Part 16: Feeling

Benar atau salah hanya dibatasi benang tipis, sampai-sampi tersamarkan itu benar atau salah. Dan mengandalkan perasaan juga terkadang dapat menimbulkan sebuah penyesalan yang diawali dengan pengandaian, seandainya ini dan itu dan berakhir kembali pada kata menyesal.

 ...

Drttttt….drrrrtttt…..

Ponsel Alice berbunyi dan membuat Alice meraba-raba nakas kecil yang ada di samping tempat tidurnya, dan ia mengangkat tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

“Alicia Serenity, kemana wajahmu hah???” itu bukan panggilan telpon biasa tetapi video call dari Chelsea.

“Astaga Chels, kenapa kau melakukan video call pagi sekali?” tanya Alice dengan malas menatap layar ponselnya dan tidak sempat ia menghindar Chelsea sudah memekik terkejut melihat wajah Alice, Alice melupakan jika wajahnya memar.

“ALLLL……APA YANG TERJADI PADAMU????”

“Chelsea tenanglah, aku tidak apa-apa!” Alice berusaha menutupi wajahnya.

“Ceritakan padaku sekarang sebelum ku seret kau pulang ke Midle,” Chelsea mengancam Alice.

“Ini hasil perbuatan ayahku Felix dan kau tau dia…ah…bukan dia tapi mereka ternyata bukan orang tuaku…mereka bukan keluargaku…aku…aku sendiri Chels… aku tidak punya siapa-siapa… aku….” Alice tidak dapat melanjutkan kata-katanya, ia hanya terisak meratapi kehidupannya yang terbuang.

Chelsea hanya diam, ia memberikan waktu pada Alice mengeluarkan sakit hatinya.

“Al, apakah kau mendengarku?” tanya Chelsea yang hanya diangguki oleh Alice.

“Hari ini juga aku akan ke Nara, kau tunggulah.” Tanpa menunggu jawaban dari Alice, Chelsea mengakhiri panggilannya.

Alice tidak tau lagi akan berkata apa, dia hanya terpana dengan tindakan Chelsea, namun ia bersyukur memiliki sahabat seperti Chelsea.

Saat Alice melihat jam yang ada di atas nakasnya ia terkejut karena sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Alice segera mandi dan menyiapkan sarapan karena selama tiga hari ke depan ia harus rutin minum obat yang sudah diberikan dokter padanya.

Alice yang sedang menyiapkan sarapan dikejutkan oleh pintu apartemennya yang dibuka oleh seseorang, dan itu adalah Alvern.

“Sepertinya aku harus mengganti pasword pintu itu,” ucap Alice perlahan saat Alvern sudah berjalan mendekat ke arahnya.

“Sebanyak apapun kau ganti aku pasti bisa membukanya,” sahut Alvern yang mendengar jelas gumaman Alice.

Alice hanya menyeringai saat mendengar ucapan Alvern. Saat Alice berbalik ingin mengambil sendok di meja makan ia berhadapan langsung dengan tubuh Alvern yang sejak tadi sudah berdiri di belakangnya tanpa disadarinya.

“Kau selalu seperti ini Al, selalu membuatku kaget. Bagaimana jika aku memegang pisau, kau pasti akan terluka dan aku akan hmmmmmpppp….” Alvern sudah menutup bibir Alice dengan bibirnya.

Ciuman singkat Alvern membuat tubuh Alice kaku dan semua yang ada di otaknya tiba-tiba menghilang entah kemana.

“Selamat pagi Alicia, bagaimana kabarmu!?” ucap Alvern perlahan dekat dengan wajah Alice dan Alvern memejamkan matanya sesaat untuk menghirup dalam-dalam aroma tubuh Alice yang selalu dapat membuatnya terhanyut.

“Wangimu selalu menyegarkan pikiranku Alicia,” gumam Alvern perlahan dan dengan dingkat mengecup kening Alice.

“Duduklah dulu, biar aku yang menyiapkan sarapan untukmu,” kata Alvern seraya menuntun Alice untuk duduk di meja makan kecil karena Alice masih dalam keadaan kaku dan tatapan yang kosong.

Melihat sikap Alice, Alvern menyeringai karena membuat Alice kesal . Setelah mereka berdua selesai sarapan dimana Alice hanya sesekali menanggapi pertanyaan Alvern. Alice hanya bingung melihat tingkah polah Alvern tidak seperti biasanya.

“Kenapa kau kemari Al, dan apa maksud sperti tadi? Jika kau mengira aku wanita murahan yang dengan mudahnya melemparkan diri padamu kau sangat salah. Dan ku harap itu tindakanmu yang terakhir Al,” tegas Alice pada Alvern, karena Alice masih sangat mengingat saat ia bertanya tentang perhatian Alvern padanya beberapa waktu yang lalu.

“Jika aku menginginkan kau jadi kekasihku, apakah kau mau Alicia?”  Alvern berbicara sambil memindahkan omelet telur beserta sosis ke sebuah piring makan.

