"Dia gadis yang ambisius." rutuk Tuan Robert saat Lais dan Aruna meninggalkan ruang makan.
"Menurut mama tidak. Dia tidak silau harta. Mama melihat ke tu kusan pada matanya." jawab Nyinya Robert pelan karena takut menyinggung suaminya.
"Kalian berdua mudah sekali dibodohi oleh gadis kecil itu. Kau lihat saja sendiri nanti, ia tidak ada bedanya dengan wanita wanita terdahulu. Bahkan lebih buruk. Kalau wanita wanita terdahulu bisa kita kendalikan dengan uang, gadis ini tidak akan tunduk pada kita." omel tuan Robert kesal.
"Tapi justru dia yang mampu menghilangkan alergi Lais. Apakah papa pernah melihat Lais menyentuh wanita selama ini? Dan tadi papa sendiri lihat bagaimana sikapnya pada Aruna."
Tuan Robert diam. Melihat suaminya diam, Nyonya Robert menggunakan kesempatan itu untuk terus membujuk suaminya.
"Kalau dia mampu menyembuhkan Lais, maka mama rela menjadikannya menantu untuk seumur hidup Lais."
Tuan Robert kesal. Ia berdiri dan meninggalkan ruang makan. Ia tidak. menyadari jika istrinya tersenyum. penuh kemenangan sambil. menatap. kepergiannya.
Aruna memandang memutari kamar Lais. Ia tkanub karena kamar ini jauh lebih luas dari kamar Lais di mansion nya.
"Tuan kenapa setuju menginap? Pakai minta Kita tidur sekamar lagi. Aruna kan tidak. bawa baju ganti." protes Aruna.
"Aku akan pinjam piyama mama nanti." Lais lalu mengirim pesan ke mamanya.
Aruna berjalan berkeliling mengamat kamar Lais. Melihat foto foto yang terpampang di kamar itu.
"Kamu kamu tidak capek berjalan terus? duduklah!" Lais menepuk sofa di sebelahnya. Aruna tersenyum. Ia akan menuju tempat Lais saat pintu di ketuk dari luar
Aruna berjalan ke arah pintu dan membukanha.
"Nona, saya mengantar piyama ini dari Nyonya besar!" kata pelayan yang datang.
"Terima kasih bu." balas Aruna sopan. Pelayanan itu mengangguk lalu pergi.
"Siapa?" tanya Lais.
"Pelayan. Dia disuruh Nyonya mengantar piyama." jawab Aruna sambil. masuk. ke kamar mandi.
Sebentar kemudian ia sudah keluar dengan mengenakan piyama Nyonya Robert.
Lais melirik Aruna dan tersenyum melihat piyama itu kedodoran di badan Aruna yang mungil.
"Selama ini apa yang kamu makan? Kenapa tubuhmu kecil begitu?" ledek Lais.
"Tuan jangan mengejek saya. Tubuh saya kecil. karena memang saya masih belum dewasa. Nanti kalau sudah dewasa, saya yakin tubuh saya akan seksi juga." jawab Aruna dengan nada kesal.
Lais tertawa mendengar ada kenarsisan pada jawaban Aruna.
"Tian, saya tidur dimana?" tanya Aruna.
Lais menunjukkan ranjang.
"Kalau tuan tidur dimana?"
Lais kali menunjukkan ke arah ranjang.
"Maksudnya kita berdua tidur di ranjang yang sama, Tuan?" tanya Aruna tak percaya.
Lais mengangguk.
"Tidak.bisa, Tuan. Tuan saja yang tidur di ranjang. Biarkan saya tidur di sofa ini. " tolak Aruna.
"Kenapa tidak bisa. Ranjang itu besar dan cukup untuk berdua. Lagipula tubuhmu mungil begini, nggak akan banyak makan tempat." jawab Lais lalu ia berdiri menuju kamar mandi. "Run, siapkan baju gantiku!" perintahnya lalu masuk ke kamar mandi.
Aruna memeriksa almari yang ada di dalam kamar Lais. Ia mengambil sebuah celana pendek dan kaos lalu meletakkan nya di atas kursi dekat kamar mandi. Aruna lalu ke layar ke balkon kamar Lais menikmati pemandangan dari atas balkon itu.
"Panas begini malah di luar!" kata Lais yang sudah ada di dekat Aruna. Aruna menoleh. Matanya membolak takjub melihat penampilan Lais dengan kaos dan celana pendek nya.
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Lais.
"Enggak. Mmm tuan, apa seharian kita akan berada di dalam kamar. Ini masih siang."
"Sebentar lagi juga sore lalu malam." jawab Lais sekenanya. Ia lalu berbalik dan kembali masuk ke kamar.
Lais merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Aruna kemarilah!" titah Lais.
Aruna dengan ragu-ragu mendekat.
