Selama sebulan, Agni belajar dengan sangat giat di rumah, dia mengurangi aktivitasnya di luar rumah.
“Anak mama sedang apa?” Zora, ibu Agni masuk ke kamar Agni saat Agni lagi mengerjakan beberapa soal-soal yang diberikan Pak Regar.
Agni tidak menjawab pertanyaan Zora, dia pura-pura asyik dengan soal yang ada di depannya. Padahal di dalam hatinya Agni sangat merindukan Zora. Sangat jarang mamanya itu punya waktu untuknya, hingga Agni sudah terbiasa, kalau pun Zora tidak ada, dia sepertinya sudah bisa hidup tanpa kasih sayangnya.
“Serius amat, lagi ngerjain apa sih?” Zora duduk di samping Agni, di tepi tempat tidur Agni yang empuk.
Agni pura-pura serius, dia senyum sebentar pada mamanya itu dan pura-pura serius lagi. Lagi-lagi dia harus menahan diri untuk tidak memeluk mamanya, dia protes pada mamanya itu, dia mau menunjukkan bahwa dia bisa hidup tanpa Zora.
“Kata om Jono, Agni akhir-akhir ini semakin sering mengurung diri di kamar. Nggak apa-apa kali, sesekali main di luar, berbaur dengan teman-teman yang lain!” Zora mendekati Agni, dia melihat kertas yang sedang diamati Agni. Dia tahu bila Agni sedang kesal padanya.
“Maafkan mama, nggak pernah ada waktu untuk Agni!” Zora kembali duduk di tempat tidur berwarna jingga itu.
Agni masih tidak melirik ke arah Zora.
Karena dicueki begitu, Zora akhirnya berdiri dan beranjak dari kamar itu. Dia tidak ingin mengganggu Agni yang pura-pura sibuk itu. Di samping itu, dia juga sangat lelah, ingin rebahan, istirahat dari semua aktivitas padatnya.
Agni mendengar suara pintu tertutup. Kemudian dia mengehtikan aktivitasnya, dia membaringkan badannya di atas tempat tidur. Dia menyesal tidak menegur mamanya saat mamanya menyapa dan ingin bercakap-cakap dengannya.
Agni tidak bisa konsentrasi lagi dengan soal-soal yang diberikan Pak Regar, dia memutuskan untuk tidur saja.
***
“Minggu depan, Agni ikut olimpiade matematika, mama bisa datang?” Agni bertanya pada Zora di meja makan sebelum berangkat ke sekolah.
“Minggu depan, hari apa nak?” Zora menghentikan mengembalikan sendoknya di atas piring, dia tidak jadi menyuapkan potongan sosis yang hendak dimasukkannya ke dalam mulut. Dia heran mengapa tiba-tiba Agni mau berbicara padanya pagi itu.
“Kalau sibuk nggak apa-apa, ma, lupakan saja!” Agni kesal karena pertanyaan itu, dia yakin jika Zora akan banyak alasan untuk tidak datang menyaksikannya mengikuti olimpiade matematika.
“Agni…!”
“Nggak apa-apa, ma, orang lain mungkin lebih membutuhkan mama daripada saja, lagian cuma olimpiade doang, kok!” potong Agni. Agni pura-pura tegar. Ingin sekali dia protes tapi yang keluar dari mulutnya adalah kepasrahan saja, seolah dia sudah tahu jika mamanya itu akan mempunyai seribu alasan untuk tidak meluangkan waktu untuknya. Dia benar-benar merasa tidak dipedulikan di dalam rumah ini. Punya orang tua tetapi seperti tidak punya, sakit. “Lebih baik tidak punya orang tua sama sekali,” sungtu Agni di dalam hati.
Bahasa Agni sangat tajam menusuk hati Zora. Dia ingin sekali melihat Agni, menemaninya di saat-saat penting seperti ini, namun dia juga tampaknya tidak ada waktu, akan ada acara besar yang sudah direncanakan jauh-jauh hari di Bandung.
“Agni, kalau mama ada waktu pasti mama datang, kok!” Zora berusaha membujuk Agni yang tampaknya sudah kesal.
“Nggak ma, beneran, nggak apa-apa!” Agni menatap mamanya, dia berusaha menunjukkan keseriusan kata-katanya, namun di dalam hati dia sudah sangat kesal. Dia bingung pada dirinya sendiri, mengapa dia berlaku demikian padahal dia sudah sangat kesal.
Namun sebesar apapun usaha Agni untuk meyakinkan Zora kalau dia tidak apa-apa, Zora tahu apa yang ada di dalam hati Agni. Semain besar usaha Agni menutupi perasaannya semkain gampang Zora menangkap apa yang ada di dalam hatinya itu.
Zora ingin menlanjutkan kata-katanya, namun dia tidak tahu akan mengatakan apa lagi, semakin dia memberi jawaban, dia tahu Agni akan semakin menutupi perasaannya, dan akan semakin kesal, dia kemudian memilih diam saja.
“Aku pamit dulu ma, hati-hati ntar di jalan, mau berangkat lagi kan hari ini?!” Zora mengangkat tasnya dan meningglkan mamanya, tidak ada salim pagi itu.
“Agni kabari tanggal dan tempatnya ya!” Zora sedikit berteriak melihat Agni yang sudah membelakanginya.