“Tidak!! Belum jadi kekasihmu saja wajahku sudah memiliki diberi gradasi warna seperti ini, apalagi jika aku benar-benar jadi kekasihmu, bisa-bisa nyawaku taruhannya,” ucapan Alice menyadarkan Alvern dalam sekejab dan ia segera berdiri.

“Aku harus pergi, jaga dirimu Alicia, hubungi aku atau Joe jika kau memerlukan sesuatu,” ucap Alvern kemudian pergi meninggalkan Alice dengan tanda tanya besar di kepalanya.

“Ada apa dengannya? Apakah aku salah bicara? Ah sudahlah, jika Alvern di sini tidak baik untuk kesehatan jantungku,” ucap Alice pada dirinya sendiri.

Dan Alice walaupun ia berkata tidak mengharapkan kehadiran Alvern namun di sudut hatinya ia merasa kosong karena sudah terbiasa dengan hadirnya Alvern di beberapa hari terakhir. Alice tanpa sadar menyentuh bibir dan keningnya karena mengingat kembali ciuman yang Alvern berikan.

Sedangkan Alvern seperti menjadi orang lain jika berada di dekat Alice, entah kenapa ia menginginkan Alice tidak hanya sebagai orang yang bekerja untuknya tapi ia ingin Alice jadi miliknya…seutuhnya. Dan untuk itu Alvern harus memastikan jika Barbara tidak menyentuh Alice, sekarang Alvern sangat menyesal telah meembuat Alice masuk dalam target Barbara.

“Joe, pastikan keamanan apartemen Alicia dan tambahkan orang-orang kita di lapangan tempat proyek berlangsung,”perintah Alvern pada asistennya saat mereka dalam perjalanan ke bandara.

“Siap laksanakan tuan!” jawab joe singkat dan terlihat Joe mengirimkan pesan pada beberapa anak buahnya utnuk mengikuti perintah Alvern.

*****

Setelah sarapan dan meminum obatnya Alice hanya berbaring di tempat tidurnya karena masih merasa nyeri diwajahnya dan juga mengantuk. Tak memerlukan waktu lama Alice terlelap karena efek dari obat nyeri yang diberikan dokter untuknya.

Alice dikejutkan dengan bunyi bel apartemennya yang tak berhenti di tekan oleh seseorang, dan saat ia melihat jam di atas nakasnya waktu menunjukkan pukul satu siang.

“Astaga aku tertidur seperti orang mati, dan bel sialan siapa yang menekannya?” decak Alice kesal karena terbangun secara tiba-tiba.

Alice keluar dari kamarnya dan perlahan berjalan ke pintu apartemennya, ia melihat dari layar monitor kecil di dekat pintunya dan ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Segera Alice membuka pintu dan berseru nyaring.

“CHELSEAAAAA!!! KAU DATANG!!!” Alice langsung menghambur ke pelukan Chelseasesaat setelah membuka pintu apartemennya.

“Astaga Al, kau akan membuat kita terluka jika seperti itu!” ucap Chelsea yang hampir terjatuh karena perbuatan Alice.

“Maaf…masuklah Chels, ku harap kau membawa makanan karena aku tidak menyediakan apa,” ucap Alice seraya kembali menutup pintu apartemennya.

“Duduklah Al, waktuku tidak banyak di sini. Nanti malam aku akan kembali karena besok aku harus menemani tuan Ramzes ke acara peresmian cabang dari perusahaan Smith. Pukul tujuh nanti penerbanganku dan aku hanya membawa ini,” kata Chelsea seraya mengangkat paper bag yang berisi hamburger dan ayam crispy kesukaan Alice.

“Kau yang terbaik Chels,” Alice segera ke dapur mugilnya mengambil beberapa alat makan dan air putih dingin. Alice memang hanya bisa minum air putih karena penyakit lambungnya tergolong parah, jika ia minum air soda atau yang lainnya maka lambungnya akan perih bahkan jika ia hanya meminum teh atau kopi.

“Makan dulu Chels, aku ingin bercerita dalam keadaan kenyang,” ucap Alice seraya memulai santap siangnya bersama Chelsea.

Tidak memerlukan waktu lama bagi Alice dan Chelsea menghabiskan makanan mereka, dan setelah semua sudah dibersihkan Alice pun menceritakan kejadian yang menimpanya dan menceritakan siapa dirinya yang sekarang pada Chelsea. Sepanjang Alice bercerita ia sesekali terisak di pelukan Chelsea dan ia bersyukur masih memiliki Chelsea sebagai sahabatnya.

Tidak terasa waktu berjalan singkat, seperti yang dikatakan Chelsea ia hanya sebentar saja, hanya ingin melihat keadaan Alice. Dan sekarang Alice menghantar Chelsea sampai lobby apartemennya pada pukul lima sore dan ia menutup wajahnya menggunakan masker agar tidak menjadi pusat perhatian orang lain dengan keadaan wajahnya yang masih terlihat lebam.

 *****

Keesokan harinya, hari  kedua Alice berada di apartemennya tanpa ada hal yang dikerjakan ia hanya duduk di balkon apartemennya sambil menikmati cahaya matahari pagi dan ponselnya berbunyi.

“Hallo… ada apa Devid?”

