Part 10. Tak Terduga

Hidup dengan cara memanfaatkan orang lain ibarat menjadi benalu di sebuah pohon. Dan saat tidak ada lagi yang dapat dimanfaaatkan akan menjadi seonggok sampah yang tak berguna bahkan tidak dapat didaur ulang lagi. Berdiri sendiri dengan kaki dan kekuatan sendiri akan lebih baik, tidak akan merugikan siapapun dan tidak akan menyakiti satu orangpun.

...

“Permisi tuan muda Aldo, tamu anda sudah tiba,” terdengar seorang pelayan menyela pembicaraan mereka.

“Hai Alvern, silahkan masuk kedatanganmu sudah kami nantikan,” saat mendengar ucapan Aldo kontan saja Alice mendongakkan kepalanya dan secara tidak sengaja beradu tatapan dengan sepasang mata tajam yang memang sejak masuk ruangan itu hanya menatap Alice.

“Maaf jika aku terlambat, ku harap kalian tidak terlalu lama menungguku,” ucap Alvern namun masih terus menatap Alice.

Sikap Alvern itu tidak luput dari perhatian Chelsea dan segera saja Chelsea menyikut perlahan lengan Alice, dan membuat Alice tersadar dari keterpakuannya.

Dan seolah hal baik tidak berpihak pada Alice, Alvern ternyata mendapatkan tempat duduk tepat di depan Alice.

“Terima kasih Aldo dan tuan Ramzes sudah mengundangku. Dan kurasa malam ini aku sangat beruntung,” ucap Alvern sambil melemparkan senyumnya pada semua yang sudah duduk mengelilingi meja makan.

Alice tidak tau jika Alvern juga akan diundang, jika saja dia ta dia akan mengeluarkan seribu satu alasan untuk menolak undangan Ramzes. Sedangkan Alvern terus memperhatikan tingkah pola Alice yang semakin merasa tidak nyaman.

                                   

Wajah Alice bersemu merah saat mengingat kejadian di dalam mobil Alvern, apalagi ia sudah mendaratkan telapak tangannya di wajah Alvern dengan keras. Alice menggigit bibir bawahnya berusaha mengontrol dirinya supaya masih dapat bertahan di satu ruangan dengan Alvern.

Rahang Alvern mengeras saat menatap wajah Alice yang memerah, lebih-lebih saat Alice menggigit bibir bawahnya. Rupanya bukan hanya Alice, Alvern pun berusaha tidak kehilangan kendali dirinya.

‘Kau mengujiku dengan cukup keras Alicia!’ seru Alvern dalam hatinya.

Saat Alice dan Alvern sibuk dengan pikirannya masing-masing, Ramzes berdiri di tempatnya untuk menyampaikan sesuatu hal terkait dengan acara makan malam bersama yang diadakannya.

Ting ting ting!!!

Ramzes sebagai tuan rumah meminta perhatian karabatnya dengan mendentingkan gelas di tangannya menggunakan sendok.

Saat Ramzes sudah mendapatkan perhatian dari semuanya, diapun mulai berbicara.

“Terima kasih atas kehadiran semua keluargaku di sini, dengan segala kesibukan kalian, kalian masih dapat menyisihkan waktu untuk datang ke tempat kami ini. Dan ini adalah bentuk dari ucapan syukur kami karena anak menantu kami Sherry sudah dinyatakan pulih dari sakitnya walaupun masih tetap menagatur pola makan dan istirahatnya.

Terlepas dari itu, kami juga bersyukur sekaligus berterima kasih atas pengorbanan dari seseorang yang sudah memberikan sebagian hatinya pada Sherry, sehingga Bryan cucu kami masih dapat merasakan kehangatan dari ibunya.

Kami tidak tau bagaimana kami dapat membalas budi baiknya, namun kami selalu mendoakan semoga yang terbaik yang terbaik yang akan didapatkannya dan yang akan dialaminya,” terlihat raut wajah Ramzes yang penuh haru dan rasa syukur yang besar atas kesembuhan menantunya.

Alice terus menundukkan kepalanya saat Ramzes berbicara, dan tangn Rosalie dengan erat menggenggam tangan Alice.

“Alicia Serenity…Alice, terima kasih atas pengorbananmu yang tidak dapat kami balas meskipun kami serahkan semua harta yang ada di dunia ini. Karena kami tau sebanyak apapun harta taka akan dapat membeli sebuah nyawa. Dan Alice kau sangat berharga untuk kami, jadi jangan pernah kau beranggapan kau hanya sendiri.” Akhirnya Ramzes tidak dapat menahan air matanya lagi, semua tumpah begitu saja karena rasa bahagia yang membuncah atas kesembuhan Sherry dan saat ia mengingat keputus asaan putranya mencari pendonor untuk istrinya.

