Part 9: Pengorbanan

Saat jerih payahmu tak dihargai, saat keberhasilanmu tak dipandang, kecewamu akan lebih besar dari semua perjuanganmu. Namun itulah bagian dari hidupmu yang harus kau jalani dengan segala kekuatanmu.  Jangan memandang ke belakang supaya tidak lahir di hatimu kata menyesal. Today is pleasure, tomorrow is the future.

...

Srakkkkk!!

Dengan wajah penuh amarah Barbara menghempaskan beberapa lembar foto di atas meja yang ada di depannya.

“Ckckckck…Kau menantangku dengan  sangat jelas anakku, apakah tidak sadar dengan yang sudah kau lakukan? Gadis itu akan bernasib sama dengan ibumu yang munafik itu.” Seringai penuh kelicikan nampak jelas di wajah Barbara setelah menerima laporan dari anak buahnya.

“Tapi sayangnya aku harus pelan-pelan menghadapimu mengingat kau masih mengira aku ibu perimu. Tunggulah Alvern anakku, segalanya akan kembali pada pemilik yang sebenarnya,” Barbara sangat meyakini jika rencana besarnya akan berhasil dan berbuah manis.

“Kalian pergilah, lakukan tugas kalian dan tetap pada rencana, laporkan semua padaku. Dan ingat, kebaradaan Chloe jangan sampai diketahui oleh Alvern.”

“Baiklah nyonya.” Anak buah Barbarapun pergi setelah memberikan laporan dan menerima perintah dari bosnya.

Setelah kepergian anak buahnya, Barbara meraih ponselnya dan menghubungi seseorang,

“Apa rencanamu kali ini?” tanya Barbara setelah terdengar sapaan dari lawan bicaranya.

“Besok akan kuberi kabar, kau tidak sabar sekali nyonya. Ku harap kau tidak lama-lama menghubungiku, karena aku  akan mulai menjalankan misi pertamaku malam ini.”

“Cih…ku harap besok aku mendapatkan kabar baik darimu!” setelah itu Barbara memutuskan panggilannya.

Namun seorang Barbara yang sudah menyusun rencana bertahun-tahunpun dapat melakukan kesalahan, dia tidak tau jika seorang Alvern Trevor benar-benar tidak dapat dianggap remeh.

 ...

Di apartement Alvern.

“Joe, apakah kau sudah mendapatkan laporan tentang anak wanita itu?”

“Kemungkinan besok akan ada laporannya tuan Alvern, orang yang mengawasi anak nyonya Barbara ingin memastikan sesuatu,” jelas Joe.

Seringai penuh kelicikan dan kepuasan terbit di wajah Alvern.

“Baiklah, biarkan momy palsuku itu mengira aku tidak tau apa-apa supaya dia terus mengeluarkan ide emasnya,” gumam Alvern.

“Tapi tuan, bagaimana dengan nona Alice? Apakah kau yakin memanfaatkan nona Alice?” tanya Joe setelah tau rencana Alvern yang tiba-tiba mendekati Alice.

Mendengar pertanyaan Joe, raut wajah Alvern langsung berubah datar dan dingin.

“Entahlah Joe, yang pasti aku akan minta maaf padanya di kemudian hari. Dan semoga aku siap.” Ucap Alvern hampir menyerupai bisikan.

“Dan Joe, pastikan penjagaan penuh untuk Alice. Dimanapun dia berada, pastikan saja ada yang menjaganya.”

Drrrtttt….drrrttt…ponsel Alvern berbunyi dan seketika rahangnya mengeras setelah melihat siapa menghubunginya.

“Hai mom, ada apa kau menghubungi malam-malam begini?” tanya Alvern pada orang yang menghubunginya yang ternyata adalah Barbara.

“Hai sayang, pertanyaan apa itu? Itukah sambutanmu pada mommy setelah lama kau tidak menemui mom and dad? Kapan kau kemari? Kami merindukanmu.”

“Maaf mom, salahkan dad yang tidak ingin mengurus perusahaannya sehingga aku tidak sempat menemui kalian. Apkah kalian berdua sehat-sehat saja?” Alvern berusaha menahan emosinya dengan mengepalkan tangannya sampai terlihat memutih.

“Kami baik-baik saja Al, dan lebih baik lagi saat kau datang ke sini. Jangan sampai mommy lupa wajah anak kesayangannya.”

“Aku akan berkunjung mom dalam beberapa hari.”

“Baiklah sayang, mommy tidak akan mengganggumu lebih lama lagi. Jangan lupakan makanmu dan usahakan istirahat yang cukup Al. Kami merindukanmu! Bye Alvern sayang!!”

