Rencana Pertama Sukses.

Belum jauh ia melangkah, kakinya terhenti saat rambutnya di tarik dari belakang.

"Awww!" jerit Aruna kesakitan."Nyonya kenapa menjambak rambut saya?" pekik Aruna.

"Kenapa kau bilang? Dasar gadis murahan. Apa yang kau lakukan di kamar Lais?" Kirey menghempaskan rambut Aruna.

"Saya tidak melakukan apa apa. Saya hanya tidur." jawab Aruna polos.

"Apa kau bikang?! Beraninya kau tidur dengan Lais. Dia suamiku." Kirey ingin menampar Aruna. Namun sebuah tangan mencegahnya.

"Untuk saat ini tapi besok Tuan Lais bukan lagi suami anda Nyonya." Revan datang menyelamatkan Aruna dari amukan Kirey.

"Beraninya kau menghalangiku. Lepaskan tanganku!" Kirey menyentak tangannya hingga lepas dari pegangan Revan.

Mata Kirey menyala marah, "Apa kau bilang? Besok aku sudah bukan istri Reva? Omong kosong."

"Bukan omong kosong. Hari ini juga Nona Kirey, silahkan angkat kaki dari mansion ini." Revan menepuk tangannya. Dua orang bawahannya datang sambil. membawa koper milik Kirey.

"Ini koper anda. Silahkan pergi dengan baik-baik atau kedua pengawal ini akan menyeret anda."

"Aku tidak mau pergi. Aku ingin bertemu Lais.. LAIS...LAIS... "Kirey berteriak teriak. memanggil nama Lais.

"Percuma nona, Tuan tidak akan keluar menemui anda." kata Revan datar.

"Kurang ajar! Aku nyonyamu. Kenapa kau memanggilku nona!"

Revan tersenyum sinis, "Bukankah saya sudah bilang. Tuan Lais akan menceraikan anda. Jadi sejak niat itu tercetus, maka anda bukan lagi nyonya saya. Silahkan keluar. " Revan memberi tanda pada kedua bawahannya. Kedua pria bertubuh kekar itu siap menyeret Kirey.

"Tunggu! Ada yang harus aku ambil di kamarku."ucap Kirey.

"Tidak perlu. Semua barang oenting anda sudah ada di dalam koper. Sisanya nanti akan di antar ke alamat baru anda. Jadi jangan khawatir. Silahkan!"

Mata Kirey menatap tajam ke arah Revan lalu beralih ke Aruna.

"Kalian berdua.. tunggu pembalasanku. Aku Kirey, tidak mudah dikalahkan. Aku tidak akan diam ditindas." ancam Kirey lalu menyeret kopernya keluar dari mansion Lais.

Aruna diam. Ia menyaksikan semua itu dengan perasaan bersalah.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Revan setelah Kirey pergi.

"Tuan, apakah tuan Lais menceraikan istrinya karena saya?" tanya Aruna.

Revan tersenyum, "Bukan. Sejak tahu istrinya selingkuh, tuan Lais memang ingin menceraikannya. Tapi tidak dia lakukan. Karena dia tahu, orang tuanya pasti akan mencarikan wanita lain untuk dinikahinya."

"Lantas, kenapa ia menceraikannya sekarang?"

Revan memandang Aruna. Bibirnya kembali tersenyum.

"Karena Tuan Lais sudah tidak tahan dengan sikapnya." jawab Revan.

Karena tuan Lais sudah menemukan Anda nona.

"Apa karena mbak Nisa?" tanya Aruna lagi yang membuat Revan kaget.

"Apa hubungannya dengan Nis.. eh nona Nisa?"

"Mbak Nisa kan calon istri tuan Lais. Waktu itu kan tuan Revan sendiri yang bilang saat kita menjemputnya di panti asuhan." Aruna mengingatkan Revan.

"Oh itu. Tuan Lais tidak akan menikahi nona Nisa."

"Kenapa?"

"Karena... tuan Lais punya pilihan sendiri."

"Tapi tuan..."

"Sudah. Jangan banyak bertanya. Kalau ingin tahun lebih banyak tanya langsung ke tuan. Bukan ke saya." Revan meninggalkan Aruna.