Setelah dapat menguasai dirinya, Ramzes kemudian mengajak semuanya bersuka cita dengan menikmati hidangan yang sudah disediakan.

Hampir satu jam Alice duduk bersama keluarga Ramzes sambil bertukar berbagai cerita. Dan  selama itu juga Alice berusaha menahan dirinya supaya terus bertahan di antara orang-orang yang dianggapnya sangat luar biasa.

Ternyata sabar memang ada batasnya, begitu pula dengan Alice.

Tanpa mengurangi rasa hormatnya ia berbisik pamit pada istri Ramzes, Alice ingin pulang karena ia besok akan kembali ke kota Nara.

“Ayo Chels, kita pulang,” ajak Alice pada Chelsea.

“Maaf Al, aku akan bertahan di sini dulu karena kebetulan ada ayah dan ibuku. Apakah kau tak apa jika pulang sendiri?” tanya Chelsea.

“Tak masalah Chels, dan sampai bertemu beberapa bulan lagi,” kata Alice seraya memeluk singkat sahabatnya.

“Apakah kau mau ku antar Al?” tiba-tiba Aldo menghampiri Alice.

“Tidak terima kasih Aldo, kau jadilah tuan rumah yang baik,” kata Alice sambil tersenyum dan memeluk Aldo.

“Jagalah dirimu Al, kau tau kami selalu ada untukmu,” bisik Aldo dan melepaskan pelukannya.

Saat selesai berpamitan dengan semua orang Alice terkejut dengan ucapan Alvern dan membuat Alice menghentikan langkahnya.

“Aku akan mengantarmu pulang Alicia, dan berikan kunci mobilmu untuk Chelsea,” ucap Alvern sambil memegang siku Alice untuk menahan Alice agar mau pulang bersamanya.

“Tidak perlu repot-repot tuan Alvern,” tolak Alice tegas sambil berusaha melepaskan sikunya dari tangan Alvern namun lagi-lagi itu usaha yang sia-sia.

“Aku memaksa,” bisik Alvern di telinga Alice sehingga membuat tubuh Alice menegang dan berhenti berusaha melepaskan tangan Alvern.

Tiba-tiba suara seorang wanita menyela pembicaraan Alice dan Alvern.

“Terima kasih tuan Alvern jika kau mau mengantarkan putriku pulang. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk menimpanya mengingat hari sudah sangat larut. Alice, pulanglah dengan tuan Alvern, biar Chelsea yang akan mengurus mobilmu,” dengan lembut Rosalie mengusap pipi Alice dan mengecupnya perlahan.

Terdengar Alice menghela nafasnya perlahan. “Baiklah nyonya dan selamat malam. Jamuanmu sangat luar biasa dan terima kasih karena telah mengundangku,” kata Alice dan memberikan pelukan singkat untuk Rosalie.

“Kalau begitu kami pamit dulu nyonya,” ujar Alvern smbil memegang tangan Alice dan membawanya keluar dari rumah Ramzes.

Saat berada dalam mobil, Alvern dan Alice tidak berbicara satu sama lain. Alvern terlihat menatap jalan di depannya sedangkan Alice memalingkan wajahnya menatap keluar jendela mobil Alvern.

“Besok tepat pukul 8 pagi supirku akan mengantarkanmu ke kota Nara,” akhirnya Alvern lebih dulu buka suara memecah keheningan mereka.

“Hmm…” hanya gumaman Alice yang terdengar.

Sesampainya di depan apartement Alice, ia segera keluar dari mobil Alvern setelah mengucapkan terima kasih dengan cepat dan singkat.

Saat Alice akan menutup pintu apartementnya tiba-tiba sebuah kaki yang mengunakan sepatu bermerk menahan pintu Alice agar tidak terutup, dan sebuah tangan kekar perlahan namun tegas mendorong pintu Alice sampai terbuka lebar dan tampaklah sosok seorang Alvern berdiri dengan gagah di ambang pintu apartement Alice.

Alice sangat terkejut sehingga memundurkan tubuhnya dan memekik seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Saat Alvern sudah berada di dalam apartement Alice, ia meraih Alice dan mendorong tubuh Alice sehingga menempel di pintu yang tadinya sudah ditutup Alvern.

