Part 8: Something

Tidak ada yang benar, semua menjadi salah saat semua dikuasai oleh perasaan marah dan benci. Mata menjadi buta dan telinga menjadi tak mendengar. Lebih baik mana, perasaan yang menguasai pikiran atau pikiran yang menguasai perasaan? Entahlah masing-masing orang punya rasa yang berbeda dan pilihan yang tak sama.

...

Hari ini Alice mempunyai janji temu dengan Chelsea, tapi pertama-tama Alice harus ke bandara untuk menjemput sahabatnya itu.

Dengan penampilan santai karena akhir pekan, Alice benar-benar terlihat seperti anak sekolahan, dengan wajah putih bersih dan tentu saja cantik. Sehingga tak sedikit kaum adam menolehkan kepalanya saat berpapasan dengan Alice.

Alice menunggu di ruang kedatangan, berharap sahabatnya segera muncul, karena dia sudah mulai gerah dengan mata orang-orang yang menatapnya. Dan akhirnya yang dinantikan Alice terlihat melambaikan tangan ke arahnya dengan wajah cerah dan bahagia.

“Serasa mimpi indah di siang bolong saat melihatmu menyambutku Al,” Chelsea tertawa senang sambil merangkul lengan Alice dan berjalan bersama-sama menuju pintu keluar.

“Sepertinya kau mengalami turbulensi cukup parah saat diperjalanan Chels, bicaramu membuat aku jet lag,” Alice meletakkan punggung tangannya di kening Chelsea untuk memeriksa apakah sahabatnya itu demam atau tidak.

Chelsea memukul tangan Alice sehingga terlepas dari dahinya.

“Heizzz…kau ini Al, aku senang saja karena tuan Ramzes masih bertahan di Greenville untuk mengikuti acara kelurganya yang diadakan tiap tahun. Dan kau tau, istri dan anak tuan Ramzes menanyakan keadaanmu, mereka merindukanmu Al.”

“Aku juga merindukan mereka,” wajah Alice menjadi murung karena memikirkan perhatian orang lain yang lebih memperhatikannya melebihi orang tuanya sendiri.

“Al….hei…kau mendengarku?” Chelsea menepuk bahu Alice perlahan saat melihat perubahan wajah sahabatnya itu.

“Oh..iya Chels, maaf aku sedikit teralihkan.”

“Kau mau makan dulu atau kita langsung nonton Al?” Chelsea memberi saran.

“Apakah kau mau menginap di tempatku Chels, aku sudah membeli beberapa bahan makanan. Jika kau mau kita langsung ke apartemenku saja,” Alice tersenyum pada Chelsea sambil memainkan alisnya.

“Jika kau memintaku memasak untuk kita berdua dengan tegas aku menolaknya,” kata Chelsea sambil kedua tangannya membuat tanda silang di depan dadanya.

Saat Alice akan masuk ke mobilnya ia tertegun saat melihat sepasang orang tua yang berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah koper besar. Alice memasang wajah tersenyum saat kedua orang yang dipandangnya semakin dekat. “Ap…” namun kata-kata yang akan ia ucapkan hilang berlalu begitu saja saat kedua orang tersebut yang tak lain adalah ayah dan ibunya berjalan melewatinya begitu saja, seolah-olah tak ada manusia lain d sekitarnya. Alice menunduk sesaat berusaha menahan bulir-bulir bening air matanya yang akan keluar.

‘kenapa aku sampai lupa kalau aku bukan siapa-siapa untuk mereka,’ Alice mengingatkan dirinya sendiri.

“Ayolah Al, aku sudah kepanasan dan kelaparan. Ayo cepat kita pulang Al,” rengek Chelsea. Dan sebenarnya Chelsea sudah melihat kejadian tadi, ia sangat benci dengan perilaku kedua orang tua Alice yang sudah berperilaku tidak selayaknya orang tua.

‘Semoga yang terbaik terjadi padamu Al dan semoda kau selalu kuat,’ ucap Chelsea dalam hatinya.

