Part 5. This Fault!

Flash back on

Bertahun-tahun yang lalu, tepatnya 28 tahun yang lalu di sebuah kota bernama kota Greenville, jeritan seorang wanita  memecah keheningan malam. Jerit kesedihan yang mendalam seolah mampu meruntuhkan tembok raksasa yang kokoh.

Di sebuah kamar rumah sakit, terbaring tak berdaya seorang wanita yang baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat rupawan.

Namun, bukan wajah bahagia karena dapat melihat wajah putranya tetapi wanita itu menampakkan wajah cemas, takut dan marah saat mendapati seseorang wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya.

“Hallo Annita, lama tak bertemu. Ternyata kau sudah mendapatkan seorang putra yang tampan.” dengan perlahan wanita itu mendekati brankar di mana Annita masih terbaring lemah.

“Ap…apa maumu ke sini?” dialah Annita ibu kandung Alvern Trevor, istri dari Sebastian Trevor. Dan wanita yang mendatanginya adalah Barbara Baxter kakak perempuan Annita.

“Tetaplah berbaring adikku sayang, aku tau perdarahanmu masih belum berhenti." dengan mudahnya Alvern sudah berada di tangan Barbara.

Hal tersebut tentu saja membuat Annita semakin panik, dan dengan sekuat tenaga berusaha bangkit dari pembaringannya untuk mengambil kembali putranya.

Tentu saja itu tidak mudah untuk Annita yang masih dalam kondisi sangat lemah, dia terjatuh dengan keras. Tapi Annita adalah seorang ibu, tak dihiraukannya lagi keaadaannya yang masih mengalami perdarahan hebat, di pikirannya hanya menyelamatkan putranya.

“Kembalikan bayiku Barbara,” sambil terisak pelan Annita berusaha meraih putranya.

Bayi mungil itu tetap terlelap, dia tak tau jika ibunya berjuang untuk menyelamatkannya.

“Istirahatlah adikku sayang, tugasmu akan ku gantikan,” dengan melangkah perlahan Barbara mendekati Anita yang sudah dalam posisi tertelungkup di lantai.

Bukan dengan niat menolong, Barbara malah dengan sengaja menginjak punggung telapak tangan Annita.

“Sudah habis waktumu Annita Baxter, sekarang waktuku menjadi Barbara Trevor.” decak Barbara acuh.

Semakin terdengar pelan namun masih didengar oleh Barbara.

“Kau ti…dak…bi..sa.., k…kau…,” Annita berusaha berkata kata dengan terbata dan berat. Dia menahan sakitnya.

“Aku bisa adikku sayang, bahkan sudah kulakukan. Dan kau beruntung menjadi korban yang pertama dalam semua rencanaku. Oh, aku salah…kau yang kedua. Karena yang pertama adalah daddy,” Barbara tak membiarkan Annita berbicara.

“Dad..daddy?? k..kau ib..lis,” dengan suara yang terbata-bata Annita tak menyangka jika ayahnya tewas karena kakaknya sendiri. Semakin banyak air mata yang mengalir dari seorang Annita terlebih saat putranya direnggut dari dirinya.

“Kau akan han..cur Barbara, k..kau…” akhirnya Annita benar-benar tak dapat berbuat apa-apa. Perkataannya pun tak dapat diselesaikannya.

Hati Annita hanya berkata lirih,

‘Jadilah anak laki-laki yang kuat my Alvern, momy menyayangimu, jagalah daddy untuk momy. Semoga Tuhan menjaga kalian berdua. Maaf momy tak bisa menjagamu. Love you Alvern dan Sebastian.’

Perlahan-lahan mata Annita terpejam, tubuhnya lunglai tergeletak di lantai yang dingin karena nyawanya sudah pergi meninggalkan raganya, meninggalkan suami yang sangat dicintainya terlebih lagi meninggalkan putra mungilnya.

Tawa puas Barbara terdengar saat melihat Annita kehilangan nyawanya tepat di hadapannya dan di bawah kakinya.

