Part 6. Pekerjaan Besar

Diawali dengan sengaja dan terjadi dengan apa adanya. Segala sesuatu jelas sekali tidak bisa dipaksakan karena hasilnya tidak pernah akan memuaskan bahkan akan menjadi sangat mengecewakan.

Di ruangan yang berukuran tidak besar dengan keadaan seadanya, sudah berkumpul sejumlah orang diantaranya Alvern, Alice dan tentunya Joe sang asisten yang legendaris dan juga para mandor serta perwakilan dari pekerja bangunan proyek.

Karena ada beberapa bangunan berbeda maka mandor pengawas lapangan pun lebih dari satu, hal ini untuk memudahkan dalam pemantauan selama berlangsungnya proses pembangunan, dan nantinya jika ada kendala maka diperkenankan mandor langsung menghubungi pihak kepala pelaksana proyek yaitu Alice.

“Maaf terlambat,” semua mata tertuju pada sumber suara. Adalah seorang laki-laki dengan berpakaian casual melangkah dengan ringan ikut bergabung bersama Alvern n Alice.

“Alice perkenalkan ini Devid, dia yang akan menemanimu selama pekerjaan ini berjalan, supaya tidak menyulitkanmu jika saja kau akan meninggalkan lokasi dalam waktu lama,” Joe memperkenalkan Devid seraya menjelaskan kenapa Devid ada di antara mereka.

“Devid Bardon, dan buatmu cukup dengan Devid saja,” ucap laki-laki yang baru tiba itu.

“Alicia Serenity,” ucap Alice singkat seraya menerima jabatan tangan Devid dan segera melepasnya.

“Sepertinya aku akan betah di sini,” ucapan Devid sambil menatap Alice dengan penuh minat membuat  Alvern menatapnya tajam dan Devid tidak menyadari hal itu.

Entah apa yang dipikirkan Alvern, yang pasti sejak kedatangan Devid dia semakin mendekatkan dirinya pada Alice.

“Baiklah, jika semua sudah jelas dan tidak ada lagi pertanyaan kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing. Dan jika ada yang tidak kalian mengerti atau ada masalah di lapangan, kalian tau harus mencariku dimana. Semoga semuanya berjalan dengan lancer,” Alice menutup pertemuan mereka hari ini supaya semuanya dapat segera dimulai.

“Alice bisakah kita makan siang bersama,” sepertinya Devid tidak ingin membuang-buang waktu untuk mendekati Alice.

“Tentu saja, kita akan bertemu di areal terbuka tepat di sisi belakang ruangan ini,” setelah menyetujui ajakan Devid, Alice berlalu meninggalkan Devid dengan rasa senang yang berlebihan sehingga tidak bertanya lagi kenapa Alice  dengan mudahnya menyetujui ajakannya untuk makan siang.

”Permisi tuan Alvern, jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi aku akan ke lapanan sekarang,” Alice mendekati Alvern karena ingin meninggalkan ruangan tersebut dan melanjutkan tugasnya.

“Ku rasa cukup, akan ku hubungi jika ada yang ingin ku sampaikan,” dengan sorot mata yang sulit diartikan Alvern menatap tajam Alice yang cukup membuat pertanyaan baru dalam benak seorang Alicia Serenity.

Kepergian Alice meninggalkan sesuatu yang sangat melekat dalam ingatan seorang Alvern. Aroma mawar yang lembut menggelitik indera penciumannya dengan sangat dalam, membuat Alvern merasa nyaman.

Kembali Alvern teringat saat ia membantu Alice yang hampir terjatuh saat akan turun dari helicopter, mata Alice yang teduh seolah menarik Alvern masuk tenggelam ke dalamnya dan ia tidak pernah menyangka jika pengaruh seorang Alice yang bertubuh mungil itu sudah mulai mempengaruhinya.

“Apa yang sudah ku pikirkan? Aku bisa kehilangan kendali diriku jika terlalu lama berada di sini,” ucap Alvern perlahan. ‘Kendalikan dirimu Al, kau tidak tau bagaimana sifat asli gadis itu,’ kembali Alvern merutuki dirinya sendiri mencoba mengalihkan pikirannya dari seorang Alice.

Dan Devid yang ditinggalkan Alice begitu saja segera berlalu dan sebelumnya sudah menghadap Alvern jika dia akan menyusul Alice untuk membahas masalah pekerjaan.

Sedangkan di tempat lain Alice langsung meninjau ke tempat dimana proyek besar mereka berlangsung.

