Malam harinya, mereka berempat duduk santai sambil menonton acara TV. Lais memaksa melihat berita bisnis membuat ketiga orang lainnya mengalah meski dengan wajah tak rela. Lais begitu konsentrasi memperhatikan tayangan bisnis kegemarannya.
"Ssst." Revan memberi kode pada Aruna bahwa misi mereka akan ia mulai. Aruna mengangguk, Ia berpindah tempat duduk. JKini ia duduk di dekat Lais. Sangat dekat. Ia menyandarkan kepalanya dibahu Lais.
"Kalau kamu sudah mengantuk, tidur saja duluan." kata Lais tanpa menoleh ke arah Aruna.
Nih orang, mana ada malam pertama, suami menyuruh istrinya tidur. batin Revan.
"Syang jangan begini ah. Malu." gumam Nisa dengan suara sengaja dikeraskan agar Lais menoleh. Namun Lais masih konsenyaris dengan TVnya.
Mata Revan mendelik tak percaya. Ia lalu mengkode Aruna dengan gerakan matanya.
"Apa?" Aruna bertanya hanya dengan menggerakkan bibirnya.
Repotnya. Yang wanita polos, yang pria sudah tidur bertahun-tahun. Bagaiman bisa membangunkannya. batin Revan sedikit frustasi.
Revan melambai meminta Aruna mendekat. Aruna melangkah menjauh dari Lais untuk mendekati Reva.
"Kau mau kemana?" Lais meraih tangan Aruna saat gadis itu akan mendekati Revan.
"Itu, tuan Revan memanggilku." jawab Aruna jujur. Revan langsung menepuk jidatnya melihat kepolosan Aruna.
Lais menatap Revan. Revan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera meraih dagu Nisa dan mencium bibirnya. Nisa kaget karena ia tidak siap. Akbitanya ia malah menggigit bibir Revan
"Aw. Shit." umpat Revan. Bibirnya berdarah.
"Maaf, aku..aku.. tidak sengaja. Sakit ya?" Nisa gugup. Ia mengusap darah di bibir Revan.
"Kenapa kau mengigitku, sayang?" tanya Revan dengan mesranya.
"Aku kaget. Reflek saja." balas Nisa.
Aruna tertawa melihat kekonyolan pasangan di depannya. Tapi tidak dengan Lais. Matanya menatap tajam Nisa. Ia ingat wanita malam itu juga menggigit bibir anak muda yang diculik bersamanya. Keringat mulai membanjiri kening Lais.
Revan cemas melihat kondisi Lias.
"Run!" kata Revan pada Aruna.
Aruna segera memeluk Lais menenangkan."Tuan, semua yang kau lihat tidak sama seperti yang pernah kau alami. Kecelakaan seperti ini bisa saja terjadi pada siapapun. Nisa tidak bermaksud menyakiti tuan Revan."
"I..i..iya tuan Lais. Saya tadi tidak sengaja." Nisa gugup dan merasa bersalah.
"Lihat aku. Aku baik-baik saja. Bahkan tadi aku yang menciumnya. Aku tidak dipaksa." Revan ikut menenangkan Lais.
Bagaimana ini?Apa yang harus aku lakukan. batin Revan.
Kondisi Lais masih belum membaik. Aruna melepaskan pelukannya. Kini ia menangkup wajah Lais. Diusapnya peluh yang membasahi wajah Lais.
"Ada aku. Jangan Takut." bisik Aruna. "Ingat video yang pernah kita lihat bersama kan? Bayangkan wajah bahagia mereka." bisik Aruna. Lais menggeleng.
Video, bahagia. batin Revan.
Revan lantas memeluk Nisa. Ia berbisik. "Kali ini jangan gigit aku. Tapi tunjukkan ekspresi bahagiamu." Nisa mengangguk.
Dengan pelan, Revan memagut bibir Nisa. Nisa memejamkan mata menikmati sentuhan lembut bibir Revan.
"Sayang lihatlah. Mereka tidak saling menyakiti." bisik Aruna. Lais memandang Revan yang sedang berciuman dengan Nisa. Dia bisa melihat betapa Revan menikmatinya dengan bahagia. Pelan-pelan Lais bisa menguasai perasaannya.
"Aku mencintaimu, Nisa." Kata Revan.
"Akupun mencintaiu, suamiku." balas Nisa dengan senyumnya. Revan sudah tidak bisa melanjutkan dramanya. Ia tidak tahan lagi. Ia mengangkat tubuh Nisa dan menggendongnya menuju kamar Nisa.
"Mereka??" tanya Lais bingung melihat kepergian Reva.
"Mereka mau melakukan malam pertama. Biarkan saja." jawab Aruna.
"Malam pertama?" tanya Lais. Ia teringat semua istrinya selalu mereyunya setiap malam selesai pernikahan mereka. Ia ingat bagaimana sikap dan perilaku mereka padanya pada malam yang di sebut malam pertama,"Menjijikan." gumam Lais.
"Apanya yang menjijikan?"
"Wanita itu. Wanita yang menginginkan malam pertama selalu bertingkah menjijikan."
"Maksud tuan?" Aruna bingung dengan ucapan Lais.
