Cinta Tak Bertuan - Unmanned Love
Hai para pembaca yang baik, pertama-tama terima kasih saya sampaikan pada semua pembaca setia novel pertama saya yang berjudul Zora’s Scandal yang selalu ganti cover dan judul (maafkan saya akan hal itu). Semua dukungan dari kalian sangat memotivasi saya untuk selalu ingat untuk menulis dan akhirnya menyelesaikan satu novel dengan baik walau ada beberapa dari kalian yang belum puas tentunya, maka untuk itu saya selalu menerima kritik dan saran dari kalian untuk perkembangan saya ke depan.
Kali ini, saya hadir lagi lewat novel ini untuk menemani hari-hari kalian. Semoga novel yang kedua ini bisa terselesaikan dengan lebih baik lagi.
Cerita dalam novel ini adalah sambungan dari novel yang pertama namun dari sudut pandang yang berbeda (maka sangat disarankan untuk baca novel "Zora's Scandal" terlebih dahulu).
Tokoh utama dalam novel ini adalah Agni Aditya, anak dari sepasang suami Aditya dan Zora (baca lebih lanjut Zora’s Scandal bagi yang belum baca agar ceritanya lebih nyambung lagi).
Tanpa berpanjang lebar lagi, langsung saja nikmati sajian cerita di bawah ini, jangan pernah lupa memberi dukungan ya, hehehe.
Episode 1: Berkejar-kejaran
Seorang perempuan muda berlari dari kejaran polisi. Lorong yang sempit itu membuatnya sedikit beruntung karena sekarang motor polisi tidak lagi mengalami kesulitan untuk masuk menembus lorong sempit itu. Perempuan yang dikejar itu sudah ngos-ngosan. Dia berhenti, mengambil nafas sebentar, dan berlari lagi sesaat dia melihat bayang-bayang beberapa polisi yang mengejarnya. Dia tidak mau tertangkap, akan panjang urusannya kalau dia harus tertangkap polisi, dia akan dipaksa mengakui kesalahan yang bukan kesalahannya.
Permpuan itu berbelok ke kanan, ada jalan buntu, dia menerobos masuk ke dalam salah satu rumah. Polisi-polisi itu memang masih jauh, namun jika pemilik rumah berteriak karena ada orang yang menerobos masuk ke dalam rumahnya, dia akan tertangkap, maka sebelum pemilik rumah itu berteriak, dia mendekap mulut perempuan setengah baya itu, tidak sulit baginya karena perempuan itu sudah sakit-sakitan, dia tidak berdaya di tangan perempuan muda yang menerobos masuk rumahnya itu.
“Jangan teriak, aku akan memberimu imbalan yang pantas untuk tidak teriak, aku tidak lama di sini,” perempuan muda itu mengeluarkan segepok uang biru dari tas kecil yang sedari tadi dipegangnya, sedangkan salah satu tangannya yang lain masih mendekap mulut perempuan yang tidak berdaya itu.
“Mengangguklah kalau kau setuju!”
Perempuan tua itu mengangguk kepayahan. Mulutnya dilepas setelah dia mengangguk. Dia memandang perempuan yang sedang ngos-ngosan itu.
“Di mana saya bisa sembunyi?”
Perempuan pemilik rumah itu menunjuk lemari tua yang sudah rewot, tangannya yang lain mengambil uang biru yang dilempar di kasurnya dan memasukkannya ke dalam bh-nya.
Perempuan penerobos itu kebingungan, dia mengangkat bahunya.
“Tubuhku akan merobohkan lemarimu itu, tidak ada tempat yang lebih aman untuk bersembunyi?”
Perempuan tua itu tampak berpikir. Dia menunjuk ke bawah tempat tidur.
Setelah perempuan penerobos itu telentang di bawah tempat tidur yang pengap itu, perempuan tua itu menutupnya pakai kain dan pura-pura tidur di atas kasur tua yang sudah mulai mengeras dan berwarna kecoklatan.
Tak lama setelah itu, 1 orang polisi memasuki rumah itu. Perempuan itu tidak bergerak sama sekali seperti perempuan penerobos yang kini ada di bawah kasurnya masuk menerobos ke dalam rumah petak kecil itu.
“Permisi, ibu, kami mencari perempuan berbaju hitam, apakah ibu melihatnya?”
Wanita itu tidak menjawab, dia pura-pura sakit, dia menggeleng-gelengkan kepalanya di atas bantal buluknya.
Polisi itu sedikit ragu dengan ibu itu, matanya menyuri sudut-sudut ruangan kecil itu. Tampaknya memang tidak ada apa-apa di sana. Pandangannya memang terbatas karena tidak ada sinar di dalam rumah itu, panasnya Jakarta karena matahari sedang terik-teriknya tidak sampai di sana, rumah-rumah kecil di sana terlindung dari sinar matahari karena banyaknya bangunan pencakar langit yang mengelilingi lorong kecil itu.
“Ibu, perempuan itu sangat berbahaya, bicaralah kalau ibu melihatnya, ibu aman karena kami saya ada di sini!” Polisi itu mencoba membujuk perempuan tua yang tampaknya tidak berdaya itu agar memberitahukannya kalau-kalau dia melihat perempuan muda berbaju hitam atau dia sengaja menyembunyikan perempuan itu di sana.
Polisi itu tidak mendapat jawaban dari polisi yang ragu-ragu itu. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya datar, tidak ada ketakutan yang mencurigakan di wajahnya.
Polisi itu putus asa, dia mendapati kawannya ada di luar rumah.
“Bagaimana? Di sini juga tampaknya tidak ada. Sepertinya kita harus mengejar ke arah sana, sebelum dia menghilang lagi!”