“Hai Alicia!” panggilan itu membuat Alice menghentikan langkahnya dan berbalik dan mendapati Devid berjalan mendekatinya dengan senyum yang cukup lebar.

“Oh hai Devid, apakah kau  mau berkeliling juga? Aku  ingin melihat pekerjaan hari ini dari titik awal sampai titik akhir.” Ucap Alice dan berlalu meninggalkan Devid di belakangnya.

“Aku ikut Alicia, bukankah kau sudah medengar kata Joe tadi Alice jika aku akan menemanimu selama proyek ini berjalan, namun ku harap kau tak meninggalkanku di tengah-tengah kelompok pria kekar di sini, karena itu mengerikan,” cukup panjang kata-kata Devid namun tak sedikitpun Alice tersenyum, dan hal itu membuat Devid bertekad akan mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam merayu seorang gadis seperti Alice.

Cuaca yang agak mendung dirasakan Alice sangat membantu dirinya saat seperti sekarang ini, dimana dia di tuntut untuk lebih banyak berada di luar ruangan. Alice ingin menyelesaikan pekerjaan outdoornya hari ini, untuk memastikan jika semua pekerjaan diawali dengan tepat, karena sangat menyita waktu jika terjadi kesalahan sekalipun itu kesalahan kecil. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, dan sesuai janjinya ia akan ke ruang terbuka yang berada di belakang ruang pertemuan tadi,. Ruang terbuka tersebut tampak sangat luas yang difungsikan sebagai tempat istirahat atau tempat makan siang untuk semua pekerja proyek.

Saat Devid tiba di ruang makan ia cukup terkejut dan mengerti kenapa dengan mudahnya seorang Alice yang dingin dengan mudahnya menerima ajaka n makan siang darinya.

“Kau benar-benar pintar Alicia Serenity,” ucap Devid seraya mengambil tempat duduk di depan Alice. Alice hanya menaikkan bahunya seolah tak peduli ucapan devid.

“Makanlah Devid, karena setelah ini kita akan bagi-bagi wilayah kerja. Supaya semua bisa di pantau sehingga tak ada yang tertinggal,” sekali lagi wajah datar Alice d tunjukkannya pada Devid,  sehingga jiwa penggoda Devid keluar dari tempatnya.

“Apakah kau yakin berbagi tugas denganku Alice? Padahal aku dengan senang hati mengikutimu kemanapun kau pergi,” ucap Devid sambil mengedipkan matanya. Alice hanya memutar bola matanya saat mendengar perkataan Devid tanpa ada niat menanggapi lagi.

“Alice, jika kau sudah selesai makan siang tuan Alvern memanggilmu ke ruangannya,” Joe tiba-tiba sudah berada di samping Alice  dan itu membuat Alice bersyukur ia ada alasan meninggalkan Devid karena ia merasa tidak nyaman saat Devid berada di dekatnya.

“Maaf Devid, aku permisi,” kata Alice yang sudah berdiri dari tempat duduknya karena akan menemui big bos mereka.

“Tapi kau belum setengah memakan makananmu Alice,” Devid berusaha mencegah kepergian Alice. Alice hanya memberikan senyum tipisnya dan pergi bersama dengan Joe.

Alice sempat heran saaat mengikuti langkah Joe kenapa mengarah ke ruang pertemuan bukannya ke ruangan Alvern. Dan tidak cukup sampai di situ keheranan Alice, ia kembali dibingungkan dengan kondisi meja kerja mereka yang tadinya tempat meletakkan    lembaran-lembaran kertas gambar yang besar sudah digantikan dengan beberapa jenis makanan.

“Hmmm…Joe…apakah kau yakin kita tidak salah ruangan? Bukankah katamu tuan Alvern ingin bicara denganku?” Alice bertanya pada Joe, namun Joe seolah-olah tidak medengarnya dan terus melangkah masuk ke dalam dan menuju meja makan dengan sajian yang membuat Joe sampai tidak mendengarkan pertanyaan Alice, sedangkan Alice masih terpaku di ambang pintu dengan pertanyaan yang belum terjawab.                                                                      

Kebingungan Alice dibuyarkan oleh kehadiran Alvern yang berdiri tepat di belakangnya bahkan terlalu dekat.