Bagaimana ini? Kalau tuan Lais punya pilihan sendiri, bagaimana caraku membuat mereka dekat. Kalau mereka tidak bisa dekat, apa aku harus menikah dengan tuan Lais? Ah ogah.

Aruna bergegas turun menuju kamar Nisa.

"Mbak boleh aku masuk?" Aruna berkata dari luar pintu.

"Masuklah!" kata Nisa.

Aruna membuka pintu. Ia melihat Nisa sedang merapikan buku buku di atas meja.

"Buku apa ini mbak? Banyak sekali."

"Buku untuk aku belajar. Mulai besok aku sudah aktif kuliah. Jadi aku harus mengejar ketinggalan." Nisa menjelaskan.

"Mmm.... " Aruna menggumam.

"Ada apa? Kamu menemuiku pasti ada perlu kan?" tanya Nisa setelah selesai merapikan bukunya.

"Mbak Nisa! Mbak kan calon istri Tuan Lais. Apa mbak nggak berniat mendekati Tuan Lais? Maksudku untuk mengenalnya lebih dalam."

Nisa menghela nafas. "Tuan Lais tidak akan menikahi ku Aruna. Kau ingat saat pertama kita tiba di mansion ini? Masing-masing dari kita mendapat surat dari tuan Lais kan? Nah di surat itu dia menulis kalau dia tidak akan menikahiku."

"Lalu mbak bagaimana?" Aruna memandang iba Nisa.

"Apanya yang bagaimana?"

"Apa mbak nggak merasa sedih?" tanya Aruna menyelidik.

Nisa tertawa lirih. "Aku justru. lega Aruna. Semula aku merasa takut jika harus menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal. Apalagi tuan dan nyonya besar bilang aku harus mampu menjadi obat bagi tuan Lais. Aku jadi semakin khawatir akan kehidupan pernikahanku nanti. Tapi saat membaca surat itu, aku benar-benar lega dan bahagia."

Aruna melihat Nisa dengan sorot mata tak percaya. "Jadi mbak Nisa tidak mencintai tuan Lais?"

Nisa menggeleng. Bayang Revan berkelebat dalam benaknya membuat bibirnya tersenyum.

"Jadi begitu." gumam Aruna lemah. "Jadi memang harus aku ya." katanya lirih penuh keputusasaan.

"Kamu kenapa Aruna?" Nisa cemas melihat Aruna yang lemas kehilangan semangat.

"Mbak, jika Tuan Lais menyukai mbak dan mengajak mbak menikah, apa mbak mau?" tanya Aruna.

Nisa diam. Bayangan Revan kembali hadir dalam benaknya. Perlahan ia menggeleng.

"Semoga tidak Aruna. Aku tidak berharap tuan Lais akan menyukaiku. Aku tidak mau menikah dengannya." jawab Nisa tegas.

Marilah aku. batin Aruna.

"Mbak... bisa nggak mengabulkan satu saja permintaanku?" Aruna mulai memohon.

"Apa? Kalau mbak bisa, akan mbak kabulkan." Nisa menatapa serius wajah Aruna.

"Mbak, sejak awal kan mbak Nisa yang akan dinikahkan dengan tuan Lais, bisakah mbak mencoba dekat dengan tuan Lais? Bagaimana caranya nanti aku yang akan memikirkannya." Aruna memelas.

Nisa mengerutkan keningnya. Ia merasa heran atas permintaan Aruna.

"Untuk apa kamu memohon hal itu padaku?"

"Begini. Tadi aku diajak tuan Lais ke dokter. Kata dokter, tuan Lais tidak alergi terhadap ku jadi ia minta agar aku mau membantunya sembuh."

"Terus? Kamu tidak bersedia membantunya?"

:Bukan begitu mbak. Soal. membantu aku pasti mau. Apalagi Tuan Lais juga sudah menolongku. Masalahnya, cara membantunya itu yang aku nggak mau."

"Memangnya apa cara untuk membantunya?"

"Aku harus menikah dengan Tuan Lais. Mbak, aku masih sangat muda kan, masih delapan belas tahun. Aku belum mau menikah. Jadi, aku mohon mbak mencoba dekat saja dengan tuan Lais. Kalau nanti ternyata tuan Lais juga alergi terhadap mbak, ya... mbak boleh mundur." kata Aruna. "Lagipula sejak awal kan mbak yang dijodohkan sama dia."