“Bye mom.”

Setelah panggilan berakhir, Alvern menghempaskan ponselnya ke atas meja.

“Sabarlah tuan Alvern, sedikit lagi dia akan berakhir,’’ ucap Joe penuh simpati pada tuannya karena mati-matian menahan emosinya.

“Aku sudah tidak sabar Joe, tapi kita tidak boleh gegabah karena granny belum kita temukan keberadaannya. Itu satu-satunya pegangan kuat wanita iblis itu,” terlihat Alvern menenangkan dirinya setelah berbicara dengan Barbara.

“3 hari lagi aku akan pulang Joe setelah memastikan keadaan Alice di lokasi kerja. Pulanglah Joe, sudah banyak yang kita lakukan hari ini dan terima kasih.”

“Jika tidak ada lagi, aku pulang dulu tuan,” ucap Joe.

Alvern hanya menganggukkan kepalanya pada Joe menandakan dia mengijinkan Joe untuk pulang.

‘Semoga kau mau memaafkanku Alicia,’ gumam Alvern sepeninggal Joe sambil memejamkan matanya.

 ****

Tidak terasa sudah hampir satu minggu Alice meninggalkan lokasi kerja, dan hari ini tepat pukul delapan pagi Alice dengan langkah ringan masuk ke dalam kantornya, dia akan menemui atasannya karena besok dia akan kembali ke kota Nara.

“Hai Al!! Pagiiii!” Seperti biasa Chelsea selalu menyapa dengan penuh semangat dan senyum yang lebar. Tapi hal itu dapat menjadi salah satu hal yang dirindukan Alice saat berada di tempat yang jauh dalam waktu yang lama.

“Pagi Chels, ku kira aku tidak dapat menemuimu untuk berpamitan karena kau sibuk dengan dunia malammu,” sindir Alice.

“Heiiiii…aku hanya sebentar waktu itu Al karena kau tak mau ikut denganku. Dan untuk barang-barangku yang masih di apartemenmu, pulang kerja akan ku ambil. Hehehehehe…”

“Jam berapa tuan Ramzes tiba Chels?” tanya Alice.

“Mungkin sebentar lagi, ada apa?” Chelsea manatap Alice sambil menaik turunkan alisnya.

“Aku hanya ingin melapor jika besok padi aku akan kembali ke kota Nara, dan sampai pekerjaan mencapai 50% aku akan bertahan di sana,” jelas Alice dan seketika saja mata Chelsea melotot tajam menatap Alice yang saat ini sudah duduk di depan meja kerjanya.

“Apaaaaaaaa…are you kidding me Alicia Serenity???? Itu berbulan-bulan Alice, sekarang saja baru 20%. Kau mau jadi patung batu penghias kawasan itu???” suara Chelsea naik beberapa oktaf setelah mendengar penuturan Alice.

“Astaga Chels pelankan suaramu, aku cuma pergi bekerja mengawasi bangunan bukan pergi berperang,” dengus Alice kesal.

“Sama saja Al, apalagi kau mengatakan ada laki-laki menyebalkan.”

“Tenanglah, aku bisa mengatasinya.”

“Kau…harus segera menjauh jika kau sudah merasakan sangat tidak aman Al,” tegas Chelsea pada sahabatnya itu.

“Aku mengerti.”

Tak lama sosok yang ditunggu Alice terlihat keluar dari lift dan berjalan mendekati mereka berdua. Bersamaan Alice dan Chelsea berdiri dan menyapa Ramzes.

“Selamat pagi tuan Ramzes,” sapa Alice dan Chelsea serentak sambil membungkukkan badan.

“Apa kabar Alice, apa besok kau akan kembali?” tanya Ramzes sambil mengisyaratkan Alice untuk ikut masuk dalam ruangannya.

“Iya tuan Ramzes besok aku akan kembali ke Nara dan diantarkan oleh supir kantor tuan Alvern,” jawab Alice sambil duduk di sofa single yang ada di ruangan atasannya.

“Berhati-hatilah Alice, jika kau merasa tidak nyaman bahkan merasa tidak aman kau langsung saja hubungi aku, aku sendiri yang akan menentukan penggantimu dan akan langsung berbicara dengan CEO TREVOR,” ucap Ramzes pada Alice sebagai bentuk dukungan penuh pada pegawai andalannya itu.

“Terima  kasih tuan Ramses, akan ku ingat. Dan tolong sampaikan salamku pada nyonya Rossaline dan pada tuan Aldo dan istrinya. Sudah lama aku tidak bertemu mereka,” kata Alice sambil tersenyum mengingat istri, anak dan menantu atasannya sangat baik padanya.