“Hehehe…maaf maaf…ayo kita pergi” Alice terkekeh melihat wajah kesal Chelsea. Alice menguatkan hatinya, tidak ingin orang lain tau apa yang dialaminya, karena kesusahannya cukup untuk diri sendiri bukan untuk dibagi-bagi.

Saat tiba di apartemen Alice, Chelsea menghempaskan badannya di sofa empuk milik Alice.

“Aku benar-benar lelah Al…” beberapa kali Chelsea menghela nafasnya seolah ingin menunjukkan dia sangat kelelahan.

“Hei Chels, pisahkan baju kotor dan pakaian dalam kotormu. Aku akan memanggil jasa loundry, jika ingin kau bisa ikut. Besok sudah selesai, aku jamin,” ajak Alice karena dilihatnya Chelsea sangat kelelahan.

“Kau yang terbaik Al.”

Alice dan Chelsea asik dengan kegiatan masak memasak mereka dengan segala cerita dari yang penting sampai cerita yang tak berguna, dan cukup membuat Alice melupakan sikap orang tuanya tadi saat di luar bandara.

“Kau tau Chels, sepertinya setelah makan siang aku memilih tidur. Aku ingin menikmati waktuku di sini sebelum aku bermandikan debu di Nara nanti,” ucap Alice pada Chelsea yang belum menghabiskan makanan penutupnya berupa pudding buah.

“Terserah kau Al, nanti malam kita masih punya waktu, aku ikut denganmu tidur ya Al,” Chelsea menampakkan wajah memelasnya pada Alice.

“Memangnya kau mau tidur dimana lagi?”

Chelsea hanya tertawa mendengar ucapan Alice, dan setelah selesai dengan makanan penutupnya Chelsea lalu mencuci semua perlengkapan makan yang sudah mereka gunakan tadi.

Saat keduanya berbaring di tempat tidur Alice, tiba-tiba Chelsea melontarkan keinginannya yang membuat mata Alice melotot,

“Al, malam nanti kita pergi ke club. Maukah kau Al?”

“Tidak.”

 “Oh ayolah Al.”  rengek Chelsea.

“Tidak Chels…dan jawabanku tidak akan berubah. Kau tau aku anti ke club. Jika kau sudah punya janji, kau saja yang pergi,” Alice memejamkan matanya setelah berbicara pada Chelsea.

Alice memang tidak pernah sama sekali mau menginjakkan kaki di club malam. Selain karena sangat berisik, itu juga bukan gayanya dan dia sangat tidak meyukai orang-orang yang datang ke situ hanya untuk kenikmatan sesaat. Karena tidak sedikit orang yang terjerumus ke hal-hal negatif dan merugikan diri sendiri.

Chelsea menyerah merayu Alice yang benar-benar tidak bisa diubah pendiriannya.

“Baiklah Al, jika kau tidak mau aku saja yang pergi, dan kemungkinan aku tidak kembali ke sini ya. Besok aku akan datang lagi mengambil barang-barangku,” kata Chelsea.

“Hmmm….” Dan Alice pun tertidur lelap.

  ****

Di kota lain, suasana hati seseorang dalam keadaan tidak baik dan merencakan sesuatu yang besar.

“Rencana kali ini hanya awalnya saja Alice, ku harap kau tak terlalu memakai otak tajammu itu,” gumam seseorang dalam sebuah ruangan.

“Apakah kalian sudah melakukan dengan benar apa yang ku perintahkan tadi?” ucap laki-laki itu yang ternyata tidak sendiri di tempat itu.

“Sudah tuan, tengah malam nanti semuanya akan dimulai.”

“Jangan sampai ada kesalahan, karena waktu kita tidaklah banyak. Jika kau melakukan kesalahan kecil maka bayaranmu tidak akan kau dapatkan. Mengerti!!”

“Sesuai kehendakmu tuan,” ucap anak buah laki-laki tersebut sambil menundukkan kepalanya.

Drrrtttt…..drrrttttt…ponsel laki-laki itu berbunyi dan saat dia melihat siapa yang menghubunginya dia menyunggingkan senyum tipisnya.

