Part 12. What's Wrong??

Kesombongan itu tidak akan bertahan lama jika tidak didukung dengan harta dan tahta, tapi apakah orang yang berada di dekatnya adalah orang yang setia?

Semua ada harganya ..

...

Di sebuah rumah di kota Midle.

“Jack, persiapkan penerbanganku ke Midle hari ini, sepertinya aku harus menemui dan melihat langsung gadis bernama Alicia ini.”

Setelah Sebastian ayah Alvern mendapatkan kabar jika putranya menggandeng seorang gadis bahkan di lokasi kerja, membuat Sebastian memutuskan pergi ke kota Nara untuk memuaskan rasa ingin tahunya atas kabar yang baru saja didapatkannya.

Di kota Midle, Sebastian memang memiliki sebuah rumah yang hanya dia, Jack asistennya dan Jhon kepala pelayan di mansionnya yang mengetahui keberadaan rumah persembunyian Sebastian ini

“Baiklah tuan, akan ku kabari saat segalanya sudah siap,” dan Jack segera berlalu dari hadapan atasannya untuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke kota Nara.

Saat Jack pergi Sebastian menghubungi Alvern, “Hallo son, apakah kau sibuk sekali sehingga tidak pernah mengunjungi daddymu yang tua ini?”

“Hai dad, aku sekarang di Nara dan di lokasi proyek.”

“Apakah kau bersama seseorang son?” Sebastian bertanya lagi pada Alvern, karena ia ingin tau sejauh mana anaknya akan bercerita padanya.

“Tidak hanya seseorang dad, aku bersama ratusan orang di sini.”

“Hahahaha….kau memang Alvern. Dan tidak usah buru-buru kembali ke Midle son. Dad kan berangkat beberapa saat lagi ke Nara. Kau tunggu saja, dan minta Joe untuk mendapatkan kamar hotel untuk dad selama 2 hari. Dad akan mengabarimu saat sudah tiba, sampai bertemu son!”

“oke, Bye dad!”

Setelah mendengar jawaban anaknya, Sebastian mengakhiri panggilannya dan bersamaan itu Jack masuk ruangannya mengatakan bahwa dalam waktu setengah jam mereka akan berangkat.

Di sisi lain di kota Midle.

Di sebuah restoran di ruangan vvip, terlihat seorang wanita paruh baya dan seorang pria petengahan usia dua puluhan terlihat sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting dan rahasia.

“Berita apa yang kau bawa Devid?”

Ternyata kedua orang itu adalah Barbara Baxter dan Devid Bardon, dua orang yang merencanakan kehancuran Alvern Trevor dan Sebastian Trevor demi menguasai harta yang tentu saja bukanlah hak mereka.

“Kau tau, aku punya berita baik dan buruk,” jawab Devid.

“Bicaralah.”

“Rencanaku gagal karena kedatangan Alvern yang sangat tak terduga, dan sekarang Alvern memiliki seorang kekasih yang tak lain adalah kepala pelaksana proyek di Nara dan ini data-datanya,” jelas Devid seraya mengulurkan sebuah amplop besar berwarna coklat pada Barbara.

Barbara membukanyaa, dan setelah membaca semua informasi tersebut ia menatap Devid dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Karna informasi ini sangat berguna untukku, kumaafkan kegagalanmu Devid, Tidak sia-sia aku memberikanmu banyak bayaran. Selanjutnya kau akan melakukan sesuatu, tapi tunngu sampai kuberikan kabar selanjutnya,” Barbara tersenyum senang karena ia merasakan bahwa sebentar lagi keinginannya akan tercapai.

“Apakah aku akan tetap mengawasi Alice?” tanya Devid.

“Tentang itu belum ada perubahan, dan kuberi kau waktu dua minggu setelah itu kembalilah pada  tugasmu,” setelah itu Barbara meninggalkan Devid dengan senyum lebar terlukis di wajahnya.

Devid hanya menatap kepergian Barbara dengan wajah tidak peduli, apapun yang dilakukan Barbara itu bukan urusanya. Hubungan mereka hanya sebatas take and give tidak lebih.

Drrtttt…drrrttt

Ponsel Devid berbunyi dan ia menyunggingkan senyumnya saat melihat siapa yang memanggilnya.

“Rupanya kau tidak bisa menahannya ya Chloe?” Devid menyeringai saat menerima panggilan dari Chloe yang beberapa waktu lalu sudah membuatnya kesulitan dengan juniornya.

“Apakah kau baru saja bermain dengan wanita tua Devid?”

“Wanita tua, apa maksudmu?” tanya Devid sambil mengerutkan dahinya.

”Hahahaha...bukankah ibuku baru saja bersamamu?”

