Part 15: Defense

Kehidupan dan perasaan selalu punya titik akhir yang bisa diibaratkan dengan garis finish. Saat semua sudah berakhir maka bersiaplah memulai yang baru, jika tidak ada hal untuk dimulai, berdiam dirilah dan berkacalah untuk menemukan sebuah kesalahan agar dapat diperbaiki agar tidak pernah hadir sebuah rasa menyesal.

 ...

“ALICE, ANAK SIALAN  KAU SUDAH MEMPERSULIT  PERUSAHAANKU!!!”

PLAKKKKK!!!

Dalam sekejab Alice tersungkur di lantai sambil memegang wajahnya karena mendapatkan pukulan kerasdari seseorang yang sudah berdiri di hadapannya sambil berkacak pingggang. Semua orang yang ada di restoran itu menatap dengan wajah terkejut dengan kejadian yang terjadi tepat di pintu masuk restoran.

Alvern tidak sempat mencegah apa yang terjadi pada Alice, dan dengan wajah dipenuhi amarah dia mendorong dengan keras tubuh laki-laki yang sudah memukul wajah Alice smpai membuat Alice terjatuh.

“BERANI-BERANINYA KAU MENYENTUHNYA!!!” suara Alvern yang menggelegar membuat semua orang yang menatap mereka terperangah dan memilih untuk diam.

“Jangan ikut campur urusanku tuan Alvern, ini urusanku dengan perempuan ****** itu!” menunjuk kasar Alice yang sudah berada dalam pelukan Sebastian.

“Tuan Felix, jangan salahkan aku jika berbuat lebih jauh lagi. Dan asal kau tau Alicia tidak ada kaitannya dengan keputusanku menarik investasi dari perusahaanmu, jika itu penyebab kemarahanmu,” kata Alvern dengan wajah dinginnya yang dapat membekukan orang yang ditatapnya.

Felix masih dengan keras kepala dan merasa belum menumpahkan semua kekesalanya pada Alice melangkah maju ingin meraih Alice, namun hal itu tidak dibiarkan oleh Alvern.

“Sekali lagi tuan Alvern jangan ikut campur, aku harus memberikan nasehat pada putriku!” kata Felix dengan wajah emosinya.

“Putrimu? Bukankah istrimu sudah menyatakan jika Alice bukan anak kalian!?” kali ini bukan Alvern yang berbicara melainkan Sebastian, dan ia merasakan tubuh Alice menegang dalam pelukannya saat ia berbicara pada Felix.

Felix seketika terkejut tidak percaya, ia tidak menyangka jika seorang Sebastian mengetahui rahasia yang sudah lama mereka simpan, dan ia harus berbicara pada istrinya yang selalu saja tidak bisa Manahan mulutnya itu.

“Jack…Joe, urus dia dan pastikan perusahaan Trevor dan rekanan perusahaan Trevor tidak ada dan tidak akan menjalin kerjasama dengan perusahaan Brown!!” tegas Sebastian dan diangguki oleh Jack dan Joe yang entah sejak kapan sudah mendampingi tuannya masing-masing.

“Tidak, kalian tidak bisa seperti itu. Kita bisa membicarakannya,” tiba-tiba wajah Felix yang marah menjadi pucat pasi setelah mendengar perintah Sebastian untuk asistennya.

“Alvern, bawa Alice ke kamarmu. Aku akan meminta pihak hotel memanggil dokter,” kata Sebastian pada Alvern.

Saat Sebastian melepaskan pelukannya dari Alice agar Alvern dapat membawanya, tiba-tiba tubuh Alice terkulai lemah dan dia tak sadarkan diri. Alvern segera mengangkat Alice dan berjalan menjauhi Felix yang cemas karena perbuatannya yang menghancurkan perusahaannya sendiri.

Sedangkan pihak hotel dengan sigap memanggil dokter setelah diminta langsung oleh Sebastian, seorang pemegang saham terbesar di hotel tersebut.

Tidak jauh dari tempat kejadian itu, di sudut restoran. Seseorang dengan sabar merekam semua kejadian yang terjadi tanpa ada yang terlewatkan.

 *****

Di kota Midle.

Dalam sebuah ruangan, Barbara menatap ponselnya yang sudah menerima kiriman pesan sebuah video yang dianggapnya sangat menarik.

“Sampai kau sendiri turun tangan Sebastian, gadis ini sepertinya luar biasa,” ucap Barbara pada dirinya sendiri, dan setelah melihat video yang dikirimkan padanya ia menghubungi seseorang.

“Devid, besok kembalilah kau ke Nara, kita kan memulai rencana kita,” setelah berbicara singkat Barbara mengakhiri panggilannya.