“Kau sampaikan sendiri Al, karena mereka ada di kota ini, dan nanti malam datanglah ke rumah bersama Chelsea untuk makan malam. Istri ingin mengadakan perayaan atas kesembuhan menantu kami atas kesembuhannya, dan ucapan terima kasih atas pertolonganmu Al,” senyum tulus di wajah Ramzes sangat terlihat jelas.

Ramzes dan juga istrinya terlebih putra mereka sangat berhutang budi pada Alice karena Alicelah istri dari putra Ramzes dapat diselamatkan setelah menerima transplantasi hati dari Alice, walaupun setelah Alice melakukan operasi ia harus istirahat total selama kurang lebih satu bulan lamanya. Dan memang tidak sisa-sia pengorbanan Alice, karena istri Aldo dapat lolos dari penyakit sirosis (sirosis adalah penyakit liver/hati stadium 3, merupakan kondisi kronis yang disebabkan oleh kerusakan jaringan hati dan penyumbatan aliran darah.)

Saat itu Ramzes dan keluarganya sedang berusaha mencari orang yang dapat mendonorkan sebagian hatinya untuk menantunya yang bernama Sherry, dan saat Ramzes menceritakan masalah keluarganya pada Alice, spontan saja Alice menawarkan diri untuk melakukan pemeriksaan lengkap untuk mengetahui apakah hatinya layak dan cocok untuk didonorkan pada Sherry menantu Ramzes. Dan memang Sherry masih diberikan umur panjang dengan dinyatakannya jika hati Alice sangat sehat untuk didonorkan pada menantu Ramses.

“Baiklah tuan Ramzes, nanti malam aku akan datang bersama Chelsea. Karena besok aku akan ke lokasi kerja dan kemungkinan akan kembali ke kantor pusat saat pekerjaan sudah mencapai 50%,” jelas Alice pada atasannya.

“Apakah kau yakin akan lama di sana Alice? Aku bisa membuat jadwal dengan pegawai perencanaan yang lain untuk menggantikanmu,” Ramzes memberikan pilihan pada Alice supaya Alice tidak terlalu lama di lokasi kerja.

“Aku baik-baik saja tuan, dan terima kasih atas tawarannya,” ucap Alice.

“Setelah ini pulanglah Alice, persiapkan dirimu untuk kepergianmu besok. Dan ingat semua yang kukatakan padamu tadi. Karena jika kau sampai kenapa-napa aku tidak akan bisa mengatasi amukan istri dan anakku,” terlihat wajah seorang ayah bukan wajah seorang atasan di wajah Ramzes dan itu cukup membuat Alice terharu.

“Terima kasih tuan Ramzes, kalau begitu aku permisi dulu,” Alice bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan atasannya.

Sebelum pulang, Alice menghampiri Chelsea yang sedang asik berkutat dengan berkas-berkas yang ada di atas mejanya.

“Chelsea!!!” panggil Alice, dan sesuai pekiraannya Chelsea langsung sigap berdiri dan langsung membungkukkan badannya memberi hormat.

“Siap tuan….” saat Chelsea tau yang memanggilnya dengan keras adalah Alice ia melemparkan pulpennya karena kesal atas perbuatan Alice yang mengejutkannya.

“Dasar kau!!!!!” hampir saja Chelsea mengeluarkan umpatannya jika tak mengingat mereka berada dekat ruang atasannya.

“Hahahahaha…aku hanya ingin menyampaikan pesan bos, jika pukul 7 nanti malam akan ada acara di rumahnya. Dan kita diharuskan hadir,” masih dengan wajah bahagia Chelsea menyampaikan pesan atasannya pada Chelsea.

“Jika kau bukan kepala perencanaan akan ku habisi kau Al, dan kau harus menjemputku tepat pukul enam lebih tiga puluh menit kau harus sudah ada di pintu apartemenku,” ucap Chelsea masih dengan nafas terengah-engah karena merasa terkejut.

“As you wish Chels…” sambil melambaikan tangannya Alice berlalu meninggalkan Chelsea tenggelam dengan setumpuk pekerjaannya.

 ****

Sesuai janji dan waktu kedatangan yang sudah dijadwalkan mereka bedua Alice dan Chelsea sudah berada di pintu depan kediaman Ramzes dan sudah disambut oleh seorang pelayan laki-laki yang siap menghantarkan mereka ke ruang makan karena acara akan segera dimulai.

Saat Alice dan Chelsea tiba di ruang makan, istri Aldo menantu Ramzes segera berjalan mendekati Alice dan meraih tubuh mungil Alice ke dalam pelukannya, tanpa disadari baik Alice maupun Sherry sama-sama mengeluarkan air mata karena memiliki perasaan yang sama, perasaan dengan rasa syukur yang besar karena masih bisa menatap dunia.

