Part 7. Penjagaan

Mencoba bertahan dengan segala masalah yang ada di depan mata, itu tidaklah mudah. Tapi setidaknya tetap berusaha demi diri sendiri bukan demi orang lain. Meraih langit yang tinggi memang tidaklah mungkin, tapi tetaplah bersyukur bahwa kamu masih bisa  menatap langit dan berpijak di bumi.

Satu bulan sudah berlalu, Alice masih bertahan di lokasi proyek mereka dan Alice juga masih berusaha mengatasi rasa kesalnya pada Devid yang makin lama makin membuat Alice   semakin sering mengerutkan dahinya jika berdekatan dengan Devid. Dan tentu saja Devid masih penuh kesabaran menaklukkan Alice yang dianggap Devid seperti sebuah batu karang.

Hari ini merupakan jadwal tetap Alice melaporkan kemajuan pekerjaan mereka pada Alvern, karena Alvern meminta supaya Alice langsung melaporkan padanya perkembangan proyek mereka dengan detail, karena Alvern ingin semuanya berjalan sesuai kemauannya.

“Devid, bisakah aku minta tolong sesuatu padamu?” tanya Alice pada Devid yang sedari tadi hanya memandangi Alice yang sedang berkutat dengan laptop mininya. Dan pertanyaan Alice itu langsung saja membuat Devid sumringah karena baru kali ini Alice meminta bantuan padanya, “Katakanlah apa yang bisa ku Bantu,” Devid menegakkan badannya pertanda dia bersemangat mendengarkan Alice.

“Aku akan kembali ke kantor pusat di Midle selama satu minggu, bisakah kau seorang diri di sini mengawasi jalannya pekerjaan? Karena sebelum pekerjaan mencapai 50% tidaklah baik meninggalkan lokasi tanpa salah satu dari kita berdua mengawasi di sini,” jelas Alice pada Devid.

“Hmm…tak masalah untukku Alice, karena memang sudah tugasku. Tapi tolong jangan terlalu lama, karena aku hampa tanpamu,” Devid tetaplah Devid dengan segudang rayuannya, namun tak pernah berhasil untuk Alice.

“Aku pergi dulu Devid, kau bisa menghubungiku jika urusan pekerjaan..ingat urusan pekerjaan!” Alice sengaja menekankan nada bicaranya berharap Devid mengerti jika ia tak ingin diganggu..

“Kau masih kejam padaku Alice,” teriak Devid dari dalam ruangan supaya Alice mendengar ucapannya.

Di depan kantor sementara mereka, sudah ada sebuah mobil dan juga seorang supir yang siap membawa Alice ke kota Midle.

Selama di perjalanan Alice hanya sesekali berbicara dengan supir yang mengantarkannya, selebihnya Alice hanya berdiam diri sambil memandang ke luar jendela. Ia menyadari jika jalan yang dilaluinya mempunyai pemandangan yang menarik dan ia berharap suatu waktu akan menjelajah daerah kota Nara seorang diri, karena pada awalnya dia pergi bersama Alvern menggunakan helicopter jadi tidak mengetahui potensi yang ada di kota Nara.

‘Tidak heran jika tuan Alvern membangun kawasan ramah lingkungan, karena memang memiliki cirikhas yang luar biasa indah,’ gumam Alice dalam hatinya.

Alice terlarut dengan pikirannya sendiri, sehingga dia tak menyadari jika mereka sudah memasuki kota Midle.

“Nona, kita sudah memasuki kota Midle,” ucapan supir itu memecahkan lamunan Alice.

“Bisakah kau mengantarkanku ke market terdekat?”

“Tentu saja nona, akan sampai sebentar lagi.”

Setibanya di sebuah supermarket, Alice buru-buru mencari keperluannya karena dalam waktu satu bulan ini apartemennya tak terjamah. Waktu pertemuannya dengan Alvern dua jam lagi dan ia masih mempunyai waktu ke apartemenya untuk menyimpan barang-barangnya terlebih dahulu.

“Maaf pak, bisakah kau mengantarkanku sebentar ke apartemenku? Aku ingin menyimpan barang-barangku,” kata Alice pada supir kantor Alvern.

“Siap nona, dimana alamatnya. Akan ku antarkan dengan senang hati,” dengan senyum ramah pada Alice.