“Satu persatu saja dan perlahan, semua akan mendapatkan bagiannya,” Barbara tersenyum lebar karena sudah membayangkan keberhasilan rencana yang sudah dipersiapkannya sejak lama.

Barbara pun meninggalkan ruangannya dengan langkah yang ringan karena sebentar lagi ia akan menjadi penguasa dua kerajaan.

Sedangkan di kamar hotel yang ditempati Alvern, terlihat Alice masih dalam keadaan tidak sadar setelah menjadi korban kekasaran seorang pengusaha bernama Felix yang sempat menjadi ayah Alice.

Dokter yang tadinya melakukan pemeriksaan terhadap Alice telah meninggalkan kamar hotel Alvern setelah mengobati memar dan memberi obat nyeri beserta salep untuk digosokkan pada wajah Alice yang memar bahkan membengkak. Dokter itu juga mengatakan jika kulit Alice sangat sensitive terhadap benturan sekalipun itu benturan yang kecil, karena akan langsung menimbulkan memar.

Sebastian tidak membuang kesempatan untuk mendapatkan sampel dari Alice yang nantinya akan dilakukan tes DNA, karena sejak bertemu Alice ia sudah mencurigai sesuatu namun tidak ingin berbicara banyak sebelum ada bukti kuat sebagai pendukungnya.

“Dad, untuk apa?” tanya Alvern seraya menunjukkan sesuatu yang sudah dimasukkan ayahnya ke dalam plastik dan sebuah amplop putih.

“Nanti kau akan tau, dad ingin membuktikan sesuatu,” dan Sebastian mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

“Selamat pagi Calvin Smith!” sapa Sebastian pada orang yang dihubunginya.

“Sebastian, selamat pagi! Apa yang membuatmu menghubungiku pagi ini?” Sebastian menghubungi sahabatnya yang bernama Calvin Smith, sahabat yang sejak dulu selalu membantunya tanpa meminta imbalan maupun balas budi.

“Kau dimana? Apakah kalian masih melakukan pencarian sampai saat ini?” tanya Sebastian.

“Kami sekarang sedang berada di kota Midle untuk menghadiri peresmian cabang baru perusahaan milik putraku. Dan iya, sampai akhir nafasku aku akan tetap mencari keberadaanya.”

“Aku akan kembali hari ini ke Midle, bisakah nanti malam kita bertemu?  Berikan alamat tempat tinggal kalian, aku yang akan mendatangimu,” ucap Sebastian terdengar antusias.

“Jam delapan malam jika kau bisa, akan ku kirimkan alamatku.”

“Baiklah sampai bertemu nanti malam Cal, semoga ini kabar baik untukmu.” Sebastian pun mengakhiri panggilannya.

Alvern beranjak dari sofa saat dilihatnya Alice mulai sadar., dan duduk di tepi tempat tidur di mana Alice berbaring.

“Alicia…apakah kau mendengarku? Apa yang kau rasakan hmmm?” dengan nada khawatir Alvern menanyakan keadaan Alice.

Alice perlahan membuka matanya dan langsung menatap sosok yang ada di hadapannya dengan jarak cukup dekat, dan ia mengerjap-ngerjapkan matanya agar lebih yakin dengan apa yang dilihatnya.

“Aku tidak apa-apa, maaf sudah merepotkan kalian berdua tuan,” ucap Alice masih dengan nada suara yang lemah.

“Alicia…jika kau tidak dalam kondisi seperti ini aku akan dengan senang hati menghukummu,” bisik Alvern tepat di telinga Alice dan wajah Alice pun bersemu merah karena perkataan Alvern.

Sebastian yang masuk ke dalam kamar usai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya di balkon, tampak terkejut melihat raut wajah Alice yang memerah, dan ia segera saja menghampiri Alice.

“Apakah kau demam?” tanya Sebastian sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Alice.

“Alicia tidak demam dad, dia hanya merasa nyeri pada wajahnya,” Alvern lebih dulu menjawab pertanyaan ayahnya sebelum Alice.

“Aku tidak apa-apa tuan Sebastian, dan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya padaku,” ucap Alice seraya menundukkan kepalanya.

Saat Alice akan beranjak, Alvern segera menahannya. “Mau kemana Alicia?” ucap Alvern sambil menatap Alice dengan tajam.

“Aku akan ke lokasi proyek karena Devid masih belum kembali,” kata Alice dan berusaha berdiri.

“Apakah kau yakin dengan keadaanmu sekarang kau mau keluar dari kamar ini?” tanya Alvern sambil menyentuhkan ujung jarinya pada pipi Alice yang terlihat kemerahan dan membiru.