“Baik,” rekan polisi yang lebih gempal itu kemudian berlari menuju arah telunjuk tangan kanan rekannya.
***
“Terima kasih bu, nih tambahan, aku pamit dulu ya!” Perempuan muda itu memberikan segepok uang biru lagi pada perempuan tua yang pura-pura sakit itu.
Perempuan itu sudah bangkit dari tidurnya beberapa menit setelah polisi itu keluar dari rumah kecil yang sumpek lagi gelap itu.
“Terima kasih!” dia memasukkan uang itu ke dalam bh-nya lagi.
“Saya permisi dulu!”
“Baik!”
Saat penerobos itu hendak melangkah keluar pintu, perempuan tua itu menangkap tangannya, membuat penerobos itu heran, sedikit kesal karena dia sedikit terkejut karena tangan yang kini menggenggam pergelangan tangannya.
“Kalau mau lari lagi, mampir ke sini lagi ya!”
“Ye, maunya! Lepaskan aku masih ada urusan penting!” perempuan muda itu menarik kasar tangannya hingga lepas dari genggaman lemah perempuan tua yang kini tersenyum menggoda.
“Canda…, tegang banget sih, sekali lagi, makasih ye!” dipukulnya bh-nya, di mana uang kini aman di dalam sana.
“Iya, iya, aku pamit, terima kasih juga ya, aku akan mampir sesekali ke sini!” mulut penerobos itu tanpa beban, namun di dalam hatinya dia memaki karena banyak sarang laba-laba menempel dibaju dan rambutnya.
Sebentar dipastikannya kembali jika sarang laba-laba itu sudah tidak ada lagi di baju dan rambutnya. Perempun tua itu turut membantu, memukul pelan pundak penerobos yang dermawan itu karena dia melihat ada laba-laba kecil sedang berjalan di sana.
“Sudah, sudah bersih! Selamat jalan, hati-hati, jangan sampai ketangkap!”
Tanpa melirik ke arah perempuan tua penghuni rumah, penerobos itu keluar dari rumah, sebelumnya dia memastikan jalanan gang sempit itu sudah aman dari polisi yang mengejarnya.
Dia berjalan pelan dan hati-hati sepanjang lorong, tatapannya ke depan tapi matanya bergerak ke kiri dan ke kanan, kalau-kalau ada polisi yang masih mengintainya di sana.
Dia lega karena tidak ada polisi di sepanjang lorong itu, hanya mata orang-orang di sepanjang jalan menatapanya tajam, seolah menghakiminya sebagai kriminal yang pantas ditangkap polisi, atau entah mereka kasihan padanya yang harus dikejar-kejar polisi.
Orang-orang itu bertanya-tanya apa gerangan kesalahan yang dilakukan perempuan itu, semua pertanyaan dilontarkan di dalam hati masing-masing. Mereka sudah terlalu biasa dengan kejar-kejaran antara kriminal dengan polisi di gang itu, jadi saat siang ini, perempuan itu dikejar polisi, semuanya menonton dan kalau ditanya polisi, semua kompak menjawab tidak melihat siapapun yang mereka kejar, padahal mereka semua tahu pasti ke mana perempuan tadi mengamankan diri.
***
“Halo, Agni, kali ini kau tidak bisa lari lagi!”
Tepat di ujung gang yang sempit itu, seorang polisi menyergapnya.
Perempuan yang bernama Agni itu dengan sigap balik kanan dan hendak lari lagi ke dalam gang sebelum dia sadar ada polisi yang gempal sudah menghadangnya dari belakang, entah dari mana polisi itu muncul, dia tidak memperhatikan jika ada polisi yang sedang bersembunyi di sana.
Agni menambrak polisi gempal itu, namun tenaganya tidak cukup kuat untuk merobohkan badan gempal polisi itu, dia berhasil dilumpuhkan dengan gampang.
Agni bersungut di dalam hati. Uang hilang, kini dirinya juga sudah tertangkap.
“Jangan melawan, semakin kau melawan, semakin sakit tanganmu!” sedikit berteriak, polisi yang gempal itu mengingatkan Agni untuk tidak bergerak dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangannya. Dia diborgol, seperti penjahat yang berbahaya, dia digiring menuju mobil polisi.
Jangan lupa tinggalkan jejak dulu ya kak, tungguin cerita selanjutnya. Tekan favorit agar dapat notifikasi kalau kelanjutan ceritanya sudah di-up lagi, terima kasih sudah mampir 🙏🤗
Casting:
⚠️ Ini hanyalah gambaran penulis saja untuk para tokoh yang ada di dalam novel ini, karena novel ini adalah cerita fiksi maka semua kejadian yang digambarkan dalam novel ini bukan merupakan gambaran karakter/perilaku para aktor/aktris berikut ini"
Im Yoon-ah (sebagai Agni) dikenal juga sebagai YoonA adalah penyanyi, aktris, penari, model, dan presenter asal Korea Selatan. Ia merupakan anggota Girls' Generation termuda kedua setelah Seohyun. (Sumber: Wikipedia).
Ji Chang-wook (sebagai Victor) adalah aktor asal Korea Selatan. Ia memperoleh kepopuleran karena perannya sebagai Dong-hae dalam drama harian Smile Again, diikuti oleh drama-drama sejarah, Warrior Baek Dong-soo dan Empress Ki (Sumber: Wikipedia).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
KIA Qirana
Oke, Thor
nambah dukungan 👍👍👍
2021-11-27
0
Dhina ♑
Semangat awal, ayo laju terus, Up, Up, Up
2021-11-27
0
Uun Setyaning Airiel
kyakny seru ... syudah like y
2021-08-31
1