“Apa yang membuatmu menghubungiku sayang?” tanya laki-laki itu sambil mengibaskan tangan menyuruh anak buahnya keluar meninggalkanya.

”Kapan kau menemuiku? Tidakkah kau merindukan permainan panjang kita hmmm?” Terdengar suara seorang wanita yang menghubunginya.

“Apakah kau sudah kehabisan laki-laki untuk memuaskanmu hah?”

“Kau tau, tidak ada yang bisa menandingi permainanmu dan tentu saja kekuatanmu tak ada bandingannya. Ku harap kau segera kembali. Dan tunggulah sesuatu yang akan ku kirimkan ke ponselmu, semoga ponselmu tidak kehabisan daya malam ini.”

“Cih…aku tau kau hanya ingin uangku kan?”

“Hahahahahahahaha....uang?? Aku tidak ingin uang, aku hanya ingin bermain denganmu. Uang bukanlah masalah untukku”

“Satu minggu lagi aku akan kembali, persiapkan dirimu,” laki-laki itu mengakhiri panggilan di ponselnya dan tidak lama sebuah pesan masuk. Ternyata merupakan video yang dikirimkan oleh wanita yang baru saja menghubunginya tadi. Saat dia melihanya kontan saja darahnya bedesir dan dengan kasar ia mengusap wajahnya.

“Dia harus menerima akibatnya saat aku kembali,” ucap laki-laki itu pada dirinya sendiri. Dan dia segera mengambil kunci mobilnya karena dia perlu pelepasan setelah menyaksikan video yang dikirimkan untuknya tadi.

 ****

Di apartemennya Alice terlihat bersiap-siap, bukan ingin ke club karena dia benar-tidak ingin. Alice hanya berniat pergi ke market dekat apartemennya karena dia lupa membeli keperluan penting menyangkut periode bulanannya. Dan dia hanya senyum saat mengingat jika Chelsea betul-betul meninggalkan dirinya demi besenang-senang di club malam.

“Kau memang tau cara menikmati hidup Chels,” Alice berbicara sendiri sambil memngambil dompet dan ponselnya.

Beberapa saat Alice sudah tiba di sebuah market yang lumayan besar, dia mengambil sebuah keranjang dan berkeliling mencari beberapa keperluannya sebelum kembali ke lokasi kerja.

Saat Alice berusaha meraih botol sabun yang letaknya agak tinggi, dia berjinjit namun tetap sulit di raihnya.

Alice menyerah san berniat memanggil pegawai market untuk membantunya, mengambilkan barang yang terletak di rak paling atas, saat ia berbalik ia terkejut karena berhadapan dengan dada kokoh seorang laki-laki dengan aroma maskulin yang sangat dikenalnya, aroma maskulin yang beberapa hari ini mengisi ingatannya, dan tanpa mendongakkan kepala Alice tau siapa yang berada di hadapannya saat ini.

“Kau memang mungil Alicia,” suara laki-laki itu membuat Alice berdiri kaku karena tidak tau apa yang harus dilakukannya. Dan dia terdorong ke belakang sehingga punggungnya menempel ke rak barang yang ada di belakangnya, karena laki-laki di hadapannya itu mengulurkan tangan mengambil barang yang ingin dijangkau Alice tadi. Dan laki-laki itu adalah Alvern.

Alvern menundukkan kepalanya untuk menatap Alice dia menghirup dalam-dalam aroma lembut dari tubuh Alice dan memejamkan matanya sesaat.

“Kau tau, aku senang karena kau mengingkari janjimu Alicia,” gumam Alvern hampir berbisik sehingga membuat tubuh Alice semakin terpaku.

“Ini Alicia, apakah ada yang kau inginkan lagi?” ucap Alvern sambil meletakkan barang tadi ke keranjang yang dipegang Alice, dan hal itu membuat pipi Alvern bergesekan dengan pipi Alice.

Kontan saja hal itu membuat wajah Alice memerah dan semakin menyebabkan kemampuan Alice untuk berpikir hilang dalam sekejab.

“Hei Alicia…apa sudah selesai?”

Pertanyaan Alvern akhirnya menyadarkan Alice,

“Oh iya tuan Alvern terima kasih atas bantuannya. Dan bisakah kau memberikan jalan untukku?”