Setelah ke apartemennya, Alice minta antarkan ke kantor konsultannya pada supir Alvern karena ia harus memberikan laporan pada Ramzes. Saat Alice tiba di kantornya pada pukul 11 siang, ia langsung menuju ruangan atasannya dan tentu saja sebelum ia mencapai pintu atasannya ia harus lebih dulu melalui detector hidup dengan segudang pertanyaan, siapa lagi jika bukan Chelsea satu-satunya sahabat Alice.

“Hei nona manis, akhirnya kau menampakkan batang hidungmu di markas besar ini,” Chelsea tidak bisa lagi menahan mulutnya saat melihat Alice mendekat. Chelsea sebenarnya sudah tau jika Alice akan datang hari ini untuk menyerahkan laporan bulanannya tentang pekerjaan yang ada di kota Nara, ia hanya agak kesal karena selama Alice di luar kota sangat sulit baginya untuk sekedar berbicara dengan Alice.

“Setidaknya kau masih mengatakan aku manis,” gurau Alice seraya mendekati sahabatnya dan memeluknya dengan hangat.

“Tunggulah sebentar lagi Al, tuan Ramzes masih ada tamu. Bukankah kau akan ke kantor tuan Alvern pukul 2 siang ini?” tanya Chelsea pada Alice yang sudah mengambil tempat duduk di depannya.

Alice menghela napas sesaat sebelum menjawab pertanyaan Chelsea.

“Iya, dan aku akan pergi sendiri jika tuan Ramzes sudah ada janji. Supir kantor tuan Alvern sudah ku minta kembali, karena aku tidak ingin menahannya lebih lama lagi, tadi saja dia sudah ku minta mengantarkanku kesana kemari.”

“Sepertinya kau harus pergi sendiri Al, karena pukul 1 nanti tuan Ramzes akan bertolak ke kota Grenville untuk menghadiri acara lelang besar nanti malam,” jelas Chelsea pada Alice yang terlihat semakin menekuk wajahnya.

“Bisakah kau menemaniku Chels? Please!!!” Alice menunjukkan wajah memelasnya berharap sahabatnya itu mau menemaninya.

“Astaga Alice kau seperti aneh saja hari ini dengan wajah itu, dan maaf ya Alice sayang aku tidak bisa menemanimu karena aku juga akan pergi bersama tuan Ramzes,” Chelsea menggenggam tangan Alice sambil menampakkan wajah menyesalnya karena tidak bisa menemani Alice.

“Setelah aku kembali dari Greenville bagaimana jika kita jalan-jalan dan nonton,” Chelsea mengajukan penawarannya pada Alice dan disambut dengan sebuah anggukan yang tidak terlalu bersemangat.

“Sepertinya kau sekarang bisa masuk, tamu tuan Ramzes sudah keluar,” Chelsea bangkit berdiri di balik mejanya dan membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada tamu atasannya yang baru saja keluar dari ruangan.

Belum saja Alice masuk ke dalam, atasannya yang tak lain adalah tuan Ramzes sudah keluar mendatanginya.

“Hai Alice, bagaimana markasmu di kota Nara apakah nyaman?”

“Akan terasa nyaman jika aku memikirkan liburanku tuan,” senyum penuh arti dilontarkan Alice untuk bosnya tersebut.

“Ckckckckckck….Alice Alice aku tau maksudmu. Dan sekarang apa yang ingin kau laporkan? Di sini saja tidak usah ke dalam, karena aku sudah ada janji dengan isteriku untuk makan siang, sebelum aku berangkat ke Greenville,” ucap Ramzes sambil melihat jam tangannya.

Alice memberikan sebuah laporan yang sudah dijilid rapi beserta flashdisk pada atasannya.

Setelah Ramzes menerima laporan Alice, dia memberikan pada sekertarisnya.

“Letakkan di meja kerjaku Chels, sekembali dari Greenville aku memeriksanya. Makan sianglah kalian berdua sebelum kami pergi.”

Supaya menghemat waktu Alice dan Chelsea makan siang di café yang bersebrangan dengan kantor mereka.

“Kau harus cepat menghabiskan makanmu Chels, apakah barang-barangmu sudah kau saipkan?” Alice bertanya sambil menikmati makan siangnya.

