"Biasa saja melihatku, nggak perlu sampai terpesona begitu. Aku tahu kalau aku tampan." ucap Lais sambil. membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Cih. Narsis." Aruna bergumam lirih sambil memalingkan wajahnya yang memerah karena malu ketahuan menatap wajah tuan muda itu.
"Ayo!" ajak Lais.
"Kemana tuan?" Aruna menjawab bingung.
"Aku akan menceritakan tentang diriku. Bukankah kamu bilang mau membantuku? Kita duduk di sofa itu." Lais bangkit dan berjalan ke arah sofa.
Ternyata dia bisa juga bicara banyak. Biasanya sangat irit. batin Aruna.
Lais duduk sambil menyilangkan kakinya.
Benar-benar tuan muda. Duduknya saja bergaya.
"Sini! Duduk di sampingku!" titah Lais. Aruna mendekat tapi ia tidak duduk di samping Lais, melainkan di sofa seberang Lais.
"Saya di sini saja tuan."
"Aruna, jika dudukmu jauh begitu aku harus bicara dengan keras. Padahal yang akan aku ceritakan ini rahasia tidak boleh ada orang lain yang mendengarnya."
Benar juga. Kalau nanti ada menguping pasti bisa mendengar jika Tuan Lais bicaranya sekeras itu.
Aruna yang tidak tahu kalau ruang kerja Lais kedap suara, beranjak dari tempat duduknya dan duduk di samping Lais.
"Masih kurang geser ke sini, Aruna. Mendekatlah sekiranya hanya dengan berbisik saja kamu bisa mendengar suaraku. Jadi aman dari bocor."
Aruna menggeser tubuhnya mendekat ke Lais.
Setalah dirasa cukup dekat, Aruna berhenti.
"Sudah Tuan. Silahkan bercerita. Saya akan mendengarkan cerita Anda! "
"Baiklah. Begini. Aku ini sebenarnya punya trauma masa kecil yang menyebabkan aku tidak bisa berdekatan dengan orang asing dan wanita. Dulu aku pernah mengalami penculikan. Saat itu usiaku baru enam tahun. Ayah sudah berpesan agar aku berhati-hati terhadap orang asing, namun aku mengabaikannya. Hingga saat pulang sekolah, ada orang asing yang mendekatiku ketika aku menunggu jemputan. Ia memberiku makanan lalu mengajakku dengan iming iming akan memberi lebih banyak mainan. Akupun mengikutinya."
"Orang itu pria apa wanita tuan?"
"Wanita. Masih muda. Wanita itu membawaku ke sebuah rumah. Dia lalu memasukkanku ke dalam kamar. Di kamar itu sudah ada orang lain. Dia seorang pemuda remaja yang sangat tampan."
"Apakah pemuda itu juga korban penculikan tuan?"
"Aku tidak tahu. Yang aku tahu dia pemuda yang baik. Dia selalu menenangkanku saat aku ketakutan. Dan pada suatu malam terjadi hal yang akhirnya membuatku trauma sampai sekarang."
Lais berhenti bercerita. Ia mengambil tisu dan mengelap titik titik keringat yang mulai muncul di keningnya. Wajahnya memucat saat ia mengingat kejadian itu.
"Tuan! Anda tidak apa-apa?" Aruna cemas melihat kondisi Lais. Lais mengangguk.
"Tuan, jika Anda tidak sanggup, tidak usah dilanjutkan." ucap Aruna.
"Tidak apa-apa. Aku bisa. Aku harus melawannya." Lais memejamkan mata dan menghela nafas berulang kali. Kini kondisinya mulai tenang. Ia pun melanjutkan ceritanya.
"Malam itu aku tengah tertidur, hingga aku mendengar rintihan di sebelahku. Aku membuka mata dan melihat wanita jahat itu sedang duduk di atas tubuh pemuda tampan itu. Mereka sama sama tidak berbaju. Saat itu aku masih sangat kecil. Aku melihat pemuda itu meneteskan air mata. Wajahnya sangat menderita. Namun si wanita durjana itu tidak menghiraukannya. Ia masih saja terus menggoyangkan tubuhnya. Aku lalu menutup. mataku rapat-rapat tidak berani melihat penderitaan pemuda itu. Saking takutnya aku akhirnya pingsan."
"Ohh!" Aruna menutup mulutnya membayangkan betapa mengerikannya apa yang dirasakan Lais saat kecil. Melihat orang diperkosa. Tapi anehnya ini wanita yang memperkosa pria. Aruna menggaruk kepalanya.