“Kau memang kejam Alice, selalu tidak ramah padaku,” ucap Devid dan Alice hanya memutar matanya pertanda enggan mendengar ocehan Devid.

“Jika hanya ingin mengatakan itu lebih baik ku tutup saja,” ancam Alice dengan nada dinginnya.

“Hei..kau pemarah sekali padahal belum satu minggu ku tinggal pergi. Aku hanya ingin mengatakan jika aku sudah kembali dan apa yang menyebabkan kau tidak ada di sini menyambut kedatanganku?”

“Aku hanya ingin istirahat Devid dan dua hari lagi aku baru mulai bekerja,” jelas Alice dengan malas.

“Baiklah, gunakan waktu sebanyak yang kau inginkan. Sampai bertemu dua hari lagi Alice, jangan merindukanku. Hahahahaha ….”

Alice segera mengakhiri panggilan Devid di ponselnya dan beranjak untuk mandi karena sudah pukul delapan pagi.

Di lain tempat, tepatnya di ruang kerja Alvern, seseorang berseragam petugas kebersihan meletakkan sebuah amplop d atas meja sekertaris Alvern dan buru-buru meninggalkan daerah kekuasaan CEO. Dan saat Daisy sang sekertaris tiba ia agak heran melihat amplop yang ada di atas mejanya karena tadi saat di meja resepsionis mereka tidak mengatakan jika ada surat untuk CEO ataupun untuknya.

Saat Alvern akan masuk ruangannya, Daisy menghampirinya.

“Tuan Alvern, amplop ini ada di mejaku tadi pagi dan tujuannya untukmu,” Daisy menyerahkan amplop coklat iru pada Alvern.

“Apakah kau tau siapa yang meletakkannya di mejamu,” tanya Alvern sambil memandang amplop di tangannya.

“Aku belum mengetahuinya tuan, tadi saan aku ke ruang keamanan yang telihat hanya seorang dengan seragam petugas kebersihan dan sepetinya berjenis kelamin  laki-laki,” jelas Daisy.

“Baiklah dan terima kasih atas kesigapanmu Daisy,” ucap Alvern singkat dan masuk ke dalam ruangannya.

Setelah duduk di kursi kerjanya Alvern membuka amplop tanpa nama pengirim tersebut dan terperangah saat melihat apa yang ada di dalamnya.

“Hallo Alicia, kau dimana sekarang?” Alvern menghubungi Alice dengan segera saat melihat beberapa foto Alice yang dikirimkan padanya.

“Seperti perintahmu, aku masih di apartemenku Al. Dua hari lagi aku baru akan bekerja.”

“Jangan kemana-mana Alicia, jangan lupa kunci apartemenmu dan aktifkan alarmnya meskipun kau ada di dalam. Jangan sembarangan menerima tamu Alicia, kau dengar aku?” nada bicara Alvern terdengar cemas saat menghubungi Alice.

“Astaga Al, apa yang terjadi padamu? Aku bukan anak kecil lagi yang harus kau perlakukan seperti itu!”

“Patuhlah Alicia, kabari aku jika ada sesuatu,” Alvern pun mengakhiri panggilannya dan memanggil Joe ke ruangannya.

“Joe, lihat ini!” Alvern memberikan beberapa lembar foto Alice pada Alvern. Dari mulai Alice duduk di balkon apartemennya sampai Alice mengantar kepergian Chelsea di lobby apartemennya semua menunjukkan jika Alice menjadi target Barbara dan Alvern tidak menyukai hal itu.

“Ini…aku akan menghubungi mereka tuan,” kata Joe dengan raut wajah tidak nyaman karena lalai dalam tugasnya.

“Lakukan dengan benar Joe, aku tidak ingin Alice celaka. Sudah cukup rasa menyesalku melibatkannya selama ini demi dendamku,” Alvern menangkupkan kedua tangannya di atas meja kerjanya.

“Akan segera ku perbaiki tuan, maafkan aku. Jika begitu aku permisi dulu,” ucap Joe dan segera keluar dari ruangan Alvern.

‘Kau harus aman Alice, maafkan aku jika sempat mengumpankanmu pada iblis itu,’ gumam Alvern dalam hatinya.

...

...

...

...

...

cukup sekian dan terimakasih vern, ayo jadikan dia satu satunya di hatimu dan jangan lalai lagii 😎😎

.

next part 17

apakah benih benih cinta akan hinggap di hati Alice para Alvern atau Alvern yang makin mengejar Alice ..??

stay tune ges ..smoga Barbara kau diamlah sebentar biar remang remang cinta bergelora di hati al💕al falling love 😍😍

.

jangan lupa tetap FAVORITE kan, lihat NOTIFIKASI, and KOMEN LIKE VOTE RATE ..

.

THANKS FOR READ AND I LOVE YOU 💕

Terpopuler

Comments

Sofi S

Sofi S

mulai memanas

2021-02-08

0

ARA

ARA

awalnya Alice jadi umpan dg modus proyek berakhir babang Alvern bucin dah😍💃💃💃

2020-09-12

0

Hana Rohana

Hana Rohana

apa lagi yang akan terjadi...

2020-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!