"Mareka akan mengenakan pakaian minim, memamerkan tubuhnya. Lalu menyentuhku di sembarang tempat membuat aku mual karena jijik. Apa Nisa juga akan berbuat begitu pada Reva?"
Glek.
Aruna menelan ludah.
Jadi ini anggapan Tuan Lais tentang hubungan suami istri. Menjijikan.
"Tidak. Nisa tidak akan begitu. Aku juga tidak akan begitu" balas Aruna.
"Baguslah." Lais kembali menyaksikan acara Tv," Sialan, jadi ketinggalan berita penting kan." omelnya.
Aruna duduk sambil memandangi Lais.
Ia jijik pada wanita agresif. Jadi aku tidak boleh agresif. Ia benci pada wanita penghianat, jadi aku harus setia. Kata dokter Sammy ia baru bisa menerima jika wanita itu ada ikatan emosional dengannya. Maka yang harus aku lakukan adalah membangun ikatan itu. Meski perlahan, tapi aku harus bisa.
"Tuan mau kopi?" tanya Aruna.
"Boleh." jawab Lais dengan pandangan masih menatap layar TV. Aruna bangkit menuju dapur. Ia membuatkan kopi untuk Lais.
Sementara itu, Lais yang sedang menyaksikan tanyangan TV terganggu oleh suara absurd yang keluar dari kamar Nisa. Jarak kamar Nisa dengan tempat Lais duduk cukup dekat.Dan Revan memang sengaja tidak menutup pintu dengan rapat karena ia berharap Lais mendengarnya.
Lais mengurangi volume TV agar bisa mendengar suara itu lebih jelas. Ia mendengar Revan mengerang sambil menyebut nama Nisa dan berkali kali mengungkapkan kata cinta pada Nisa.
"Ini tuan." Aruna meletakkan cangkir kopi di meja samping Lais. Ia juga bisa mendengar suara Nisa dan Revan. Aruna mulai merasa panas ditubuhnya. Namun Lais biasa saja.
"Kamu kenapa? Mukamu merah. Apa kamu sakit?" Lais memegang kening Aruna."Tidak panas."
"Aku tidak apa-apa, Tuan. Aku ke kamar dulu ya? Tuan tidak-apa apa aku tinggal sendiri?" tanya Aruna yang sudah tidak bisa lagi mendengar suara dua orang yang sedang mendaki ke puncak itu.
Lais mengangguk,
Aruna bergegas naik. Sesampainya di kamar, ia langsung masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah shower untu meredam panas yang ia rasakan.
"Sialan Revan, Lais nggak normal, tapi aku?" gumam Aruna.
Aruna lalu mengisi bathtup dan merendam tubuhnya.
Saat acara Tvnya selesai, Lais menyusul Aruna ke kamar.
"Aruna, kamu dimana?" tanya Lais saat ia tidak melihat Aruna di dalam kamar. Lais menoleh ke arah kamar mandi ketika mendengar bunyi air."Dia sedang mandi rupanya."
Lais lalu membuka pakaiannya dan hanya meninggalkan boxernya saja. Lais naik ke ranjang dan menarik selimut menutupi tubuhnya,
Aruna keluar dari kamar mandi dengan tubuh dan kepala dibungkus handuk. Lais memandangnya.
Apa dia juga akan memakai pakaian minim setelah ini seperti wanita-wanita itu. batin Lais sambil menatap Aruna.
Aruna mencari piyama tidur. Ia membawanya ke kamar mandi dan berganti pakaian di sana, Aruna lalu keluar dan mengeringkan rambutnya. Setelah itu ia berbaring di sisi Lais tanpa melakukan apa yang Lais kira sebelumnya.
"Selamat malam tuan,Have a nice dream." bisik Aruna lalu ia menarik selimut dan memejamkan matanya.
Lais tidak menjawabnya. Ia memandangi Aruna yang telah memejamkan matanya.
Lais menggoyang tubuh Aruna.
"Ada apa tuan?"
"Kau tidak mau malam pertma?" tanya Lais.
Aruna menelan ludah. Otaknya berpikir bagaimana harus menjawabnya.
"Apa tuan mau?" Aruna balik bertanya. Lais diam. Ia lalu mendekatkan wajahnya pada Aruna. Di belainya wajah Aruna.
"Boleh aku menciummu?" tanya Lais.
"Aku istrimu. Tuan boleh melakukan apa saja padaku." jawab Aruna. Dadanya berdegup kencang saat Lais mulai memagut bibirnya.
"Selamat malam. Sekarang tidurlah. Besok kau harus sekolah kan?" kata Lais mengakhiri ciumannya. Ia lalu kembali berbaring dan memejamkan mata.
Sabar Run. Sabar. batin Aruna dengan menahan gejolak yang mulai muncul.
...💕💕💕...
Alhamdulillah bisa up. Jangan lupa tinggalin jejak ya guys...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
💞my heart💞
Revan gak ada akhlak ni 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 buat Aruna panas dingin
2022-07-28
0
hokitoki
hahahaha baru ini baca cewe menahan hasrat 😅😅😅
2022-06-16
0
Daliffa
duhhhh bikin tegang ja😂😂😂
2022-04-16
0