“Tenang saja Al, aku ini sekertaris yang cakap bukan foto model dengan segala kerumitannya, barang-barangku sudah ku simpan dalam mobil yang akan mengantar ke bandara” sahut Chelsea.

“Ngomong-ngomong Al, bagaimana hubunganmu dengan tuan CEO?” Chelsea menampakkan wajah penuh minat pada Alice.

Pertanyaan Chelsea membuat Alice menghentikan aktivitasnya yang sedang mengunyah makanannya.

“Hubungan kami baik-baik saja sebagai bos dan karyawan. Dan asal kau tau, selama 1 bulan ini aku belum bertemu tuan CEO itu.”

“Benar-benar seorang Alicia Serenity, aku akan memberikan gajihku selama 1 bulan jika dalam waktu 1 minggu kau bisa membuat seorang laki-laki mengajakmu berkencan,” Chelsea menantang sahabatnya yang sudah dianggap Chelsea menderita radang manusia paling dingin stadium lanjut.

“Cih…sekarangpun aku bisa, tapi Chels laki-laki yang mendekatiku selama di lokasi kerja itu sangat membuatku tidak nyaman. Dia memang sering bercanda tapi sorot matanya mengatakan jika dia mempunyai maksud dan tujuan bergabung dengan proyek ini, tentu saja selain mendapatkan gajih besar,” Alice  akhirnya menceritakan rasa tidak nyamannya saat berdekatan dengan Devid.

Mimik wajah Chlsea langsung berubah menjadi serius.

“Tidakkah lebih baik kau sampaikan pada tuan Alvern? Aku khawatir padamu Al, apalagi kamu di sana seorang diri.”

“Tidak apa-apa Chels, karena aku masih bisa menjaga jarak darinya. Dan jika dia sudah melewati batas aku pasti akan melaporkannya,” jelas Alice berharap Chelsea tidak terlalu mengkhawatirkannya.

“Chels, sudah hampir jam 1,” Alice mengingatkan Chelsea.

“Astaga kau benar, aku pergi dulu Al. Lusa aku sudah kembali, ingat janji kita.” Chelsea berlalu meninggalkan Alice yang masih betah berada di café tersebut.

Alice kembali teringat semua kejadian yang sudah terjadi kurang lebih 1 bulan terakhir, terlebih kejadian yang sudah membuatnya kehilangan ciuman pertamanya. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana saat bertemu dengan tuan Alvern. Karena teringat kejadian tersebut wajah Alice bersemu merah dan dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya         seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap semua kejadian itu jatuh begitu saja keluar dari dalam kepalanya, sehingga dia bisa melupakan kejadian memalukan itu.

Kelakuan Alice tak luput dari perhatian sepasang mata yang berjarak beberapa meja dari Alice. Sejak Alice dan Chelsea masuk café itu, pandangannya tak pernah lepas dari Alice. Memandang Alice dari jauh saja sudah membuatnya tersenyum apalagi jika sampai Alice jadi miliknya. Tatapan mata dan aroma tubuhnya yang lembut membuatnya memejamkan matanya seolah tak ingin semua itu hilang dari ingatannya.

“Tidak dapat kuhindari lagi pengaruhmu padaku Alicia Serenity, kuharap kau menyukai rencanaku untuk kita,” seringai penuh arti tergambar jelas di wajah laki-laki tersebut.

“Kunantikan kedatanganmu Alicia.” Dan laki-laki tersebut  berlalu dari café tersebut, karena ia tidak ingin jika Alice menyadari keberadaannya.

  ****

“Apa jadwalku setelah makan siang?” Alvern menghampiri meja sekertarisnya dan itu tidak biasanya dilakukan oleh seorang Alvern yang notabene adalah seorang CEO yang sangat berkuasa.

“Oh iya sebentar tuan, anda hanya memiliki 1 pertemuan dengan nona Alicia Serenity tepat pukul 2 nanti dan setelah itu tidak ada jadwal lagi tuan,” dengan sigap Daisy menjelaskan pada Alvern.

“Pastikan tidak ada yang mengganggu pertemuanku Daisy!” tegas Alvern pada sekertarisnya.

“Kau juga Joe, kau tau apa yang harus kau lakukan selama pertemuanku kali ini.” Dan seperti biasanya, Alvern berlalu meninggalkan dua orang kepercayaannya yang saling pandang melihat perubahan kecil pada seorang Alvern.