“OK!” Agni teriak, tanpa menoleh ke belakang.
***
Agni sampai di gerbang sekolah dan memberi pesan pada Jono untuk tidak menjemputnya nanti. Seperti biasa, Jono hanya meng-iyakan saja pesan itu. Dia tidak mau bertanya lebih jauh lagi mengapa Agni tidak mau dijemput.
Agni membuka pintu mobil dan hendak keluar, namun dia mengingat sesuatu yang akan disampaikan pada Jono.
“Oh, iya, om, jangan pernah cerita pada mama tentang apa-apa yang aku lakukan selama mama tidak di rumah, om tidak berhak mengata-ngataiku di belakang, atau om digaji untuk itu?” Agni menatap Jono dengan sungguh-sungguh, dia tidak tega sebenarnya mengatakan semua itu pada Jono namun dia terbawa perasaan, kekesalannya akhirnya dilampiaskan pada Jono, om yang baik yang selalu ada waktu untuknya.
“Baik, non, tidak akan lagi!” Jono mengangguk.
***
“Agni!” suara yang tidak asing lagi memanggil namanya. Agni menoleh, dia melihat Elisa yang berlari menuju gerbang. Hampir saja dia kena tabrak motor kalau saja tidak direm mendadak.
“Jalan pake mata, dong!” teriak pengemudi itu ke arah Elisa yang sudah sampai di seberang jalan persis di depan gerbang sekolah, di hadapan Agni yang syok melihat kejadian itu.
“Nggak jalan kok, gw lari keles!” Elisa masa bodoh dengan si pengemudi motor itu.
“Merasa nggak bersalah pula, dasar!” dia bersungut, cukup kencang untuk di dengar Elisa.
“Dasar apa? Udah tahu di depan sekolah, lagi ramai-ramainya, pake ngebut juga, lu yang dasar!” Elisa membela diri.
Pengemudi itu tancap gas, dia tidak mau meladeni Elisa. Dia takut pula dikeroyok, bisa-bisa dia bonyok di sana kalau Elisa sempat memprovokasi teman-temannya untuk menyalahkannya.
Agni menarik tangan Elisa yang masih menatap motor yang semakin menjauh itu.
“Lu juga salah kok, nyebrang nggak lihat-lihat dulu, hati-hati dong sekali lagi!” Agni menasehati sahabatnya itu.
“Lu sahabat siapa sih sebenarnya, dia apa gw?” Elisa tidak terima dengan kata-kata Agni yang menasehatinya, dia merasa dipojokkan dengan kejadian itu.
“Justru karena lu sahabat gw dong, makanya gw nasehati, kalau tadi dia sahabat gw dan dia di sini, pasti dia juga kok yang gw nasehati,” Agni melotot pada Elisa yang tidak mau disalahkan.
“Ah, lu bisa-bisanya aja!” Elisa berjalan memasuki sekolah.
“Terserah deh, semoga besok-besok tidak terjadi lagi deh pokoknya!” Agni mengikuti langkah kaki Elisa.
***
“Maaf pak, kayaknya saya nggak bisa mengikuti olimpiadenya, cari yang lain saja ya!” Agni menghadap pada Pak Regar.
“Loh, kok begitu? Ini tinggal seminggu lagi, kenapa dari dulu nggak ngomong?” Pak Regar kelabakan.
Agni diam saja dia tidak mau menyampaikan alasan mengapa dia tiba-tiba memutuskan untuk tidak mengikuti olimpiade itu.
“Soal-soalnya sudah dikerjakan kan?” Pak Regar masih berharap Agni akan mewakili sekolah.
“Sudah pak!” Agni menjawab, namun tidak menatapa Pak Regar.
“Bagus. Sekarang, kenapa tiba-tiba mau mengundurkan diri?” Pak Regar mulai mengeluarkan kalimat persuasif walau Agni mendengarnya seperti sebuah pertanyaan yang mengintimidasi.
“Nggak apa-apa, pak!” Agni masih tidak berani menatap Pak Regar.
“Loh, pasti ada apa-apa dong, tidak ada sesuatu hal terjadi tanpa alasan, tidak ada istilah nggak apa-apa, kalau orang mengeluarkan frasa itu, pasti memang akrena ada apa-apa, sekarang cerita ke bapak, ada apa?” Pak Regar memegang pundak Agni.
“Nggak apa-apa, pak, beneran!” Agni masih tidak ingin bercerita pada Pak Regar.
“Agni, aku tahu kamu pasti punya masalah kan? Cerita ke bapak ya! Kalau ada hal-hal yang ingin kau ungkapkan, ungkapkan ke bapak, ingat, bapak akan selalu ada waktu untukmu!” Pak Regar membujuk Agni.
“Andai bapak adalah orang tuaku!” Agni akhrinya berbicara.
Bersambung…
Tinggalkan jejak ya kaks, like, komen dan vote, bisa bgt juga ngasih kopi, biar melek dulu awak yang nulis ini. Danke ❤
Jangan lupa tekan favorite, agar dapat notif kalau novelnya sedang up! 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Queen
thor koin ku sebatas bunga mawar.. 😀😀 ok like
2021-04-22
1
🌹Rose❤️❤️
gak punya anak,pengen punya anak.giliran udah di kasih anak, di sia2 kan. Zora ... Zora
2021-03-17
1
Ama
next kk
2021-03-17
3