“Hmm…bolehkah aku meminjam kamar mandimu?” tanya Alice pada Alvern yang dijawab Alvern hanya dengan Anggukan.

Dengan perlahan Alice berjalan menuju kamar mandi sambil mengernyitkan matanya karena mulai merasakan nyeri pada wajahnya. Dan saat ia melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi mata Alice terbuka lebar dan kesadarannya segera terkumpul kembali, ia terkejut melihat hasil perbuatan Felix yang pernah menjadi ayahnya.

Sementara Alice berada dalam kamar mandi Sebastian menanyakan perihal Felix pada Alvern.

“Apakah semua sudah selesai son?” tanya Sebastian pada Alvern.

“Sebelum tengah hari akan ku pastikan semua dad, dan akan dari surat larangan mendekat dari pengadilan untuk Felix dan keluarganya tanpa terkecuali bahwa mereka tidak boleh mendekati Alice lebih dari jarak yang sudah ditentukan,” jelas Alvern pada ayahnya denga raut wajah yang dingin.

“Rupanya kau sangat menjaganya son, sadari perasaanmu sebelum terlambat. Jangan sampai kau menyesal nantinya. Karena Alice gadis yang baik dengan kadar keras kepala hampir sama denganmu,” kata Sebastian memberikan nasehat pada Alvern.

Tak lama Alice keluar dari kamar mandi dan sudah memperbaiki sedikit penampilannya agar tidak terlihat berantakan.

“Mmmm…. Tuan Alvern, bisakah aku ijin  beberapa hari? Ku rasa wajahku tidak dalam keadaan baik untuk dilihat orang banyak,” tanya Alice dengan nada ragu-ragu.

“Akan ku pertimbangkan jika kau berjanji akan memanggilku Alvern sekalipun ada ayahku bersama kita Alicia…” kata Alvern seraya melangkah mendekati Alice.

Sebastian hanya terkekeh melihat tingkah anaknya yang sudah membuat Alice sedikit takut.

“Baiklah kalian berdua, aku akan kembali ke kamarku untuk bersiap-siap kembali ke Midle. Istirahatlah Alice, semoga kau cepat pulih dan smpai bertemu kembali,” ucap Sebastian seraya berjalan keluar dari kamar yang ditempati Alvern.

“Kau tidak akan kemana-mana hari ini Alice, sampai aku mengatakan kau boleh pergi,” Alvern menatap Alice dengan tatapan yang tidak ingin dibantah siapapun.

“Tidak…aku hanya ingin kembali ke apartemenku,” ucap Alice seraya mendorong tubuh Alvern dengan kedua tangannya agar menjauh darinya.

“Kenapa harus pulang, di sini lebih nyaman dan aku bisa mengawasimu,” Alvern tak ingin beranjak dari hadapan Alice.

“Tidak terima kasih dan aku tidak perlu diantar,” kata Alice seraya berjalan menjauhi Alvern menuju pintu kamar hotel.

“Benar kata dad, kau sangat keras kepala,” geram Alvern dan denga langkah besar ia meraih tangan Alice  dan menggenggamnya.

“Aku akan mengantarmu pulang dan selama tiga hari ke depan aku tidak ingin melihat wajahmu di lokasi proyek dan jika kau membantahku kali ini, kau akan ku buat tidak bisa berjalan Alicia,” kata Alvern tepat di dekat telinga Alice.

Sesampainya di apartemen Alice, Alvern memastikan semuanya dalam keadaan aman barulah ia meninggalkan Alice untuk beristirahat.

...

...

...

...

...

luluhkan hatimu alice, alvern siap menjagamu. kalo ga mau biar alvern menjaga si totor ini aja #wakakkakkak

.

next part 16

kapan mereka akan mengungkapkan perasaan mereka?

siapakah alice sebenarnya bagi sebastian?

.

.

pada akhir nya Vii selalu ingetin jangan lupa kasih LIKE, KOMEN, karna ini merupakan wadah aku bisa tahu di mana letak kesalahan dan kelebihan untuk mood booster aku 😁😁

Dan boleh juga kasih RATE dan VOTE di depan profil novel .. kasih 5 bintang nya donggss 😍😍

.

Thx for read and i love you so much much more and again ❤❤

Terpopuler

Comments

Sofi S

Sofi S

jangan2 alice anaknya calvin smith...tak kira jhon smith bapaknya jacob smith ikut jg😂😂😂

2021-02-08

0

Nuraini

Nuraini

pasti ayah Al sahabat Sebastian

2021-01-25

0

ARA

ARA

babang Alvern so sweet benerr😁

2020-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!