Dalam ruangannya, Alvern memegang selembar foto yang terlihat cukup lama.

“Aku berjanji akan menyelesaikan semuanya untukmu, dan akan ku buat kau bangga padaku,” ucap Alvern perlahan sambil tersenyum penuh kasih sayang pada foto tersebut, setelah itu ia meletakkan kembali di dalam laci meja kerjanya.

Tepat setelah Alvern menyimpan foto itu intercom di ruang kerjanya menyala. Daisy membuka sedikit pintu ruangan alvern dan Daisy menyampaikan jika tamunya telah tiba.

"Suruh dia masuk!" Perintah Alvern meminta Daisy untuk membawa Alice masuk. Alvern lalu tersenyum pada Daisy.

Dan sekali lagi Daisy terkejut karena setelah bertahun-tahun ia menjadi sekertaris Alvern, baru kali ini ia melihat atasannya itu tersenyum.

"Silahkan masuk Nona Serenity!" Daisy mempersilahkan Alice masuk. Alice pun memasuki ruangan Alvern dan melihat Alvern yang tersenyum sumringah padanya menuju ke sebuah sofa.

“Masuklah Alicia,” kata Alvern. Senyuman Alvern itu, cukup mengusik jiwa seorang Alice.

“Apakah kau sudah makan Alicia?”  tanya Alvern sambil menepuk nepuk alas sofa dengan maksud membuat Alice duduk di sampingnya.

“Sudah tuan, dan bisakah aku memulai menyampaikan laporanku?” Alice terburu-buru karena ia ingin segera pergi dan menjauh dari CEO yang hampir tidak dapat di tolak pesonanya.

“Hmmm…jangan terburu-buru Alicia, aku cukup lelah hari ini,” Alvern menyenderkan tubuhnya di sofa, dan tentu saja Alice semakin tidak karuan oleh tingkah Alvern.

“Aku akan meninggalkanmu, istirahatlah. Aku akan membuat janji lagi untuk besok,” Alice berdiri hendak meninggalkan Alvern yang masih memejamkan matanya. Namun saat Alice akan membuka pintu, tangannya di genggam oleh sebuah tangan yang besar dan kekar yang menutupi tangan kecilnya.

“Aku belum mengijinkanmu pergi Alicia,” Alvern tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dengan jarak yang sangat dekat bahkan dada Alvern menempel di punggung Alice dan Alvern memegang tangan Alice yang berada di hendel pintu.

Tubuh Alice  menegang karena posisi mereka terlalu dekat. Alice ingin berbalik tapi ia takut jika kejadian dulu akan terulang lagi.

“Hmm…istirahatlah tuan Alvern,” suara Alice terdengar sangat kecil bahkan nyaris meyerupai bisikan.

Alvern sedikit menjauhkan tubuhnya dari Alice karena tubuh Alice sudah hampir menyerupai kekakuan sebuah patung dan hal itu membuat Alvern meyeringai senang mengetahui pengaruhnya pada Alice cukup besar apalagi saat melihat rona kemerahan di wajah Alice. Namun sepertinya dia tidak bisa memaksakan Alice. Walau juga sedikit sebal, Dia harus lebih tenang untuk mendekatkan dirinya pada wanita mungil ini.

“Berikan laporanmu padaku. Pulanglah dan beristirahat, besok akan ku hubungi.” Alvern membukakan pintu untuk Alice dan mempersilahkan Alice untuk pergi.

Tanpa memandang kiri kanan Alice dengan langkah cepat menjauhi Alvern yang masih berdiri di ambang pintu menatap kepergiannya, dan lagi-lagi Daisy sekertaris Alvern dibuat terperangah saat menyaksikan kejadian langka di hadapannya.

“Daisy,” panggil Alvern dengan nada cukup kesal.

“I..iya tuan,” Daisy tersentak kaget saat mendengar namanya dipanggil.

”Katakan pada petugas keamanan dan resepsionist jika Alicia datang ke sini segera antarkan ke ruanganku!!”

“Baik tuan,” jawab Daisy singkat.

Tak lama Alvern masuk ke ruangannya, ponselnya berbunyi dan terlihat nama Ramzes sebagai pemanggil.