Nisa diam. Ia ingat janjinya pada papa dan mama Lais kalau dirinya bersedia membantu untuk kesembuhan Lais. Tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Bahkan Lais tidak menginginkan dirinya sebagai istri.

"Mbak!!" suara Aruna memelas.

"Aku akan mencoba. Tapi nggak janji ya Run, soalnya.... " Nisa ingin bilang kalau dia tertarik sama orang lain, tapi urung. Ia tidak mau Aruna mengetahuinya.

"Soalnya apa mbak?"

Nisa tersenyum, "Soalnya tuan Lais tidak. menginginkanku."

"Di coba dulu mbak. Besok pagi temani aku ke kamar tuan untuk menyiapkan bajunya ya!"

Nisa mengangguk pasrah. Dalam hati ia berdoa agar Lais alergi terhadapnya.

Keesokan harinya, Aruna benar-benar mengajak Nisa ke kamar Lais. Sebelumnya ia sudah bicara dengan Bu Ira kalau dirinya ingin mencoba mendekatkan Nisa dengan Lais karena sesungguhnya Nisa lah calon istri Lais.

Bu Ira memperingatkan Aruna agar berhati hati jangan sampai membuat Lais mengalami serangan mual parah seperti waktu itu.

Aruna dan Nisa masuk ke. kamar Lais. Mereka langsung menuju walk in closet untuk menyiapkan pakaian Lais.

Saat mereka keluar dari walk in closet, bersamaan dengan Lais yang keluar dari kamar mandi. Ia menutupi kepalanya yang basah dengan handuk. Tanpa menoleh ke arah Nisa dan Aruna, ia duduk di kursi dekat ranjang sambil mengeringkan rambutnya.

"Bantu keringkan rambutku!" titah Lais.

Aruna mendorong pelan tubuh Nisa memberi tanda agar Nisa yang melakukannya.

Mata Nisa mendelik tanda tidak setuju. Aruna menangkupkan kedua tangannya didada tanda memohon pada Nisa.

Perlahan Nisa mendekati Lais. Tangan gemetar saat memegang hair dryer. Dengan hati-hati ia mulai mengeringkan rambut Lais. Aruna memperhatikan dengan dada berdebar tegang.

"Bagian sebelah sini masih basah." Lais memegang tangan Nisa dan mengarahkannya ke sisi rambutnya yang basah. Lama ia menggenggam tangan Nisa. Nisa menjadi kikuk. Selama ini ia belum pernah berpegangan dengan lawan jenis. Nisa menarik paksa tangannya, namun Lais menggenggamnya dengan erat.

"Tuan tolong lepaskan!" Nisa akhirnya bersuara. Lais tersentak kaget. Ia langsung berdiri dan memutar tubuhnya.

Ia melihat Nisa berdiri gemetar di hadapannya. Di belakang Nisa berdiri Aruna dengan wajah tegang.

Siap-siap. Sepertinya singa ini akan ngamuk. batin Aruna.

Lais menatap kedua wanita itu dengan bingung.

Bagaimana mungkin.

Ia kemudian menjulurkan tangannya menyentuh kepala Nisa yang ditutupi hijab.

Aku tidak mual.

Tangannya turun hendak menyentuh pipi Nisa tapi Nisa menepis nya.

"Maaf tuan. Tolong jangan sentuh saya." suara Nisa bergetar karena takut.

"Kalian berdua, keluar dari kamarku!" perintah Lais. Nisa segera berbalik dan keluar dari kamar Lais diikuti Aruna.

Lais terduduk di ranjang.

Aku dengan dia, kenapa bisa. Kenapa aku tidak alergi dengan kedua wanita itu. Apa aku memang sudah tidak terpengaruh lagi dengan masa lalu itu. Aku harus ke dokter lagi sepertinya.

Lais masuk. ke walk in closet untuk mengambil baju gantinya. Setelah berpakaian dengan rapi, ia turun. Revan sudah menunggunya di meja makan. Ia sedang menikmati sarapan bersama Nisa dan Aruna.

Lais menatap ketiga orang itu. Perlahan ia berjalan mendekat dan duduk di sebelah Revan. Matanya memandang Aruna dan Nisa bergantian.

"Tuan mau sarapan juga?" tanya Aruna.

Lais tidak menjawab. Ia menatap tajam ke arahnya.