Alvern menempelkan tubuhnya pada tubuh Alice, satu tangan Alvern bersandar di pintu sedangkan satu tangan lainnya memegang rahang Alice dan mendongakkannya, cepat namun pasti bibir Alvern sudah menguasai bibir Alice.

Tangan Alvern yang tadinya memegang rahang Alice, sekarang perlahan berpindah ke tengkuk Alice untuk menahan kepala Alice sehingga ciumannya semakin dalam.

Awalnya Alice berusaha mendorong tubuh Alvern, namun itulah salah satu usaha Alice yang sia-sia. Alice hanya dapat melenguh dan itu semakin membuat Alvern bersemangat melakukan aksinya.

Satu tangan Alvern sudah berada di pingang Alice dan mendorongnya supaya lebih menempel lagi pada Alvern sehingga Alice dapat merasakan sesuatu yang menekan perutnya dengan keras, kontan saja wajah Alice bertambah merah dan matanya semakin melotot tajam.

Tanpa aba-aba Alice dengan sekuat tenaga menginjak kaki Alvern dan mendorongnya sehingga Alice dapat terlepas dari kungkungan Alvern.

“Kau memang brengsek Alvern,” ucap Alice dengan nafas terengah-engah setelah perbuatan Alvern yang menciumnya dengan liar.

“Akhirnya kau menyebut namaku,” Alvern hanya terkekeh melihat Alice dengan wajah yang memerah.

“Sudah ku katakan padamu aku akan dengan senang hati mengingatkanmu untuk memanggilku tanpa kata tuan, dan itu tadi juga karena kau sudah mengujiku dengan sangat keras Alicia, kau sudah membangkitkan sisi liarku,” lanjut Alvern dengan seringai puas di wajahnya.

“Keluar kau dari sini!!! SEKARANG!!!!” Dengan emosi yang sudah mencapai batasnya Alice berteriak mengusir Alvern dari apartemennya.

“Jika saja kau tidak pergi besok mungkin kita akan menghabiskan malam ini bersama Alicia. Istirahatlah, aku sudah mengambil hakku.” Dan Alvern pun keluar dari apartemen Alice masih dengan mulut yang menyunggingkan senyum.

Sedangkan Alice memaki-maki Alvern dengan segala kata-kata yang ada di kepalanya.

“Dasar CEO gila, brengsek….!!!!” Belum puas Alice memaki-maki Alvern, ia membanting pintu kamarnya dengan keras seolah-olah dengan berbuat demikian amarahnya akan surut begitu saja dan ternyata Alice salah. Ia masih merasa sangat marah atas apa yang sudah diperbuat Alvern padanya. Selain karena perbuatan Alvern, Alice juga menjadi emosi karena dia tidak tau kenapa hatinya sangat bergejolak saat Alvern menciumnya dengan sangat dalam dan jantungnya berdetak sangat tidak normal. Ternyata Alice dan Alvern sangat mempengaruhi satu sama lain. Alice masih belum menyadarinya namun dia tetap terhanyut ketika bibir Alvern menyapukan bibirnya.

*****

Keesokan harinya Alice sudah berada di lokasi dan dia terlebih dahulu ke ruang pribadi miliknya untuk meletakkan semua barang-barang sebelum ia ke kantor sementara mereka.

Dan Alice sangat terkejut mendapati Devid berada di ruang pribadinya.

“Apa yang kau lakukan di ruanganku Devid!!!” nada bicara Alice terdengar sangat tidak senang.

“Hai Alice, aku hanya membantumu merapikan ruanganmu saja,” jelas Devid sedikit terkejut dengan kehadiran Alice tiba-tiba.

“Dan kenapa harus dirapikan olehmu, bisakah kau jelaskan Devid?” Alice tetap berdiri di ambang pintu dan terus melontarkan pertanyaan pada Devid dan masih dengan wajah yang sangat tidak bersahabat.

“Masuklah dan duduklah dulu Alice, ini ruanganmu dan aku akan menjelaskan semuanya padamu,” ucap Devid seraya mendekati Alice.

“Tidak!!! Ku tunggu kau di ruangan tuan Alvern untuk menjelaskan semuanya!” tanpa menunggu jawaban dari Devid, Alice berlalu begitu saja dengan membawa dua tas di tangannya.

“Sial..sial…siallllll…kenapa harus hari ini dia kembali, jangan sampai semuanya kacau,” geram Devid setelah kepergian Alice.

Alice yang sebelumnya sudah diberikan ijin penuh untuk mengakses masuk dan keluar ruangan Alvern merasa sangat bersyukur karena akhirnya hal tersebut dapat berguna untuknya.