Alvern memang sengaja tidak ingin menjauh dari Alice karena ia senang melihat Alice yang salah tingkah jika berada di dekatnya apalagi dengan rona merah di wajah Alice, membuat Alvern ingin menyentuhnya.

“Kau mau ke mana?” tanya Alvern sambil menundukkan kepalanya karena Alice hanya setinggi bahunya dan tentu saja Alvern tetap tak bergeming dari tempatnya tepat di depan Alice dengan jarak yang sangat dekat.

“Ak…aku ingin pulang, sudah terlalu larut,” Alice berusaha menjauhkan dirinya dari Alvern karena dia hampir tidak bisa mengendalikan detak jantungnya lagi.

‘Astaga kenapa harus malam-malam begini???’ rutuk Alice dalam hatinya

Saat Alice berhasil lolos dari kedekatannya dengan Alvern ia buru-buru melangkah menuju kasir tanpa menoleh ke belakang. Alice tidak mengetahui jika Alvern terus mengikutinya dengan senyum lebar sambil melihat tubuh mungil Alice yang bejalan cepat menjauhinya.

Setelah selesai membayar semua barang yang dibelinya, Alice keluar dari market dan berjalan kaki menuju apartemennya. Alice memang tidak menggunakan mobil karena dianggapnya jarak apartemen ke market tempatnya berbelanja tidaklah jauh.

Alice menghentikan langkahnya saat sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Dan saat kaca mobil diturunkan oleh pemiliknya Alice terkejut dan kembali melanjutkan langkahnya menuju apartemennya.

Belum jauh Alice melangkah tubuhnya tiba-tiba melayang, ternyata Alice digendong oleh pemilik mobil yang ternyata adalah Alvern. Sangat mudah bagi Alvern menggendong tubuh Alice yang mungil, membawa Alice menuju mobilnya yang masih menyala.

Alvern mendudukkan Alice di kursi penumpang yang berada di depan, memasangkan sabuk pengaman untuk Alice sambil berkata,

“Patuhlah Alicia aku tidak bermaksud jahat,” dan Alvern menutup pintu mobil di sisi Alice.

Alvern sudah bersiap dan berada di balik kemudi.

“Sekarang aku tau kau keras kepala,” ucap Alvern sambil menatap Alice dengan wajah tak percaya dengan apa yang sudah dilakukan Alvern.

“Apa yang sudah kau lakukan tuan Alvern???” saat Alice sudah dapat menguasai dirinya Alice berbalik menghadap Alvern dengan tatapan penuh amarah menatap Alvern.

“Kau tuan Alvern sudah melewati batasmu!!!” lanjut Alice dengan nada tinggi.

Sambil terus menjalankan mobilnya Alvern hanya tersenyum,

“Aku hanya ingin kau aman Alicia. Apa kau pikir dengan penampilaan seperti itu akan aman berjalan sendirian pada malam hari?” tanya Alvern.

Sebenarnya Alvern bukanlah tidak sengaja bertemu dengan Alice di market tadi. Alvern pada awalnya hanya akan melewatinya setelah ia dari tempat rekan kerjanya untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan yang sesungguhnya sangat tidak ingin dihadirinya. Namun saat ia akan melintasi sebuah market tatapannya tertuju pada sosok mungil yang akan masuk ke market itu dengan celana pendek selutut dan kaos oblong, dan hal itu membuat Alvern spontan membelokkan mobilnya masuk ke halaman market tersebut.

“Kemana kau membawaku tuan Alvern, turunkan aku di sini,” ucap Alice kesal.

“Tenanglah Alicia, aku hanya ingin kau menemaniku berkeliling sebentar. Dan bisakah kau tidak menggunakan kata tuan jika berbicara denganku?”

“Antarkan aku pulang, aku betul-betul lelah,” Alice menurunkan nada bicaranya karena percuma jika melawan seorang Alvern.

“Baiklah,” Alvern tak ingin Alice bertambah kesal sehingga menuruti Alice untuk mengantarknnya pulang ke apartemennya.