Jadi ini rencana yang kau katakan pada dokter Samy. Kau ingin mendekatkan ku dengan Nisa. Tapi bagaimana bisa... aku juga tidak alergi pada Nisa?

"Tuan!" panggil Aruna.

Akhirnya Lais mengangguk. Bu Ira yang melihat itu tersenyum bahagia. Lais sudah mau makan bersama orang asing.

"Tunggu!" Lais menghentikan Aruna yang hendak mengambilkan makanan untuknya. Ia menatap Nisa, "Kau, ambilkan makanan untukku!" titahnya.

Kini Revan yang terkejut.

Tuan Lais berbicara secara langsung pada Nisa. Ooohhh.. sepertinya aku harus mengubur harapanku. Tidak mungkin aku mengambil wanita tuan Lais. batin Revan ngenes.

Nisa berdiri. Ia mendekat ke Lais dan mulai mengambilkan makanan untuk Lais.

Aku tidak mual, tapi tidak ada desiran seperti saat dekat dengan Aruna. Sebenarnya apa ini? "

Lais menikmati makan paginya dengan pikiran penuh dengan pertanyaan.

"Revan. Apa kau sudah ke sekolahnya Aruna?"

"Sudah tuan. Hari ini Aruna bisa kembali ke sekolah."

"Benar tuan Revan?!" Aruna memekik bahagia. Spontan ia memegang tangan Revan. Revan tersenyum mengangguk sambil menatapnya.

Tuan Revan. Apakah ia menyukai Aruna? Kenapa ia tersenyum manis seperti itu padanya? bisik hati Nisa.

"Hem!!" deheman Lais menyadarkan Aruna. Ia menarik tangannya.

"Terima kasih tuan Revan." kata Aruna polos.

"Berterimakasihlah pada tuan Lais, Aruna."

"Terima kasih tuan Lais."

"Hem." gumam Lais.

"Tuan Revan! Tuan pasti repot mengurusi sekolahku. Jadi, apa tuan mau jika aku traktir?" tanya Aruna. "Aku memang nggak punya uang banyak, tapi kalau nraktir es krim saja aku masih mampu. " kata Aruna ceria. Tanpa sadar ia kembali memegang tangan Revan dan Menggoyang-goyangnya membuat Lais tidak suka melihatnya.

"Revan, ayo berangkat."

"Baik tuan." Revan berdiri. Sebelum menyusul Lais, ia mengarahkan pandangan pada Nisa. Soroti matanya sukar dilukiskan. Ada kesedihan di mata Revan

...💕💕💕💕...

Jangan sedih Revan... Author janji membuatmu bahagia. Jadi sabar ya... 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Mama Ita