Saat Alice meletakkan tasnya disudut ruangan, Devid sudah berada di ambang pintu.

“Masuklah Devid,” ucap Alice singkat sambil berjalan menuju sofa tunggal di rurangan itu.

“Aku tau kau tidak senang Alice, dan aku minta maaf atas ketidaknyamananmu,” Devid yang sudah duduk bersebrangan dengan Alice mulai membuka suara untuk menjelaskan semua kejadian sehingga ia tadi berada di ruang peribadi Alice.

“Aku mendengarkan,” ucap Alice singkat dan wajahnya yang terlihat masih tidak senang.

“Kemarin malam telah terjadi korsleting di areal ruanganmu Alice, itu di sebabkan oleh salah satu mandor yang salah memasangkan kabel lampu yang berada di ruang paling ujung di sisi sebelah kanan ruanganmu. Dan ada kebakaran kecil yang terjadi tapi tidak terlalu lama karena pada saat kejadian beberapa orang mandor masih belum kembali ke biliknya,” jelas Devid penuh dengan keyakinan.

Tapi satu yang masih tidak diketahui oleh Devid jika berurusan dengan Alice tidaklah mudah, karena Alice selalu membiasakan dirinya berpikir negatif dulu baru berpikir positif setelahnya. Itu dilakukan Alice supaya dia selalu siap dengan dengan segala kemungkinan terburuk. Alice Memang selalu bersikap waspada karena sudah lama hidup sendiri walaupun masih memiliki orang tua.

“Oh ya, dan kenapa harus pintu kamarku yang di dobrak bukan kamar yang berada tepat di samping kamar yang terbakar?”

“Apakah kau meragukaan penjelasanku Alice?” ucap Alvern karena mendengar pertanyaan Alice.

“Apakah aku harus meragukanmu, dan apakah aku harus percaya dengan semua penjelasanmu Devid?”  Alice menekan nada bicaranya karena ia mencium ada rencana di balik kejadian yang diceritakan Devid.

“Terserah kau jika tidak ingin percaya kata-kataku,” Devid terlihat kesal karena rencananya akan gagal.

“Kau bisa menanyakan pada mandor yang pada saat kejadian masih berada di situ,” lanjut Alvern.

 “Kita lihat saja nanti. Dan sekarang aku akan ke lapangan,” Alice berdiri dari tempat duduknya dan pergi menjauhi Devid yang menampakkan wajah kesalnya.

‘Kau tidak akan lolos begitu saja Alice,” gumam Devid dalam hatinya dan menampakkan seringai liciknya yang mengerikan.

Dengan wajah yang masih kesal Alice berjalan menuju lokasi kerja yang selama satu minggu sudah di tinggalkannya.

“Sepertinya aku harus mencari tempat tinggal lain. Dan aku harus tau niat Devid sesungguhnya,” Alice berbicara pada dirinya sendiri karena masih tidak percaya atas apa yang sudah terjadi selama dia tidak ada.

Sedangkan di ruangan CEO Trevor Group, Alvern tampak tenggelam dengan semua berkas-berkas di hadapannya yang perlu perhatian lebih darinya. Sampai bunyi ketukan di pintunya membuat Alvern sedikit teralihkan.

Setelah ijin dari Alvern, Joe tampak memasuki ruang kerja Alvern sedikit tergesa-gesa.

“Bicaralah Joe,” sepertinya Alvern tau ada hal penting yang ingin disampaikan Joe padanya.

“Tuan, sepertinya anak buah nyonya Barbara mulai bergerak. Orang kita di lokasi proyek mengatakan ada kebakaran kecil di dekat ruang pribadi nona Alice dan itu menjadi alasan Devid masuk secara paksa ke ruang pribadi nona Alice tuan,” jelas Joe.

Wajah tenang Alvern menguap seketika dan rahangnya tampak mengeras setelah mendengar kabar yang disampaikan Joe padanya.

“Persiapkan sekarang penerbanganku Joe. Jika dilihat dari sifat  alicia dia tidak akan mau lagi, bertahan di dalam ruangan itu,” kata Alvern masih dengan wajah tidak suka.

“Baiklah tuan, setengah jam lagi kau bisa menuju helipad karena sebelum ke sini aku sudah meminta pilot untuk bersiap. Dan aku permisi tuan.” Joe meninggalkan ruangan atasannya tanpa banyak bicara lagi.

Alvern memerintahkan sekertarisnya untuk membatalkan agendanya selama tiga hari ke depan, karena dia benar-benar harus memastikan keamanan Alice terlebih dahulu.