“Tidurlah sayang, semua akan baik-baik saja,” Barbara perlahan mengusap kepala Annita yang sudah tak bernyawa, dan segera keluar dengan membawa bayi mungil yang tak lain adalah Alvern.

Sementara itu saat Sebastian tiba di ruangan di mana istrinya berada, ia dikejutkan dengan kehadiran petinggi rumah sakit tersebut beserta dokter dan perawat yang bertugas merawat Annita, dan yang paling mengherankan Sebastian jika istri dan putranya tidak berada di ruangan itu.

Sebastian sudah tau jika ia dan istrinya memiliki anak laki-laki, namun saat istrinya melahirkan Sebastian masih dalam perjalanan dari kota Midle dan sayangnya ia tidak dapat menggunakan helikopternya untuk mempercepat perjalanannya karena ada peringatan badai.

Masih dengan tatapan penuh tanda tanya Sebastian melangkah ke dalam ruang rawat Annita.

”Apakah salah satu dari kalian bisa menjelaskan dimana isteri dan anakku sekarang?” nada yang penuh dengan tekanan dirasakan oleh orang-orang yang berada di ruangan tersebut.

“Maafkan kami tuan Sebastian, kami lalai..” dengan wajah dipenuhi amarah Sebastian mencengkram karah baju sosok yang berani membuka mulut untuk menjelaskan kejadian yang sudah terjadi.

“Apa maksudmu dengan lalai ??” sekali lagi Sebastian menegeluarkan aura yang mengerikan sehingga membuat lawan bicaranya semakin menundukkan kepalanya.

“Mohon tuan tenangkan diri anda terlebih dahulu, kita dengarkan penjelasan mereka,” ternyata orang yang menahan Sebastian adalah asistennya yang bernama Jack.

Dengan sedikit paksaan Jack menuntun tuannya duduk di sofa yang berada dalam ruangan tersebut.

Akhirnya dokter yang bertanggung jawab menangani Annita angkat bicara, dan meceritakan semua kronologis kejadian yang sudah terjadi di ruangan itu.

Sebastian menggeram penuh amarah,

“APA KALIAN TAU KESALAHAN KALIAN??? APA KALIAN BODOH HAHHHH???? KENAPA BISA KALIAN TINGGALKAN ISTRIKU YANG MASIH PERDARAHAN SEORANG DIRI DENGAN BAYI KECILNYA??? APA YANG ADA DI KEPALA KALIAN SEBENARNYA??” emosi Sebastian benar-benar telah sampai puncaknya sehingga suaranya sangat menggelegar memaki orang-orang yang saat ini berdiri di hadapannya.

“Kalian semua akan menerima akibatnya karena kelalaian kalian,” Sebastian keluar dari ruangan itu menuju ke ruang jenazah diman istrinya berada.

“Bereskan mereka Jack beserta rumah sakit ini tanpa terkecuali.”

“Baik tuan.”

Saat masuk ke ruangan dingin itu Sebastian sempat lemah tak berdaya, untung saja Jack dengan sigap memapahnya mendekaati sosok wanita yang sudah terbujur kaku, terbaring seorang diri dengan mata terpejam dan tak mungkin akan terbuka lagi.

“Tinggalkan aku Jack.”

“Tapi tuan, anda..” Jack menghentikan ucapannya saat dia menyadari tuannya memerlukan waktu sendiri dengan jenazah sang isteri tercinta.

“Panggil aku jika kau sudah selesai tuan,”

Hening sejenak, Sebastian perlahan memegang tangan Annita. Tangan kecil dan lembut yang setiap hari selalu mengusap wajahnya saat pagi tiba, tangan yang selalu dapat menurunkan amarahnya saat menyentuh kulitnya, kini hanya akan menjadi kenangan dalam ingatannya.

 Tak disadarinya tetesan air bening mengalir dari sudut mata Sebastian.

“Sayang, kenapa kau seperti ini? Apa kau tidak merindukanku? Bukalah matamu sayang, kita akan bersama-sama menemukan anak kita?” lirih terdengar suara Sebastian berharap jantung hatinya mau membuka matanya.