Mama Ita

Nisa cemburu tuhhh arunaa

2022-02-19

4

Mama Ita

Mama Ita

wahhh pada salah paham dong jadinya

2022-02-19

3

Yoora_•sky

Yoora_•sky

yahhh Salah paham nih

2022-01-16

2

lihat semua
Episodes
1 Awal Jumpa
2 Menyelesaikan Masalah Aruna
3 Perbedaan Aruna dan Nisa.
4 Reaksi Positif
5 Mencoba
6 Masa Lalu yang kelam.
7 Melawan Nyonya Kirey
8 Tugas Baru
9 Rencana Aruna
10 Rencana Pertama Sukses.
11 Melamar Nisa
12 Aku Bersedia Menikah dengan Tuan
13 Bertemu Keluarga Lais
14 Terapi pertama.
15 Aneh tapi menyenangkan.
16 Sah, dan sah juga
17 Malam Pertama Ala Lais.
18 Patung
19 Anak Kecil Bertubuh Besar
20 Janji Lais
21 Kirey Kabur
22 Guru Privat
23 Kesal
24 Tuan, apakah kau sembuh?
25 Kecanduan
26 Istri Kecilku Kesepian.
27 Lais yang usil
28 Lais yang usil part 2
29 Kedatangan Tuan dan Nyonya Robert
30 Keponya Nyonya Robert
31 Perjalanan ke mansion Tuan Robert
32 Kemarahan Lais
33 Bertemu Ny. Angela
34 Rayuan Angela dan Tuan Robert yang aneh
35 Apa Rencana Revan?
36 Mrs. Renata dan Menjalankan Rencana
37 Tamu tak terduga
38 Kegalauan Aruna dan Tugas Angela
39 Menghilang
40 Tawaran Nisa
41 Tunggu Aku Sayang!
42 Menemukan Jejak Aruna
43 Kebenaran
44 Dia Istri Kedua Papa.
45 Menenangkan Diri Versi Lais
46 Terkuak part 1
47 Terkuak Part 2
48 Terkuak Part 3
49 Nisa Pingsan
50 Kuliah singkat
51 Dasar Penggoda
52 Aku Mencintaimu
53 Revan Oh Revan
54 Drama Revan
55 Virus Menanam Rambut
56 Ke Dokter Kandungan
57 Melanggar pesan dokter
58 Hanya pada Aruna, Tidak Wanita Lain
59 Kunjungan dr Risa
60 Insiden di Sekolah
61 Kedatangan Nyonya Robert
62 Nyonya Robert Pergi
63 Posesifnya Lais
64 Pergi dari mansion
65 Di Apartement Revan
66 Berpamitan
67 Makan Siang
68 Balas Dendam
69 Revan Sakit
70 Langkah Awal
71 Kenapa Kau Ada di Sini Nak?
72 Bertemu Ny. Robert
73 Kamu dimana Ma?
74 Ma!
75 Beban yang Hilang
76 Melepas Rindu
77 Berangkat
78 Kemarahan Tuan Robert dan Kekhawatiran Lais
79 Berjumpa Mama dan Kirey
80 Kecurigaan Rendy dan Lais
81 Kecurigaan Lais dan Rendy
82 Kecelakaan dan ditemukan tuan Robert
83 Bule itu bernama Robert
84 Pertolongan Roby
85 Pengakuan Kirey
86 Wanita Bercadar
87 Kejutan Indah dari Roby
88 Aku Lelah, Jangan Minta Lagi
89 Menikmati Paris
90 Kegelisahan Lais dan Obatnya
91 Mansion Baru
92 Makan
93 Lais Mulai Curiga
94 Lais Menghilang
95 Kebingungan Revan
96 Akhir Kebingungan Revan
97 Hampir Ketahuan
98 Es Tanpa Karet
99 Tuan Robert Collapse
100 Menjemput Nyonya Robert
101 Melihat Angela
102 Memberitahu Aruna
103 Perjuangan Dimulai
104 Perjuangan Dimulai part 2
105 Ternyata Robby
106 Wanita Ini...
107 Kepanikan Tuan Robert
108 Menjelaskan
109 Kemenangan Lais dan Keinginan Tuan Robert
110 Mau Keluar
111 Perangsang
112 Pesona Papa Muda
113 Menghidupkan Bara
114 Godaan untuk Tuan Robert
115 Menenangkan Sang Pangeran
116 Lebih Suka Prosesnya
117 Hukuman Untuk Tuan Robert
118 Kursus Kilat
119 Selebresion
120 Masa Lalu
121 Kejujuran Pak Munir dan Hilangnya Nyonya Robert
122 Pinangan
123 Pembuktian
124 Penawaran
125 Di dalam kena, di luar kena
126 Namanya Seruni
127 Berebut dengan Bayi
128 Deg Deg Deg
129 Om pengabul keinginan
130 Bapak Bisa.
131 Isyarat Perpisahan
132 Aku Belum Pernah Menikah
133 Keinginan Mak Nah
134 Bapak Akan Membawanya Pulang
135 Menikahlah denganku
136 Keputusan Akhir Mai Nah
137 Penampilan tidak menjamin kebahagiaan
