Hari yang sudah ditentukan sudah tiba.Hari ini pernikahan antara Daven dan Alena dilaksanakan dengan meriah.Para karyawan banyak yang tidak mengenali Alena, karena Alena kali ini tampil sangat berbeda dari biasanya.
Orang yang terlihat sangat bahagia adalah Ellen dan ibu panti serta penghuni panti lainnya. Ibu panti tidak pernah menduga,bahwa anak perempuan yang ditemukannya di jalanan bisa bersanding dengan seorang Daven Alexander Murpy.
Ya ...., sesuai kesepakatan antara Daven dan Alena, Daven mengatakan kalau dia menikahi Alena, karena dia sangat mencintai Alena kepada ibu panti.
Acara demi acara berlangsung dengan lancar tanpa adanya kendala.Satu-satunya kendala adalah ketidak-fokusan Daven sepanjang acara berlangsung, karena terpesona dengan kecantikan Alena.
Banyak pria-pria yang memuji kecantikan yang dimiliki Alena.Hal itu membuat hati Daven panas saat mendengarnya. Daven bingung dengan perasaannya,kenapa dia begitu marah dan tidak suka ketika pria lain memuji kecantikan wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya itu.
" Ini tidak bisa dibiarkan. Wanita ini sangat berbahaya kalau lama-lama berada di dekatku! bisa-bisa aku melupakan janjiku nantinya. " batin Daven sedikit kesal pada dirinya sendiri.
*******
Alena masuk ke kamar pengantin, sendirian. Sedangkan Daven, dia tidak tahu kemana pria yang telah menjadi suaminya itu pergi. Alena masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan dirinya. Beruntung gaun pengantinnya, tidak terlalu susah untuk dibuka. Sehingga tidak perlu ada drama- drama buka membuka, gaun pengantin yang sulit untuk dibuka.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Alena membalutkan tubuhnya dengan piyama panjang miliknya.Lalu dia keluar dari kamar mandi,dan dia tetap tidak menemukan Daven di ruangan itu.
" Hmm, sepertinya tuan Daven tidak kembali. syukur deh , aku bisa istirahat dengan tenang" gumam Alena,sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Karena kelelahan,tidak menunggu lama suara dengkuran halus dengan nafas yang teratur Alena, terdengar mengisi kesunyian kamar pengantin itu. Tidak ada terdengar teriakan dan desahan seperti malam pertama pada umumnya.
Sementara itu, Daven memang tidak punya niat untuk masuk ke kamar pengantin. Dia khawatir kalau nantinya sekamar dengan Alena, dia bisa saja khilaf untuk menyentuh tubuh Alena.Bagaimana pun dia adalah pria normal.
Daven memerintahkan Andrew untuk membooking kamar hotel satu lagi atas nama Andrew bukan atas namanya,untuk menghindari kecurigaan dan tanda tanya dari pihak hotel.
*******
Sinar mentari, tampak membias masuk dari celah gorden tipis berwarna putih. Cahaya mentari itu membuat Alena menggeliat dan mengerjap-erjapkan matanya, lalu mengucek-ngucek matanya pelan, untuk menyesuaikan cahaya yang baru saja tertangkap oleh kedua pupil matanya.
Alena mengitari pandangannya ke seluruh ruangan.Dia bingung dimana dia sekarang. Tapi, begitu dia mengingat kalau dia sekarang sudah jadi seorang istri, dia langsung menghela nafasnya dengan keras.
Alena melihat, kalau Daven benar-benar tidak kembali semalam.Ada perasaan sedih yang timbul di hatinya. Dia merasa nasibnya sangat miris. Alena sedih, karena pada malam pertamanya menjadi seorang istri,tidak sesuai dengan apa yang diimpikannya selama ini. Justru dia mengahabiskan malam pertamanya sendirian, dan suaminya pergi entah kemana.
Alena melangkah kedalam kamar mandi, untuk melakukan ritual paginya yaitu mandi dan menggosok giginnya.
Setelah selesai, Alena melilitkan handuk ke tubuhnya. Panjang handuk ini di atas lutut, bahkan boleh dibilang sangat pendek, sehingga hanya bisa menutupi bagian atas sampai ke pangkal paha aja.