“Maaf…maafkan aku yang sangat terlambat menemuimu. Aku…..” tak dapat lagi Sebastian melanjutkan kata-katanya, ia hanya merengkuh tubuh yang dingin dan tak bernyawa dalam pelukannya, isakannya terdengar jelas bahkan sampai kepada Jack di luar yang berdiri tegak dengan kepala yang tertunduk dalam.

Sirna sudah impian Sebastian untuk hidup berbahagia dengan isteri dan anaknya yang sampai sekarang belum dapat dijumpainya.

“Tidurlah isteriku sayang, tidurlah Annitaku tercinta. Aku bersumpah akan menemukan anak kita dan akan menjaganya bahkan dengan taruhan nyawa,” perlahan Sebastian meletakkan tubuh isterinya, mengecup kedua pipi Annita dan terakhir mengecup dahi istrinya dengan penuh cinta dan kasih sayang. “Aku mencintamu sayang, sangat mencintaimu. Kau tak terganti,” dengan langkah gontai Sebastian berjalan menjauhi tubuh istrinya yang masih terdiam.

Sekali lagi Sebastian membalikkan badannya, berharap istrinya terbangun namun tidak, sosok itu tetap tak bergeming dengan mata yang terpejam. Sebelum membuka pintu, Sebastian memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri supaya dia dapat melakukan yang terbaik untuk menemukan pelaku pembunuhan dan penculikan anaknya.

Saat Sebastian keluar dari ruang jenazah, sudah ada beberapa orang menunggunya termasuk asistennya, mereka akan melakukan pesiapan pemakaman nyonya besar mereka.

“Jack, aku mau istriku dimakamkan di taman mawar di mansion Greenville.”

“Baiklah tuan, kami akan melakukan yang terbaik. Dan saya berduka cita atas kepergian nyonya, saya berjanji akan menemukan tuan muda bagaimanapun caranya,” ucap Jack sambil menundukkan kepala memberikan hormat pada Sebastian.

“Aku mengandalkanmu Jack dan terima kasih,” Sebastian pergi meninggalkan Jack setelah beberapa kali menepuk perlahan pundak asistennya, pergi menjauh dimana istrinya berada, ia harus pulang menanti istrinya dengan segala yang terbaik yang bisa disiapkannya.

Satu minggu berlalu setelah pemakaman Annita, dan selama itu pula belum ada titik terang akan kebradaan putranya. Karena saat kejadian semua cctv di seluruh rumah sakit tiba-tiba saja mengalami ganngguan sehingga tidak ada kejadian yang dapat direkam sama sekali.

Saat Sebastian larut dalam pikirannya, ia dikejutkan oleh ketukan di pintu ruang kerjanya yang disertai teriakan, bergegas Sebastian membuka pintu ruangannya dan mendapati Jhon kepala pelayannya berdiri dengan menampakkan wajah cemas.

“Ada apa Jhon, kenapa kau terlihat panik.”

“Maafkan aku tuan, ada sesuatu yang terjadi di depan tuan. Ikutlah denganku,” Jhon mempersilahkan tuannya berjalan terlebih dahulu menuju ruang depan yang ada di mansionnya.

Saat melihat tuannya datang, semua pelayan bahkan penjaga gerbangnya bergerak menjauhi sebuah objek yang terdapat di sebuah meja besar, mereka memberikan ruang pada Sebastian supaya bisa mendekat.

“Apa ini Jhon? Bayi? Bayi siapa ini?” tanpa mengalihkan pandangannya dari bayi mungil itu Sebastian bertanya pada Jhon.

“Kami belum tau tuan, namun ada surat yang kami temukan di dalam kotak bayi ini,” Jhon memberikan surat yang dimaksudnya pada Sebastian.

Saat Sebastian membuka amplop surat itu ada sebuah cincin yang terjatuh di telapak tangannya, seketika ia terperanjat dan segera membaca isi surat tersebut.

Tiba-tiba Sebastian meraih bayi mungil itu dan memeluknya, “Kau pulang nak…kau pulang. Daddy merindukanmu…sangat,” tak dihiraukannya lagi orang-orang yang mengelilinginya, yang ia tau hanya memeluk bayi itu yang ternyata adalah anaknya.