Alice sempat dibuat heran karena Alvern tau dimana apartemennya berada.

“Aku tau semua tentangmu Alicia, apalagi hanya alamat tempat tinggalmu,” ucap Alvern saat melihat wajah bingung Alice saat Alvern tidak bertanya dimana alamat apartemennya.

Alvern menghentikan mobilnya tepat di lobby apertemen Alice, dan dia menatap Alice yang akan keluar dari mobilnya.

“Lain kali jangan menggunakan celana pendek sialan itu Alicia,” terlihat rahang Alvern mengeras karena berusaha menahan dirinya untuk tidak menyentuh Alicia.

“Terima kasih atas tumpangannya tuan Alven,” tanpa menoleh Alice membuka pintu mobil Alvern.

Belum saja Alice keluar dari mobil Alvern, tubuhnya sudah ditarik dan tertahan di kursi penumpang yang akan ditinggalkannya, “Ke…hmmmmmpppp…” tiba-tiba bibir Alice sudah ditutup oleh bibir Alvern.

Awalnya Alvern hanya berniat mencium Alice sesaat, tapi lagi-lagi aroma mawar lembut dari tubuh Alice sudah membuatnya hilang kendali.

alice terkejut atas tindakan Alvern, dan dia berusaha mendorong Alvern dengan kedua tangannya, namun itu sia-sia, Alvern menjadi lebih bersemangat melancarkan aksinya di bibir Alice. Saat Alice akan bicara hal itu dimanfaatkan Alvern untuk mencium Alice lebih dalam lagi, dan itu membuat Alice melebarkan matanya.

Setelah Alvern merasakan Alice hampir kesulitan bernafas ia dengan enggan melepaskan bibir mungil Alice namun tangan Alvern masih menahan tengkuk Alice, sedangkan tangan yang satunya mengusap perlahan bibir Alice yang dibuatnya membengkak.

“Kau memaksaku Alicia. Cukup Alvern saja, jangan lagi memakai tuan. Ingatlah itu Alicia, karena jika kau lupa dengan senang hati aku akan mengingatkanmu,” Alvern bicara hampir menyerupai geraman di dekat bibir Alice karena masih berusaha mengendalikan dirinya.

Masih dengan degup jantung yang tak beraturan, Alice perlahan mengambil barang-barangnya yang terjatuh dekat kakinya, dan sebelum dia beranjak keluar Alice menegakkan tubuhnya yang masih gemetar karena marah.

Pak!!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Alvern. Alice menampar pipi Alvern dan segera keluar dari mobil menjauhi Alvern yang terpaku tidak percaya dengan tindakan Alice.

Alvern hanya terkekeh sambil mengusap pipinya,

“Tangan mungilmu seperti membelaiku Alicia dan maafkan aku.” Alvern kemudian menjalankan mobilnya menjauh dari apartement Alice dan tentu saja dengan perasaan campur aduk antara senang dan sedikit khawatir atas keselamatan Alice.

...

...

...

...

...

yuhuu alvern caramu malah mendebarkan hatiku 😍😍

.

next part 9

apa yang akan terjadi pada Alice?

apakah Alvern menyukai Alice dan akankah Alice juga menaruh perasaan pada Alvern?

two al aku mendukungmu

jodoh kalian ada di tangan dalang kalian

saya hanya menyampaikan hihi 😍😍

.

jangan lupa LIKE dan KOMEN nya yaa

kasih juga RATE dan VOTE di depan profil novel

.

thanks for read and i love you

@viiriiyoo💕💕

Terpopuler

Comments

Sofi S

Sofi S

memang semua atas kehendakmu otor??? semua yg ada di dunia novel adalah kekuasaanmu😜😜 kau yg menyatukan dan kau pula yg memisahka..aku hanya mengikutimu alur cerita yg kau buar thor😂😂😂😂😂

2021-02-08

0

Heryanimasnan

Heryanimasnan

bikin gemes babang alvern....jodohin ya thor

2020-10-08

0

Virgo Girl

Virgo Girl

Bang Alvern gemesin deh.....

2020-09-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!