Lais menepuk ranjang di sebelah nah memberi isyarat agar Aruna tidur di sebelahnya.
Aruna bergeming.
"Kenapa masih diam di situ?"
"Mmm saya disini saja tuan."
"Jangan takut. Tidurlah di sebelahku. Kamu tahu aku dan kekuranganku kan?"
Mendengar perkataan Lais, Aruna teringat penjelasan dokter Syam soal. penyakit Lais. Ia lega karena tahu Lais tak akan berbuat apapun padanya.
"Aku mengajakmu sekamar bukan tanpa alasan. Kamar ini penuh kenangan burukku. Setiap tidur di kamar ini kenangan itu akan kembali dalam mimpiku. Aku berharap nanti malam dengan kamu di sampingku, kamu bisa segera membangunkan aku saat mimpi itu datang." Lais menjelaskan.
"Kalau begitu, kenapa tuan tidak tidur di kamar lain saja?"
"Dokter Samy menyarankan agar aku tidak terus lari dari masa laluku. Aku harus bisa menghadapinya. Jadi aku ingin menghadapinya." Ia lalu menoleh melihat Aruna yang sudah berbaring di sisinya, " Bersamamu." sambung Lais.
Aruna tersenyum. Ia meraih dan menggenggam tangan Lais untuk mengatakan bahwa dirinya siap menemani Lais menghadapi masa lalunya. Lais terus memandang wajah cantik Aruna.
Ia memiringkan tubuhnya menghadap Aruna dan membelai wajah gadis itu. Lais mendekat dan kembali menempelkan bibirnya. Hanya sesaat karena Aruna mendorongnya menjauh.
"Kenapa?" tanya Lais heran. Ia ingat kemarin Aruna tidak mendorongnya. Kenapa sekarang ia menjauhkan tubuh Lais.
"Saya takut membuat Tuan mengingat kejadian yang menakutkan tuan itu." balas Aruna.
"Justru itu. Aku ingin mengingatnya. Karena terakhir kali aku mengingatnya, jika bersamamu, aku hanya takut dan berkeringat saja, tidak ada mual dan sesak nafas." jawab Lais.
"Aku punya cara." kata Aruna. Ia inuin menunjukan adegan ciuman dalam drakor yang sering ia lihat. Tujuannya agar Lais bisa melihat bagaimana mencium itu dan juga mengatasi rasa takutnya pada hubungan intim dengan wanita.
Aruna memutar video dan meminta Lais melihat bersamanya.
"Ini apa?" tanya Lais mulai tidak suka dan tegang.
"Tuan, tidak akan menyakitkan. Lihat bagaimana mereka menikmatinya. Tidak ada yang di sakiti di sini. Semua tidak seperti bayangan masa kecilmu. Lihatlah sambil memegang tanganku!" titah Aruna. Lais menurut.
Mereka melihat drma itu bersama. Lais mulai merasakan keringatnya nercucuran. Rasa ngeri muncul. Wajah pria muda yang menderita itu terbayang dalam pikirannya.
"Tuan, lihat si pria dalam video. Dia sangat bahagia. Lihat wanitanya, dia begitu lembut dan tidak menyakiti pasanganya!" bisik Aruna sambil menggenggam tanganmu Lais.
Mata Lais terus menatap video itu. Ya.. ia melihat kebahagian terpancar di antar keduanya. Bahkan mereka mengulang untuk kedua kali dengan waktu yang lebih lama. Aruna merasa kali ini cukup dulu memberi terapi pada Lais. Ia mematikan videonya.
Aruna melihat reaksi Lais. Lais tegang namun ia tidak merasa takut ataupun kesakitan.
"Tuan, anda tidak apa-apa?" Aruna bertanya sambil mengusap keringat yang membasahi kening Lais. Tanpa ia duga, Lais mendorongnya hingga ia terjerembab di ranjang. Lais lalu menciumnya. Kali ini ia tidak hanya menempelkan bibirnya, tapi ia sudah mempraktekkan apa yang tadi ia lihat hingga membuat Aruna merasa sesak nafas.
"Kenapa mendorongku?" ada nada kecewa dan marah dalam suara Lais.
"Saya tidak bisa bernafas."jawab Aruna tersengal-sengal. Lais tersenyum. Ia mengacak kepala Aruna dengan gemas.
"Istirahat lah." Lais lalu kembali ke posisi awal. Ia memejamkan mata mencoba tidur.
Aruna melakukan hal yang sama. Ia mulai terlelap.
...💕💕💕💕...
**Semoga menghibur.
Jangan lupa dukungannya**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R. ALICE off
penasaran aruna dan lais liat film apa kok lais langsung praktek😄
2023-05-27
3
Mama Ita
ya ampun ...lucu kali mereka...
2022-02-19
3
Yoora_•sky
yang ada Lais seneng+praktekin
2022-01-16
3