“Masuklah Alice, sampai kapan kau mau bediri di sini?” tepat setelah perkataan Alvern berakhir Alice yang tiba-tiba saja memalingkan wajahnya ke samping tanpa sengaja bibirnya bertemu dengan bibir Alvern yang mana Alvern sengaja menundukkan kepalanya sehingga hal tak terduga tersebut terjadi begitu saja. Dan tentu saja membuat wajah Alice yang putih berubah kemerahan karena malu. Lagi-lagi Alvern menjadi penyelamat Alice, saat Alice tiba-tiba menjauhkan tubuhnya dari Alvern dan membuatnya akan terjatuh, reflek saja Alvern meraih pinggang Alice untuk menahannya,

”Kau cukup ceroboh Alice, sudah dua kali hal ini terjadi, apakah kau sengaja hmmm?”

“Ma…maaf tuan Alvern aku tidak sengaja. Dan itu sangat tidak direncanakan,” Alice segera memperbaiki posisinya berdiri dan berusaha menormalkan suaranya karena masih merasa terkejut dengan kejadian tadi. Biar bagaimanapun itu adalah ciuman pertamanya.

“Aku permisi tuan Alvern,” saat akan menjauh dari ruangan tersebut, tangan Alice ditahan oleh lengan kekar milik alvern, 

 “Makanlah bersamaku, aku tau kau tidak nyaman makan bersama di ruang makan tadi,” Alvern masih menggenggam lengan Alice.

‘Tapi aku lebih tidak nyaman berada di sini,” gumam Alice dalam hati.

“Aku sudah kenyang, tolong lepaskan tanganku.” Alice berusaha melepaskan tanganya dari Alvern,” namun itu sia-sia karena kekuatan yang dihasilkan tubuh mungilnya tidak sebanding dengan kekuatan seorang Alvern dengan tinggi menjulang dan tubuh yang kekar.

“Jangan membantah Alicia Serenity, aku tak ingin pegawaiku sakit saat belum memulai apa-apa,” dengan sedikit menekan nada suaranya dan tatapan yang tajam, Alice tak membantah lagi, ia berjalan mengikuti Alvern yang masih memegang tangannya. Sedangkan Joe, sudah sedari tadi menyantap hidangan yang tersedia karena tadi Alvern memang menyuruhnya makan terlebih dahulu.

Karena masih merasa tidak nyaman n tentu saja masih merasa malu, Alice hanya mengambil beberapa potong buah segar untuk dimakannya. Hal itu tak luput dari perhatian Alvern. Seringai puas dari wajah Alvern saat ia berhasil memaksa Alice makan bersamanya,

“Apakah yang tadi ciuman pertamamu Alice?”

“Hukkk…uhukkk…” Alice tersedak saat mendengar ucapan Alvern dan segera meraih air minum di meja makan itu. Alvern semakin melebarkan senyumnya saat melihat reaksi Alice setelah ia bertanya.

“Mmmm…aku permisi dulu tuanAlvern,” tanpa menunggu jawaban Alvern, dengan langkah seribu Alice segera menjauh dari Alvern dan keluar dari ruangan tersebut.

Dengan wajah masih bersemu merah Alice berjalan dengan cepat berharap dia cepat melupakan kejadian memalukan yang baru menimpanya. Alice tidak menyangka jika hari ini adalah hari yang penuh dengan kejutan untuk dirinya. Kejutan yang sudah mengambil ciuman pertamanya.

Sedangkan Alvern, masih dengan santai menikmati makan siangnya kali ini tentu saja dengan senyum yang  masih jelas terlihat di wajahnya. Sama halnya dengan Alice, Alvern pun membayangkan kejadian yang baru saja terjadi, yang cukup mengejutkannya dan membuat hatinya senang. Joe yang berada tidak jauh darinya hanya berucap “Berhati-hatilah tuan Al, kita masih belum sangat mengenal Alice,” ucapan Joe kontan saja menghilangkan wajah senang Alvern dan tergantikan dengan wajah datar yang menyiratkan bahwa dia harus segera kembali ke dunia nyata sebelum terlambat.

“Kau selalu berhasil mengubah iklim hatiku Joe dan dalam waktu yang singkat.”

“Sudah tugasku tuan Al.” Joe memang asisten yang sangat diandalkan oleh Alvern, mereka cukup dekat karena dulunya ayah Joe adalah kepala pelayan di kediaman ayah Alvern. Sehingga merreka berdua menjadi teman baik sejak kecil, namun Joe selalu diajarkan orang tuanya bagaimana bersikap dengan seorang atasan supaya selalu bisa menjaga hubungan baik. Karena orang tua Joe telah banyak mendapatkan bantuan dari ayah Alvern, sehingga saat itu ayah Joe bertekad akan melakukan apapun untuk membalas budi baik dari seorang Sebastian Travor.