Isi surat itu : Ku kembalikan putramu beserta cincin isteri tercintamu. Ingatlah Sebastian Trevor aku bisa mengambilnya lagi darimu. Kau akan segera tau apa mauku dan siapa aku. Tunggulah saatnya!!!

“Jhon, siapkan mobil, kita akan ke rumah sakit.”

“Segera tuan.”

Saat tiba di rumah sakit terbesar di Greenville, Sebastian mendatangi rekannya yang mana seorang direktur  rumah sakit tersebut.

Secara singkat Sebastian menceritakan semua dan  menyampaikan keinginannya. “Aku ikut berduka cita Sebastian. Kau tenanglah, aku yang langsung turun tangan melakukan pemeriksaan pada putramu,’ ucap rekan Sebastian yang bernama Phillip.

Beberapa jam mereka habiskan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap bayi Alvern, dan sangat disyukuri oleh Sebastian bahwa putranya baik-baik saja, dan itu memang putranya setelah hasil tes DNA keluar dengan cepat berkat perintah langsung dari sang direktur.

Dengan tatapan penuh kerinduan, Sebastian terus menatap wajah putranya sang sangat tampan, terlebih mata anaknya yang sangat menyerupai mata almarhum isterinya.

“Kau aman sekarang son, daddy akan menjagamu. Kita bersama-sama akan menemukan orang yang sudah memisahkan kita dari momymu,” perlahan namun pasti ucapan sang ayah seolah dimengerti oleh bayi mungil itu yang beberapa kali mengerjabkan matanya.

Setibanya mereka di mansion, Sebastian sudah melihat beberapa orang besiaga di sekitar mansionnya, dan Jack sudah bersiap menyambut kedatangan mereka.

Setelah memastikan Alvern tertidur, Sebastian mengambil telponnya dan menghubungi seseorang, “Hallo Barbara, anakku sudah ditemukan dan sudah ku pastikan semuanya.” Tidak memerlukan waktu lama Sebastian mengakhiri panggilannya umtuk kakak iparnya yang tak lain adalah Barbara.

Yah, Sebastian tidak mengetahui siapa Barbara sebenarnya.

Flash back off

...

Alvern Trevor cast : Raf Miller

______________________________

Alvern Trevor, sekarang sudah berusia 28 tahun dan merupakan pewaris tunggal Trevor Group. Saat ini dia sedang berusaha mewujudkan impian mendiang kakek dari pihak ibunya yang menginginkan sebuah kawasan lengkap dengan semua fasilitasnya.

Bersama seseorang yang bertubuh mungil, Alvern  akan berusaha menjadikan nyata impian kakeknya walaupun pada kenyataannya ia tidak pernah berjumpa.

Alvern, Alice dan Joe saat ini sudah berada di sebuah ruangan, mereka bersiap melakukan pertemuan untuk memulai sebuah pekerjaan besar. Sebuah pekerjaan yang akan mengubah jalan hidup mereka dan yang akan mengungkap rahasia besar yang selama ini tersimpan dengan rapi.

Alicia Serenity cast : Anna Kendrick

...

...

...

...

...

seketika hatiku sesak 😭😭

.

next part 6

pertempuran penuh air mata akan dimulai, namun akan tetap ada bubuk bubuk cinta antara Alvern dan Alice, what's that?

stay tune gaes 😍😍

.

Jangan lupa bubuhkan LIKE kalian pada gambar jempol dan berikan KOMENTAR untuk menunjang novel favorite kalian ini 😁😁

.

Kasih juga yuk RATE dan VOTE nya di depan profil novel yaa 😍😍

Selamat membaca n i laf you gaes 💋💋

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

mempercayai orang yang membunuh istrinya

2023-01-01

0

Rosita Sita

Rosita Sita

kalau bisa tukaar visual alice thor..cari muda lagi😁

2021-04-02

4

Sofi S

Sofi S

ooooo begitu ceritanya

2021-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!