“Rupanya kau sudah jadi mata-mata Chloe, dan kau tau untukku tidak akan cukup hanya 15 menit, kau yang paling tau."

“Oh aku sudah lupa Devid, tolong ingatkan aku. Dan nanti malam pukul tujuh ku tunggu di tempat biasa. Ku harap kau masih mengingatnya.”

Belum Devid menjawab, Chloe sudah memutuskan panggilannya.

“Dengan senang hati aku akan mengingatkanmu Chloe,” Devid terkekeh karena membayangkan kesenangan yang akan didapatkannya nanti malam.

 *****

Sebastian dan Jack asistennya sudah tiba di kota Nara dan rupanya anaknya sudah mengutus seseorang untuk menjemput ayahnya di bandara.

“Silahkan tuan,” seorang anak buah Alvern mengarahkan Sebastian dan Jack ke mobil jemputan mereka.

“Antarkan kami langsung ke hotel saja, dan Jack cari restoran yang paling nyaman suasana dan makanannya untuk pertemuanku dengan Alvern nanti malam tepat pukul tujuh malam Jack. Dan jangan lupakan gadis itu, dia harus datang,” ucap Sebastian dengan santai namun masih mengandung ketegasan dalam nada suaranya.

“Baiklah tuan, setelah mengantarkanmu ke hotel aku akan ke lokasi untuk mengabari tuan muda,” kata Jack yang duduk di samping anak buah Alvern yang sudah siap di belakang kemudi.

Alvern sudah menerima kabar dari Jack karena beberapa saat yang lalu Jack sudah mendatanginya dan menyampaikan permintaan ayahnya untuk makan malam bersama, dan bersama Alice.

‘Hmmm…ruapanya daddy sudah mendapatkan kabar tentang Alice,’ kata Alvern dalam hatinya.

“Joe, sampaikan pada Alice jika tepat pukul tujuh nanti malam dia akan menghadiri makan malam bersamaku dan sebelum itu minta dia bersiap-siap,” perintah Alvern pada Joe.

“Baiklah tuan,” Joe segera pergi menemui Alice dan bukanlah hal yang sulit menemukan keberadaan seorang Alice.

Alice tercengang saat Joe menyampaikan pesan dari Alvern.

‘Sepertinya tuan Alvern sakit parah sehingga mengajakku makan malam, apa dia pikir aku membawa gaun malam saat jadi kepala pengawas lapangan? Dia benar-benar sudah tidak waras. Dan aku harus datang, tidak boleh menolak??? Oh yang benar saja, biarpun aku sudah menyukainya tapi apa yang harus ku kenakan malam ini???? Arrrrrgggghh… apa??? Tunggu dulu, aku menyukainya? Sejak kapan?? Oh tidak bukan hanya dia yang tidak waras, sepertinya aku juga,’ Alice bergelut dengan pikirannya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Sepertinya aku harus pulang cepat hari ini, dan syukurlah semua mandor sudah paham tugas masing-masing sehingga aku tidak perlu lama-lama mandi sinar ultraviolet yang sangat-sangat menyengat, sepertinya aku akan mengirimkan pesan pada tuan Alvern jika akan pulang lebih awal.” Alice berbicara sendiri sambil membereskan barang-barangnya yang berada di pos pengawasan.

-Maaf tuan Alvern, sepertinya aku akan pulang lebih awal hari ini. Karena aku mendapatkan titah untuk menghadiri makan malam dan sepertinya aku harus hadir dengan kata lain aku tidak boleh menolak.-

Akhirnya Alice mengirimkan pesannya untuk Alvern setelah lebih dari 15 menit memikirkan, menulis dan menghapus kata-katanya.

“Terserahlah mau diijinkan atau tidak yang pasti aku harus hunting sesuatu untuk nanti malam dan jangan harap aku akan memakai gaun kurang bahan. Yucksss…sangat mengerikan membayangkan aku mengenakan gaun yang terbuka,” Alice menggumam sendiri sambil berjalan menuju ke parkiran mobilnya yang mana bukan mobil pribadi tapi merupakan fasilitas dari pihak Trevor Grup.

Alice melajukan mobilnya ke salah satu pusat perbelanjaan di kota Nara, walaupun terpaksa paling tidak dia tidak mempermalukan dirinya sendiri.

Tidak memerlukan waktu lama bagi seorang Alice untuk memilih pakaian yang dari sekian banyak yang dipajang, Alice menjatuhkan pilihan pada sebuah dress sepanjang lutut tanpa lengan berwarna merah maroon dengan manik swarovski yang kecil di mengelilingi pinggangnya.

“Cantik dan simple,” gumam Alice.