“Terima kasih Alice, kau penyelamatku,” masih dengan linangan air mata tak henti-hentinya Sherry mengucapkan terima kasih.

“Sudahlah Sherry, sekarang aku sangat lapar karena sudah mengeluarkan air mata berhargaku,” dengan candaan kecil yang dibuat Alice, ia berharap suasana haru tergantikan dengan suasana sukacita.

Alice dan Sherry sama-sama melepaskan pelukan mereka, dan sedikit banyak apa yang terjadi tadi sudah sangat mempengaruhi semua orang yang hadir di ruangan itu.

“Sayang, ajaklah Alice bergabung di sini. Apakah kau mau dia tambah kecil?” terdengar Aldo memanggil istri tercintanya supaya tidak terlalu tenggelam dalam suasana haru.

“Ah..kau benar Aldo aku hampir lupa. Tidak akan ku biarkan adik kita ini mengecil, aku tidak bisa membayangkan bagaimana rupanya jika kecil dari ini.” Terdengar tawa dari kerabat yang hadir di ruangan itu.

Aldo bangkit berdiri menyambut Alice dan memeluknya dengan hangat,.

“Selamat datang adik bungsuku dan terima kasih,” Aldo mengecup ringan pipi Alice dan menuntun Alice duduk di antara ibunya dan Chelsea.

“Duduklah di sini karena sepertinya ibu sangat merindukanmu,” ucap Aldo sambil mengusap kepala Alice layaknya seorang kakak yang mengasihi adiknya.

Perasaan Alice sangat bahagia atas segala perhatian dan kasih sayang dari Ramzes dan keluarganya, tanpa Alice sadari air matanya mengalir begitu saja dan itu membuat nyonya Rosalie istri ramzes meraih tangan Alice dan menggenggamnya penuh kasih.

“Tolong maafkan aku,” ucap Alice sambil menundukkan kepalanya karena tak ingin orang lain menyaksikan kelemahannya.

“Tidak Alice sayang, jangan minta maaf. Kamilah yang harusnya meminta maaf atas kerepotan yang sudah kami timbulkan dan terima kasih atas pengorbanan besarmu,” nyonya Rosalie meraih Alice dalam pelukannya dan memeluk erat tubuh Alice yang semakin bergetar karena menangis haru.

Chelsea yang berada di sisi kiri Alice ikut menenangkan Alice sambil mengusap lembut punggung Alice, “Hei bukanya kau lapar, ayolah kita makan. Aku sungguh lapar Alice,” rengek Chelsea.

Dan Chelsea akhirnya berhasil mengubah tangis haru menjadi tawa.

“Sungguh maafkan aku semuanya, bukan maksudku menimbulkan suasana tidak nyaman. Aku hanya merindukan suasana seperti sekarang ini,” ucap Chelsea dengan senyumnya dan wajah yang merona karena merasa malu menjadi pusat perhatian.

“Baiklah…jika episode melepas rindu selesai, lebih baik kita mulai makan sebelum ada yang tertidur karena sudah melewati jam malamnya,” Ramzes yang dari tadi berdiam diri menyaksikan ungkapan kerinduan dari istri dan anaknya akhirnya angkat bicara seraya melirik cucu laki-lakinya yang sudah hampir tertidur dalam buaian di samping sang ibu.

Saat mereka akan memulai acara makan malamnya seorang pelayan datang dan mengatakan jika tamu Aldo baru saja tiba.

Dan saat tamu yang dikatakan itu masuk ke dalam ruang makan, Alice benar-benar sangat .

terkejut dan hampir membuat kedua matanya keluar dari tempatnya.

‘Astaga kenapa harus bertemu di sini, dan apa hubungannya dengan Aldo?’ Alice bertanya dalam hatinya.

...

...

...

...

...

Siapa tuhh? Hehe 😁😁

.

Next part 10

Haiz, apa yang diinginkan Barbara dari Alice?

Mengapa Alvern memanfaatkan Alice?

.

Jangan lupa LIKE dan KOMEN gaes

Minta VOTE & RATE di depan profil novel yaa 😍😍

.

Thx for read and i love you ..💕💕

Terpopuler

Comments

Wati Diati

Wati Diati

kalo Alice setinggi bahu Alvern, ga mungil donk thor.. masih biasa itu 😁

2021-02-14

1

Sofi S

Sofi S

haaaahh..... aiapa itu sebelum baca aku tak tau.. pasti bang al

2021-02-08

0

ARA

ARA

pasti babang Al😊

2020-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!