"Saat aku sadar hari sudah pagi. Aku melihat pria itu duduk sambil memeluk. lututnya di pojok ruangan. Aku memanggilnya perlahan. Ia mendongak. Ku lihat bibirnya luka, pipinya juga lebam.
Aku mendekat. pemuda itu berkata pelan. Ia memberiku nasehat agar menjauhi wanita yang bersikap sok baik, sok lembut dan wanita yang berdandannya berlebihan yang suka memamerkan kemolekan tubuhnya. Dan juga menasehati ku agar tidak mudah tergoda oleh wajah cantik. Setelah menyelesaikan ucapannya itu, pemuda itu lalu roboh. Ku pikir dia pingsan ternyata dia sudah meninggal. Wanita itu yang membunuhnya. Wanita cantik tapi jahat." Tubuh Lais gemetar. Ia merasakan mual yang sangat hebat hingga perutnya kram mengingat wanita jahat itu
"Tuan! Anda baik-baik saja? Apa perlu kupanggil kan Bu Ira?" Aruna bingung.
Ia bergegas turun memanggil Bu Ira. Berdua mereka kembali naik dan masuk ke ruang kerja Lais. Bu Ira memeluk tubuh Lais menenangkan seperti saat ia kecil. dulu.
"Ambilkan obat tuan di laci!"
Aruna dengan cepat mencari obat Lais.
Ia memberikan obat itu kepada Bu Ira.
"Minumlah tuan!" Bu Ira menyodorkan obat itu. Lais mengambilnya dan langsung memasukannya ke dalam mulut.
"Bu Ira, bantu aku ke kamar!" desis Lais.
Karena tubuh Lais besar Bu Ira tidak mampu menahannya sendirian. Ia memberi isyarat agar Aruna membantunya. Bu Ira dan Aruna malah Lais ke kamarnya yang ada di sebelah ruang kerja Lais.
Kirey melihat dua wanita itu masuk ke kamar Lais. Ia mengepalkan tangannya sambil menatap tajam ke arah Aruna.
Dua sana ita itu harus di beri pelajaran. Tidak ada yang boleh menyembuhkan Lais.
Bu Ira dan Aruna merebahkan Lais di ranjangnya. Aruna membantu melepaskan sepatu Lais dan melonggarkan ikat pinggang nya atas perintah Bu Ira. Ia lalu menutup tubuh Lais dengan selimut. Karena pengaruh obat yang ia minum, Lais terlelap.
"Aruna, ayo duduk di sofa itu dan ceritakan apa yang terjadi!" ajak Bu Ira.
Aruna menurutinya. Ia dan Bu Ira duduk di sofa kamar Lais. Aruna lalu menceritakan apa yang menyebabkan Lais tiba-tiba menjadi seperti ini.
"Aruna. Kamu adalah orang asing pertama yang mendengar cerita langsung dari tuan. Sepertinya tuan mempercayaimu bahwa kamu mampu mengobatinya."
"Tapi aku bukan dokter Bu Ira, bagaimana aku mengobatinya?"
"Begini. Kata dokter, tuanya haris tetapi agar sembuh dari trauma yang ia alami. Selama ini jika berdekatan dengan wanita ia akan merasakan serangan mual. Tapi ku lihat tadi dia menciummu dan tubuhnha tidak bereaksi yang berlebihan
Bahkan ia mau bicara langsung padamu. Jadi ku mohon, bantulah tuan agar sembuh.
" Tapi bagaimana caranya Bu Ira?"
"Menikahlah dengan tuan. Karena hanya jika kau menjadi istrinya baru bisa melaksanakan terapi itu."
Aruna semakin bingung.
"Kamu tidak usah bingung. Aku yakin, Tuan Lais akan segera mengajakmu menemui dokternya. Dokter itu nanti yang akan menjelaskan semuanya padamu. Sekarang masuklah ke kamarmu dan tidurlah. Aku akan menjaga tuan Lais."
Aruna mengangguk. Ia berjalan menuju kamarnya dengan pikiran penuh pertanyaan.
"Bagaimana cara aku mengobatinya?" gumam Aruna yang tanpa ia sadari di dengar oleh Kirey yang memang sedang menunggunya keluar dari kamar Lais.
...💕💕💕...
***Alhamdulillah.
Dukung terus ya biar semangat dan nggak putus di jalan cerita nya***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
ati2 neng....
2022-03-01
2
Mama Ita
seru...seru....
2022-02-19
3
Yoora_•sky
yahhh...
Nene lampir mulai beraksi :v
2022-01-16
3