  ****

“Hai Bu, apalagi rencanamu kali ini?” seorang gadis dengan berpakaian cukup mini dan dandanan yang dapat diikutsertakan ke karnaval badut karena sangat tebal bahkan bisa dikatakan mengerikan, berjalan memasuki sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang kerja namun sangat minimalis. Gadis itu menghempaskan dirinya di sebuah sofa yang berada di ruangan tersebut, dan menumpangkan satu kakinya ke kaki yang lain, seraya menatap seorang wanita paruh baya yang duduk di balik sebuah meja besar dengan penampilan yang masih dikatakan menarik.

”Apa yang membawamu ke sini putriku yang cantik? Dan bolehkah kau perbaiki penampilanmu? Kau lebih terlihat seperti seorang badut karnaval daripada seorang gadis,” ucapan wanita itu yang tak lain adalah Barbara, berhasil membuat anaknya cemberut dan berdiri memutar tubuhnya untuk memperhatikan dirinya sendiri.

“Oh ayolah bu, aku sudah terlihat baik dengan penampilan seperti ini,” gadis itu berjalan mendekati meja ibunya yang sedari tadi menatap ponsel yang ada di tangannya.

“Chloe, jika kau berpenampilan seperti ini terus, laki-laki miskin sekalipun tak ingin mendekatimu.”

“Kau keterlaluan bu, aku sudah berusaha sebaik mungkin.”

“Tidak, jika kau ingin menjadi baik bahkan lebih baik kau akan berhenti melemparkan tubuhmu ke semua laki-laki yang kau temui Chloe!!” nada bicara Barbara sudah mulai meningkat pertanda ia mulai kehabisan kesabaran menghadapi putri satu-satunya yang sangat sulit dikendalikan.

Chloe terlihat menunduk, bukannya merasa malu tapi ia meras jengah dengan sifat ibunya yang selalu mencampuri kehidupan pribadinya. Dan ia tidak memnyangka jika ibunya tau tindak tanduknya selama ini, yang kerap kali berpindah-pindah lelaki. Itulah kehidupan chloe, anak dari seorang Barbara yang selalu mengharapkan sebuah kesempurnaan.

“Kali ini saja Chloe, bantu ibu menyelesaikan sesuatu yang sudah lama ibu mulai,” ucapan Barbara itu membuat Chloe menatap ibunya dalam, seolah berusaha mencari tau rencana besar apa yang sudah dipersiapkan ibunya.

“Kita lihat nanti bu, akan seperti apa. Dan asal ibu tau aku akan selalu mendukungmu entah baik atau buruk rencanamu, karena jika kau hancur akupun begitu,” Chloe berlalu dari hadapan ibunya, dan sebelum ia keluar ia berbalik.

“Aku hanya ingin tau kabarmu bu, jagalah kesehatanmu dan katakan padaku jika kau perlu bantuanku,” setelah itu Chloe benar-benar berlalu dari ruangan ibunya, dan meninggalkan seorang Barbara dengan pikiran dan semua rencananya.

“Apa yang sudah kau dapatkan sejauh ini?” Barbara terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.

“Sabarlah nyonya, aku baru saja berada di sini selama 2 hari dan hari ini aku baru bertemu dengan orang yang kau targetkan.”

“Jangan berulah di luar yang sudah ku perintahkan padamu, kau tau beerurusan dengan siapa!” ucap Barbara menekan nada bicaranya.

“Pegang kata-kataku nyonya, aku tidak akan mengecewakanmu. Ku akhiri panggilanmu nyonya karena aku mulai bekerja. Tunggulah kabar selanjutnya.”

“Ingat kata-katamu!” setelah itu Barbara mengakhiri panggilannya dengan wajah yang penuh dengan kelicikan.

   ****

Saat ini Alice berada di pos pengawasan, karena dia harus benar-benar menenangkan pikirannya setelah kejadian yang tak terduga di ruangan pertemuan tadi.

‘Sepertinya aku harus menghindar dari tuan Al, pengaruhnya sangat tidak baik untuk jantungku,’ rutuk alice dalam hatinya.

“Hai Alice Wonderland…oh tidak Alice  wonder woman!” Devid masuk pos pengawasan dan memecah lamunan Alice.

“Apakah tugasmu sudah selesai Devid, sehingga bisa mengubah namaku dengan mudahnya?” nada bicara Alice terdengar cukup kesal karena merasa terganggu.

“Selain cantik dan manis serta mungil kau juga cukup pemarah Alice, apakah kau tau itu?” Devid berusaha menggoda Alice dan sia-sia karena Alice bangkit bediri dan pergi meninggalkan Devid dengan tawa lebarnya.