‘Saat aku menemukan granny, ku pastikan kau akan ku hancurkan dengan tanganku sendiri,’ kata Alvern dalam hatinya sambil mengepalkan tangannya menandakan dia sangat marah.

Sebenarnya Alvern bisa saja menghancurkan Barbara dengan mudah, tapi ia harus bersabar karena menurut anak buahnya jika Barbara menyembunyikan ibunya yang tak lain nenek kandung Alvern di suatu tempat, supaya semua hak waris jatuh ke tangan Barbara. Dan Barbara juga masih berusaha mencari kunci dan kode kunci kotak deposit milik kakek Alvern, karena semua surat-surat tentang kepemilikan semua harta kekayaan kakek Alvern ada di kotak deposit. 

Barbara mengetahui jika nenek Alvern yang ternyata adalah ibu angkatnya mengetahui jika nenek Alvern tau tentang kotak deposit tapi tidak pernah mau membuka mulutnya untuk memberitahukan pada Barbara, bahkan dengan semua ancaman Barbara.

 Untuk itulah Alvern harus menahan dirinya demi menemukan neneknya yang sejak dia bayi tidak pernah dijumpainya.

...

Di kota Nara, di lokasi proyek Trevor Group.

Hari sudah mulai gelap, dan Alice masih berada di lokasi kerja tepatnya di ruangan Alvern.

Setelah membereskan semua laporannya, Alice mengambil tas-tasnya dan akan segera mencari tempat tinggal di luar lokasi proyek mereka.

Saat ia membuka pintu ruangan Alvern, ia berhadapan dengan sosok tinggi dan tegap yang sangat ingin dihindarinya namun entah mengapa selalu membuat jantungnya berdegup kencang. Siapa lagi kalau bukan Alvern.

Tanpa bicara Alice berpaling dan ingin menjauhi Alvern, tentu saja Alvern tidak membiarkan begitu saja dan langsung mencekal tangan Alice.

“Mau ke mana Alicia,” suara Alvern hampir menyerupai geraman saat melihat Alice yang berusaha menghindarinya.

“Tolong lepaskan tanganku tuan Avern,” ucap Alice yang hanya memalingkan kepalanya dan bicara dengan nada tidak suka.

Alvern menyentak tangan Alice sehingga tubuh Alice menabrak dada bidang Alvern, dan dengan cepat tangan Alvern sudah berada di pinggang mungil Alice.

Tas Alice terlepas dari tangannya dan ia menjadi sangat kesal atas perbuatan Alvern.

Jantung Alice berdetak cukup cepat saat tubuhnya sudah menempel pada dada bidang Alvern. Alice berusaha melepaskan diri dengan mendorong tubuh Alvern menggunakan kedua tangannya.

“Lepaskan aku tuan Alvern,” Alice masih berusaha mendorong Alvern menjauh dan selalu sia-sia.

“Jangan banyak bergerak Alicia,”  geram Alvern sambil menundukkan kepalanya menatap Alice.

“Jika tidak ingin kusakiti, lepaskan aku sekarang,” ancam Alice. Dan kata-kata Alice itu membuat Alvern berdecih lucu.

“Sudahlah Alice, sekarang ikut denganku,” Alvern membawa Alice pergi dari tempat itu dengan tangannya masih menggenggam tangan Alice.

“Tinggalkan barang-barangmu Alice, nanti akan ada yang mengurusnya.”

Alice tidak dapat berkata-kata lagi, dia sudah cukup lelah hari ini.

‘Kali ini akan ku turuti tuan CEO, tapi tidak lain kali,’ Alice menggumam dalam hatinya.

...

...

...

...

...

lagi ga ngapa kok alice in wonderland 😁😁

.

next part 11

apa yang akan dilakukan Devid dan kemana Alvern membawa Alice pergi?

.

jangan lupa LIKE dan KOMEN

kasih RATE di depan profil novel dan VOTE juga moggo 😊😊

.

happy reading

thanks for read

and i love youu 💕💕

Terpopuler

Comments

🌹Milea 🖤

🌹Milea 🖤

maaf thor tp aq kdang bingung soal nya kdang nama nya di balik" saat alice yg seharus nya lg ngobrol sma david tp nama nya mlah alvren dan bgtu sblik nya jd kdang bingung aq tuh 😅😅

2020-10-04

0

Hana Rohana

Hana Rohana

mau dibawa kemana si Alice..??

2020-07-29

0

AngelOnApril

AngelOnApril

nama nya ajh barbara , udh pasti org nya bar bar bgt..hahahaa

2020-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!