Alena keluar dari kamar mandi, dengan santai, melewati ranjang, menuju lemari, untuk mengambil pakaian gantinya. Alena tidak menyadari kalau Daven sudah duduk di atas ranjang, menunggu Alena untuk mengajaknya segera Check out.
Daven meneguk ludahnya berkali-kali melihat kaki jenjang Alena yang telanjang serta lehernya yang terbuka. Karena rambut Alena kini digelungnya sampai ke atas.
Alena terlihat menjatuhkan handuknya di lantai.Sehingga kini tubuhnya polos, tanpa sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya. Dengan santai Alena memasang benda seperti kaca mata untuk menutup benda kenyal di dadanya, Lalu beralih memakai benda, yang bentuknya seperti segitiga untuk menutup harta yang paling berharga milik Alena.
Semua gerakan tubuh Alena, membuat Daven, panas dingin.Ada sesuatu yang menggeliat di bawah sana ketika melihat hamparan pemandangan indah dihadapannya. Dimana ada pegunungan , dan hamparan sawah dibawahnya, yang sudah siap untuk di tanam.
Alena memutar badannya,setelah selesai berpakaian dengan sempuran. Dia terlonjak kaget dengan mulut yang menganga, melihat keberadaan Daven yang duduk ,dengan santai di atas ranjang.
"Tu-tuan Daven! Sejak kapan tuan ada disini ?.Bu-bukannya tuan tidak ada disini sebelumnya? " tanya Alena gugup sekaligus malu sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
" Hmm, aku sudah ada disini, sejak kamu keluar dari kamar mandi, dan dengan santai berganti pakaian di sana? " ucap Daven santai dengan raut wajah seperti tidak terjadi apa-apa.
Kedua mata Alena membesar dengan sempurna mendengar penuturan Daven.Wajah Alena kini sudah berubah warna menjadi sangat merah seperti kepiting rebus.
"Ta-tapi kenapa tu-tuan diam saja ? Tuan sengaja ya, biar bisa dengan leluasa melihat tubuhku? " Alena menghunuskan matanya kearah Daven. Entah dari mana Alena memiliki keberanian melakukan itu.
" Hei ! berani sekali kamu melotot padaku? hah?!.Kamu sudah bosan hidup?! " Daven berucap dengan menaikkan nada suaranya.
Alena terjengkit kaget mendengar bentakan Daven. Wajah Alena seketika berubah pucat, melihat sorot mata Daven yang sangat tajam, seperti hendak memakannya hidup-hidup.
" Hmm, emang siapa yang melotot? tadi aku cuma olahraga mata, agar pandangan ku semakin jelas. nih lihat ! " Alena membesarkan bola mata lalu memutar-mutarnya di depan Daven.Hingga membuat Alena terlihat menggemaskan, tapi Daven berusaha untuk menyangkalnya.
Daven segera mengalihkan pandangannya,untuk menghindari pesona Alena yang makin kesini ,makin menggoyahkan pikirannya.
"Sekarang kamu bersiap-siap.Kita pulang sekarang ! " tegas Daven tanpa memandang Alena sama sekali.
"Baik tuan!" sahut Alena.
"Oh ya satu lagi yang harus kamu ingat. Kamu berjalan berlenggak-lenggok tanpa pakaian sekalipun di hadapanku, aku tidak akan berselera pada tubuhmu.Cam kan itu!"
Alena memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Daven.
" Kalau kamu gak selera, berarti kenormalanmu perlu dipertanyakan tuan" Ucap Alena, tapi tentu saja dia hanya berani mengucapkannya di dalam hati saja.
"Tapi masa iya sih, dia tidak selera sama sekali? " batin Elena,sambil meletakkan kedua tangannya di atas benda kenyal di dadanya.
"cukup besar kok " batin Alena lagi.
Daven menarik ekor matanya, melirik tingkah Alena.Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat,menampilkan,seulas senyuman disana.
" Tuan aku udah siap! apakah kita akan pulang sekarang? "
"Iya! Ayo, berangkat sekarang! " Daven melangkahkan kakinya menuju pintu disusul oleh Alena di belakangnya.
"Tuan ,Apa kita tidak sarapan dulu? Aku lapar "
TBC
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak gais. Thank you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir😍
2021-03-20
0