Rupanya Alice benar-benar memanjakan dirinya. Selain membeli sebuah dress dengan harga yang menurut Alice mahal, ia juga membeli sebuah high heels berwarna krem yang simple dengan tinggi 3 cm, setelah itu ia juga membeli sebuah clutch yang senada dengan warna sepatunya.

“Oh...aku benar-benar sudah tidak waras menghabiskan uangku hanya untuk keperluan makan malam,” Alice merutuki dirinya sendiri setelah menghabiskan gajihnya selama satu bulan hanya untuk sebuah acara makan malam.

Saat tiba di apartemennya waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan itu membuat Alice tidak bisa terlalu lama merilekskan dirinya karena menurut pesan yang disampaikan Joe acaranya akan tepat dimulai pada pukul 7 malam.

Dan tepat pukul 18.30, bel apartemen Alice berbunyi dan Joe sudah menanti di depan pintu apartemen Alice untuk menjemput Alice.

Alice sudah menilai jika penampilannya kali ini sudah paripurna, dan jika ada yang tidak suka atau menilai jelek sungguh Alice tidak perduli karena itu tidak akan membuatnya rugi apapun.

Saat tiba di sebuah restoran, Alice menangkap kesan mewah namun nyaman dan tidak membuat seseorang merasa tidak pantas masuk ke dalamnya.

‘Lumayanlah untuk kesan pertama, semoga kesan-kesan yang lain tidak akan membuatku bermimpi buruk,’ gumam Alice dalam hati.

Alice mengikuti Joe yang berjalan di depannya karena memang sejak awal Joe ditugaskan menjemput bahkan mengantarkan Alice sampai ke meja makan.

Ketika Alice sudah dekat dengan meja yang ditujunya, ia terkesima melihat ada dua Alvern namun dalam usia yang berbeda.

Joe terlebih dahulu menyapa tuannya dan menyampaikan jika Alice sudah tiba.

Alice sempat salah tingkah karena Alvern terus menatapnya bahkan tanpa berkedip sedikitpun, dan Alvern tidak menyadari jika ayahnya sudah memperhatikan tingkahnya sejak Joe mengatakan jika Alice sudah tiba.

Sebastian mengalihkan pandangannya pada Alice, seorang gadis yang cantik dengan tubuh yang tergolong mungil. Dan Sebastian mengernyitkan dahinya saat menatap Alice, karena dia merasa jika Alice mirip dengan seseorang yang sudah lama dikenalnya.

Karena Alvern terus menatap Alice yang masih berdiri salah tingkah maka Sebastianlah yang meminta Alice untuk duduk tepat di sisi Alvern.

“Silahkan duduk nona, kau tidak maukan jika makan malam sambil berdiri? Kau tidak akan kenyang,” ucap Sebastian mempersilahkan Alice duduk dan ucapan Sebastian itu menyadarkan Alvern dari keterpakuannya saat melihat Alice mendekat kea rah mereka.

“Maaf tuan, perkenalkan nama saya Alicia Serenity. Panggil saja Alice,” kata Alice memperkenalkan dirinya yang ia yakin adalah ayah Alvern.

Sebastian  seperti ingin bertanya lagi pada Alice namun Alvern lebih dulu menyelanya, “Dad, lebih baik kita pesan makanan dulu. Kau ingat dad jika kau tidak boleh terlambat makan.”

“Kau tunggu saja, kita hanya mengunggu semuanya diantarkan ke meja kita,” ucap Sebastian pada anaknya.

“Alice, apakah nama belakangmu?” tanya Sebastian lebih pribadi.

Alice sempat terheran dengan pertanyaan dari Sebastian, karena baru Sebastian yang menanyakan nama belakang Alice.

“Brown,” jawab Alice singkat namun langsung merubah raut wajahnya saat menyebutkan nama belakangnya.

“Aku hanya merasa jika wajahmu mirip seorang kawan lamaku,” jelas Sebastian dan dia menyadari ada sesuatu di balik sikap Alice yang tidak menyematkan nama keluarganya pada akhir namanya.

...

...

...

...

...

To be continue genks ..

.

Next part 13

Waahh ada apa nii?

Apa ada orang tua lain untuk Alice?

Apa Alvern juga memiliki perasaan yang sama dengan Alice walau hanya sekedar -menyukai-?!

.

jangan lupa like dan komennya

kasih rate dan vote juga

selamat membaca n i love youu 💕💕

Terpopuler

Comments

Faiz Al Wafy

Faiz Al Wafy

kadgan heran jga ceritanya enggak begitu bagus eh yang ngelike ribuan malah

2021-06-06

0

Faiz Al Wafy

Faiz Al Wafy

novelmu bgus thor tpi yg ngelike kok dikit ya padahal ceritanya bgus

2021-06-06

0

Sofi S

Sofi S

waduh ada apa lg dengan alice

2021-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!