"Baik nyonya" Dokter Hans menggerakan ekor matanya,melirik kearah perawat yang mendampinginya,untuk segera memanggil wanita yang dimaksud.
Perawat itu, langsung paham dengan lirikan mata dokter Hans. Dia memutar badannya dan beranjak menuju pintu untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh dokter Hans yaitu menyuruh wanita yang menunggu di depan untuk masuk.
Jantung Daven berdetak kencang, merasa sedikit gugup untuk bertemu dengan penolongnya, yang secara tidak langsung akan menjadi teman hidupnya kelak seperti yang telah dijanjikannya semalam.
"Itu dia orangnya tuan." tunjuk dokter Hans ke arah seorang wanita yang masuk bersama dengan perawat tadi.
Semua mata menoleh ke arah pintu yang baru saja dimasuki oleh seorang wanita cantik,yang terlihat elegan memakai gaun berwana kuning gading,dengan berbagai aksesoris mahal yang menempel di tubuhnya.
Di lengannya tampak ada kain kasa yang menempel, sebagai tanda kalau dia benar-benar baru diambil darahnya.
Harold dan Ellen terlihat bahagia dengan kedatangan wanita muda yang cantik itu.Mereka tidak menyangka kalau mereka akan mendapatkan menantu yang sangat cantik. Tapi kebahagiaan yang terpancar di wajah Harold dan Ellen,tidak tampak di wajah Daven.Daven merasa ada kejanggalan dengan penampilan wanita yang ada di depannya dengan penampilan wanita yang telah menyelamatkannya kemarin.
"Apakah wanita ini benar-benar orang yang telah menyelamatkan ku kemarin?"
TBC
Please dukung saya dengan tap like,vote dan komen.Jangan lupa untuk Tap. sign ❤️ untuk memfavorite kan novel ini.Supaya tidak ketinggalan untuk notifikasi bila sudah up.Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
𝑽𝒆𝒂𝒏 𝑽𝒆𝒓𝒐𝒏𝒊𝒌𝒂
nih dokter kayaknya bekerja sama dengan wanita siluman yg ngaku2 nolong Daven,,
2021-08-22
0
Umi Fathan
pasti yg nguping itu
2021-06-10
0
Nenk Khanaya
ko seakan" dktr hans menyembunyikan seewatu
2021-06-08
0