"Ada apa?!” Alvern mengangkat panggilan dengan nada yang masih kesal karna hanya sebentar bertemu pada dengan Alice.

“Maaf mengganggu tuan Alvern, ada yang ingin kusampaikan tentang Alice.”

Alvern menaikkan alisnya saat Ramzes menyebutkan nama Alice.

“Katakan.”

“Aku baru saja diceritakan keponakanku, kau tau sekertarisku Chelsea? Dia keponakanku sekaligus sahabat dekat Alice. Dan tadi ia menceritakan jika Alice merasa tidak nyaman di lokasi kerja dengan keberadaan laki-laki yang bernama Devid.”

“Devid?” tanya Alvern.

”Iya tuan Alvern,apakah Devid adalah perwakilan dari pihakmu tuan Alver?”

“Iya benar, Devid adalah perwakilan dari pihakku. Jika Alice meninggalkan lokasi maka masih ada penanggung jawab utama di sana,” jelas Alvern pada Ramzes.

“Maafkan aku tuan Alvern, aku hanya ingin memastikan keamanan Alice selama masa pembangunan kawasan itu. Dan jika ternyata ia tidak aman, aku akan menariknya ke kantor pusat dan menggantinya dengan yang lan. Karena menurut cerita Chelse, laki-laki bernama Devid itu mempunyai niat lain, bukan hanya sekedar menyukai Alice.”

“Aku mengerti tuan Ramzes, dan terima kasih atas informasimu. Akan ku pastikan sendiri keamanan Alicia selama masa proyek berlangsung,” tegas Alvern pada Ramzes.

‘Dan untuk seterusnya akan ku jaga dan kuperhatikan wanita kecilku itu,’ sambung Alvern dalam hatinya.

“Terima kasih tuan Alvern. Alice sudah seperti putriku sendiri terlebih isteriku sangat menyayanginya dan tentu saja putraku, jika sampai anakku mendengar kisah Alice dia pasti akan langsung menghentikan pekerjaan Alice di sana. Anakku dan istrinya sangat memperhatikan Alice karena Alice pernah membantu mereka. Baiklah tuan Alvern aku hanya ingin menyampaikan itu saja, sekali lagi aku minta maaf jika sudah mengganggumu dan terima kasih atas waktunya. Selamat siang tuan Alvern.” Ramzes mengakhiri panggilannya untuk Alvern setelah lumayan banyak yang disampaikannya pada sang CEO.

Setelah panggilan dari Ramzes berakhir, Alvern mempunyai tujuan baru yaitu Alicia Serenity,

“sepertinya banyak yang terjadi padamu  Alicia! aku akan mencari tau secepatnya.” gumam Alvern.

“Daisy, panggilkan Joe minta ke ruanganku sekarang,” perintah Alvern pada sekertarisnya.

Tak lama Joe masuk ke ruangan Alvern,

“Apa yang bisa ku lakukan untukmu tuan?” tanya Joe yang sudah menautkan tangannya.

“Joe, cari tau tentang Alicia Serenity jika perlu sejak dia bayi. Dan juga tentang Devid Bardon.” perintah Alvern.

“Siap tuan.”

“Dan Joe, aku ingin ada yang menjaga Alicia selama dia di lokasi kerja dan berikan laporan lengkap untukku jika perlu setiap hari. Karena tuan Ramzes memperingatiku tentang sesuatu yang tidak biasa dari Devid.” tambah Alvern lagi.

“Baiklah tuan, jika begitu aku pegi dulu,” Joe selalu paham dengan cepat keinginan tuannya itu.

  ****

Di lain tempat.

“Tuan, apakah tidak apa-apa jika membiarkan nyonya Barbara tinggal lebih lama di mansionmu?” tanya seseorang pada Sebastian.

“Aku harus bisa bersabar Jack, karena hanya dengan membiarkannya tinggal satu atap denganku akan memudahkanku untuk mengawasinya. Dan semoga saja ia tidak terlalu waspada. Aku hanya ingin Alvern tetap aman,” Sebastian saat ini berada di kantornya bersama asistennya Jack.

“Sampai kapan kau menyimpannya tuan, tidakkah lebih baik kau mengatakan semua pada tuan muda?” kembali Jack bertanya.

Terdengar Sebastian menghela nafasnya perlahan.