“Kita akan bertemu setiap hari Alice, bersabarlah denganku,” suara Devid sedikit keras karena dia ingin Alice mendengarkannya.

‘Tidak ada tempat yang nyaman di sini,’ Alice berjalan menundukkan kepalanya tanpa memperhatikan ke depan sampai...Dukkk!!! Alice memegang kepalanya setelah merasakan terantuk sesuatu yang padat dan agak keras, dan saat dia mengangkat kepalanya matanya membesar saat melihat seuatu yang sudah beradu kekuatan dengan kepalanya.

‘Oh tidak lagi” Alice memejamkan matanya sesaat karena menyadari keteledorannya kali ini.

Alice menatap langsung mata Alvern begitu pula dengan Alvern. Mereka sama-sama terkejut dan tidak menyangka jika mereka selalu dipertemukan dengan cara yang benar-benar di luar dugaan mereka berdua.

 ‘Mata ini seolah akan menenggelamkan sampai ke dasar, dan sekarang aku menyukai aroma mawar yang lembut ini, aku sangat tidak menyukai situasi ini’ Alvern mengutuki dirinya sendiri yang hampir kehilangan kendali atas dirinya karena sudah berdekatan dengan Alice.

“Apakah aku harus meragukanmu Alice? Karena dalam satu hari ini kau sudah beberapa kali akan mencelakakan dirimu sendiri,” ucapan Alvern yang hampir meyerupai geraman dengan tatapan tajam memandang gadis yang hampir dipeluknya, membuat mata gadis dihadapannya terpejam sesaat. Hal itu membuat Alvern menggeram dan melepaskan Alice.

“Maafkan aku tuan Alvern, aku tidak memperhatikan langkahku,” Alice menundukkan kepalanya, karena jika ia menatap Alvern dia akan kembali teringat kejadian di pintu ruang pertemuan tadi.

“Tatap lawan bicaramu Alicia.”

“Aku berjanji hal ini tidak akan terulang lagi tuan Alvern,” Alice menatap Alvern seraya menggigit bibir bawahnya agar dia tetap sadar siapa yang ada di hadapannya saat ini.

Tindakan Alice tersebut membuat Alvern membungkukkan tubuhnya seraya berbicara di dekat telinga Alice sehingga hembusan nafas Alvern membuat tubuh Alice menegang karena baru kali ini ia berbicara sangat dekat dengan seorang laki-laki.

“Jangan menggigit bibirmu Alicia, kau akan membangkitkan jiwa liarku dan aku jamin kau tidak akan suka,” kata-kata Alvern membuat tubuh Alice semakin kaku.

“Jika kau berjanji tidak akan menabrak dada laki-laki lain aku senang, tapi jika kau berjanji tidak akan menabrak dadaku lagi aku berharap kau akan ingkar janji,” Alvern meninggalkan Alice yang masih terpaku di tempatnya berdiri yang masih berusaha menormalkan kerja jantungnya yang sudah dibuat tidak karuan oleh Alvern.

Mereka tidak menyadari bahwa semuanya baru saja dimulai.

Dengan senyum lebar, Alvern menjauh dari Alice untuk melihat langsung lahan kosong yang luas dan akan segera menjadi sebuah kawasan ramah lingkungan. Saat akan ke lokasi proyek Alvern melihat Devid yang sedang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya, dan menurut Alvern, tingkah laku Devid seolah-olah ada yang ditutup-tutupinya.

“Aku harus mengingatkan Joe mencari tau lebih jauh tentang Devid.” Alvern berbicara pada dirinya sendiri.

...

...

...

...

...

wow alvern aku mau dongg nambrakk dada kamuu ..uwwuu bonus pegang boleh ga, pasti ada roti kasur disana wkwkwk 😁😁

.

next part 7

siapa yang membantu Barbara?

apakah benang benang cinta akan terjalin antara Alvern dan Alice?

stay tune gaes 😍😍

.

jan lupa LIKE dan KOMEN nyaa gaes

kasih bintang 5 ya RATE dan juga VOTE di depan profil novel 💋💋

.

thanks for read

xoxo

viiriiyoo,💕💕

 

 

 

Terpopuler

Comments

Rina Zulkifli

Rina Zulkifli

lanjuutt

2021-05-22

0

Sofi S

Sofi S

tadi bibir setelahnya dada berikutnya hatimuuuuuuu😅

2021-02-07

0

Sofi S

Sofi S

david suruhannya barbara kah

2021-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!