138 Lamunan Pak Munir
139 Bertemu Preman
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Awal Jumpa
2
Menyelesaikan Masalah Aruna
3
Perbedaan Aruna dan Nisa.
4
Reaksi Positif
5
Mencoba
6
Masa Lalu yang kelam.
7
Melawan Nyonya Kirey
8
Tugas Baru
9
Rencana Aruna
10
Rencana Pertama Sukses.
11
Melamar Nisa
12
Aku Bersedia Menikah dengan Tuan
13
Bertemu Keluarga Lais
14
Terapi pertama.
15
Aneh tapi menyenangkan.
16
Sah, dan sah juga
17
Malam Pertama Ala Lais.
18
Patung
19
Anak Kecil Bertubuh Besar
20
Janji Lais
21
Kirey Kabur
22
Guru Privat
23
Kesal
24
Tuan, apakah kau sembuh?
25
Kecanduan
26
Istri Kecilku Kesepian.
27
Lais yang usil
28
Lais yang usil part 2
29
Kedatangan Tuan dan Nyonya Robert
30
Keponya Nyonya Robert
31
Perjalanan ke mansion Tuan Robert
32
Kemarahan Lais
33
Bertemu Ny. Angela
34
Rayuan Angela dan Tuan Robert yang aneh
35
Apa Rencana Revan?
36
Mrs. Renata dan Menjalankan Rencana
37
Tamu tak terduga
38
Kegalauan Aruna dan Tugas Angela
39
Menghilang
40
Tawaran Nisa
41
Tunggu Aku Sayang!
42
Menemukan Jejak Aruna
43
Kebenaran
44
Dia Istri Kedua Papa.
45
Menenangkan Diri Versi Lais
46
Terkuak part 1
47
Terkuak Part 2
48
Terkuak Part 3
49
Nisa Pingsan
50
Kuliah singkat
51
Dasar Penggoda
52
Aku Mencintaimu
53
Revan Oh Revan
54
Drama Revan
55
Virus Menanam Rambut
56
Ke Dokter Kandungan
57
Melanggar pesan dokter
58
Hanya pada Aruna, Tidak Wanita Lain
59
Kunjungan dr Risa
60
Insiden di Sekolah
61
Kedatangan Nyonya Robert
62
Nyonya Robert Pergi
63
Posesifnya Lais
64
Pergi dari mansion
65
Di Apartement Revan
66
Berpamitan
67
Makan Siang
68
Balas Dendam
69
Revan Sakit
70
Langkah Awal
71
Kenapa Kau Ada di Sini Nak?
72
Bertemu Ny. Robert
73
Kamu dimana Ma?
74
Ma!
75
Beban yang Hilang
76
Melepas Rindu
77
Berangkat
78
Kemarahan Tuan Robert dan Kekhawatiran Lais
79
Berjumpa Mama dan Kirey
80
Kecurigaan Rendy dan Lais
81
Kecurigaan Lais dan Rendy
82
Kecelakaan dan ditemukan tuan Robert
83
Bule itu bernama Robert
84
Pertolongan Roby
85
Pengakuan Kirey
86
Wanita Bercadar
87
Kejutan Indah dari Roby
88
Aku Lelah, Jangan Minta Lagi
89
Menikmati Paris
90
Kegelisahan Lais dan Obatnya
91
Mansion Baru
92
Makan
93
Lais Mulai Curiga
94
Lais Menghilang
95
Kebingungan Revan
96
Akhir Kebingungan Revan
97
Hampir Ketahuan
98
Es Tanpa Karet
99
Tuan Robert Collapse
100
Menjemput Nyonya Robert
101
Melihat Angela
102
Memberitahu Aruna
103
Perjuangan Dimulai
104
Perjuangan Dimulai part 2
105
Ternyata Robby
106
Wanita Ini...
107
Kepanikan Tuan Robert
108
Menjelaskan
109
Kemenangan Lais dan Keinginan Tuan Robert
110
Mau Keluar
111
Perangsang
112
Pesona Papa Muda
113
Menghidupkan Bara
114
Godaan untuk Tuan Robert
115
Menenangkan Sang Pangeran
116
Lebih Suka Prosesnya
117
Hukuman Untuk Tuan Robert
118
Kursus Kilat
119
Selebresion
120
Masa Lalu
121
Kejujuran Pak Munir dan Hilangnya Nyonya Robert
122
Pinangan
123
Pembuktian
124
Penawaran
125
Di dalam kena, di luar kena
126
Namanya Seruni
127
Berebut dengan Bayi
128
Deg Deg Deg
129
Om pengabul keinginan
130
Bapak Bisa.
131
Isyarat Perpisahan
132
Aku Belum Pernah Menikah
133
Keinginan Mak Nah
134
Bapak Akan Membawanya Pulang
135
Menikahlah denganku
136
Keputusan Akhir Mai Nah
137
Penampilan tidak menjamin kebahagiaan
138
Lamunan Pak Munir
139
Bertemu Preman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!