“Belum waktunya Jack, biarkan Alvern menyelesaikan wasiat mendiang ayah mertuaku, supaya semua warisan dapat dimiliki Alvern. Dan jangan sampai alvern tau jika ia adalah pewaris tunggal dari Baxter. Aku sudah meminta pengacara keluarga Baxter menutupi hal itu,” Sebastian menjelaskan pada Jack

“Apakah nyonya Babara tau tuan syarat itu?”

Sebastian memejamkan matanya sesaat.

“Jika ku lihat, sepertinya dia sudah tau Jack. Dan aku sangat yakin ia akan melakukan segala cara menghancurkan usaha Alvern,” Sebastian menggeram karena benci dengan Barbara.

“Dan Jack, pastikan Alvern aman. Terus awasai dia, jangan sampai lengah. Karena aku tidak ingin hal buruk terjadi pada anakku.”

“O iya tuan, ada yang ingin ku sampaikan perihal tuan Alvern.” Kata-kata asistennya membuat Sebastian membalikkan badannya dan menatap asistennya dengan rasa ingin tau yang besar.

“Katakan Jack.”

“Tuan muda sepertinya menaruh perhatian lebih kepada seorang gadis tuan, gadis itu adalah kepala pelaksana lapangan proyek tuan muda,” jelas Jack pada tuannya.

“siapa namanya Jack, dan dari kelurga siapa?”

“Namanya Alicia Serenity dan dia biasanya dipanggil Alice tuan, dia cerdas. Dia dipercaya sebagai kepala perencanaan dan perancangan di perusahaan konsiltan milik tuan Ramzes. Dan sekarang ia memegang penuh tanggung jawab proyek tuan muda. Dia dari keluarga Serenity Brown, tapi sepertinya hubungannya dan orang tuanya kurang baik tuan, sehingga nona Alice sekarang tinggal sendiri di apartemen hasil kerja kerasnya tuan,” jelas Jack panjang lebar pada tuannya.

Senyum terlukis jelas di wajah Sebastian saat mendengar penjelasan Jack asistennya.

“Sewaktu-waktu aku akan menemuinya. Dan jika memang anakku menyukainya, berarti kita harus memasukkannya dalam daftar orang yang harus kita lindungi Jack.”

“Kau benar tuan, karena sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada nona Alice,” lanjut Jack bercerita.

Sebastian mengernyitkan dahinya saat mendengarkan penuturan Jack,

“Apa maksudmu Jack?”

“Saya baru saja mendapatkan kabar jika tuan muda meminta Joe melakukan penjagaan untuk nona Alice selama di lokasi kerja, dan untuk kejelasan lebih saya akan mencari tau tuan.”

“Jika memang demikian, Bantu Alvern, tempatkan 2 orang di lapangan dan di kantor sementara mereka untuk mengawasi dan menjaga gadis itu. Aku tidak ingin anakku kesulitan Jack.” Perintah Sebastian pada jack.

“Segera ku laksanakan tuan, dan jika tidak ada lagi aku pergi dulu tuan Sebastian,”   ucap Jack.

“Pergilah, dan terus kabari aku pergerakan Barbara dan antek-anteknya. Biarkan dia menganggap aku lemah. Dia harus menyiapkan dirinya Jack,” rahang Sebastian terlihat mengeras menahan amarah yang selam ini terus dipendamnya demi sebuah balas dendam.

...

...

...

...

...

Aw aw Alice, aku juga mau dijagain orang orang babang alvern n papi bastian 😅😅

.

Next part 8

Ada apa dengan Devid?

Apakah Alice mengetahui penjagaan padanya?

Mengapa Tuan Ramzes begitu mencemaskan Alice?

.

jangan lupa LIKE dan KOMEN nya yaa

kasih juga RATE dan VOTE di depan profil novel

.

thanks for read and i love you

@viiriiyoo💕💕

 

 

Terpopuler

Comments

syafa

syafa

wah alice banyak yg menyayangi u ya

2020-07-02

0

Magdha Simart

Magdha Simart

byk yg syng Alice y Vii..mau donk disyng juga..🤣

2020-03-29

1

£ê🦁rma MSI🤩

£ê🦁rma MSI🤩

bapak anak kompak😁😁😁

2020-03-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!