Astaga, sudah lamaaaaa bgt nggak up, maaf ya readers, entah kenapa beberapa hari ini banyaaaak yang dikerjakan. Ini gw up lagi, selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejaknya selalu ya hehehe (dari pagi pengen up, tapi signal buruk seburuk-buruknya, semoga ini cepat lolos review!)
Hari pernikahan pun tiba, namun Elisa masih saja tidak percaya jika Victor akan benar-benar mencintai Agni.
“Gw takut jika lu akan disiksa setelah hari pernikahan kalian, Ni?” Elisa mendekati Agni.
“Tidak, dia sangat ramah saat gw dan Om Jono datang ke sana,” Agni berusaha meyakinkan Elisa, sahabatnya itu. Agni heran dengan sikap Elisa yang seolah tidak mau dia hidup bahagia dengan Victor.
“Gw sangat kenal dengan tabiat Victor, Ni, dia tidak akan pernah menikah, itu yang yang diumbar-umbarnya di lingkaran pertemanannya, selalu!” Elisa masih meyakinkan Agni. Elisa merasa Agni kehilangan jati dirinya, tidak lama dia bersikap seolah tidak akan pernah menikah dan tidak akan percaya dengan lelaki manapun karena hubungannya yang kandas dengan Martin begitu saja, dia kerap menemani lelaki hidung belang, dan Agni malah sudah sampai pada kesimpulan bahwa lelaki itu sama semua, yang bak sekarang hanya belum punya kesempatan saja untuk berbuat jahat dan serakah, Agni sangat yakin itu.
“Biar gw jalani hidup gw, Sa, terima kasih atas perhatian lu, gw sangat menghargai kekhawatiran lu, tapi…” Agni berhenti, dia memegangi perutnya.
Elisa tahu maksud Agni, dia hanya memperjuangkan identitas anaknya, agar tidak sama dengan dia yang sampai saat ini tidak tahu siapa ayah biologisnya, ibunya, Zora, tidak pernah mau memberitahukannya akan hal itu.
“Gw ngerti!” Elisa memeluk Agni. Dia tidak tahu lagi mau mengatakan apa, dia juga ingin Agni bahagia menjalani hidupnya, pilihannya sendiri.
“Gw tahu konsekuensi menikah dengan Victor, pun jika apa yang lu ngatakan selama ini benar, gw akan ikhlas menjalaninya,” dalam pelukan Elisa, Agni membayangkan hal-hal terpahit yang mungkin dia akan terima dari Victor.
“Kapanpun lu butuh gw, gw selalu ada di sini menunggumu!” Elisa memegang wajah Agni yang getir, antara senyum dan takut, takut karena akan menjalani hidup berumah tangga dengan Victor.
Agni mengangguk dengan senyuman di bibirnya yang tipis. Dia berusaha meyakinkan sahabatnya itu bahwa dia akan baik-baik saja dengan Victor.
***
Agni keluar dari kamar rias, Elisa menemaninya. Jono sudah menunggunya di luar, mewakili Zora dan Aditya pada hari pernikahan Agni.
Victor sudah menunggu lama di gubuk buatan yang penuh dengan mawar putih segala bentuk dan rupa. Bersama seorang Pastor Victor dan beberapa undangan sudah berdiri dan siap-siap menyambut Agni masuk ke dalam gubuk yang disulap seperti kapel kecil yang elegan.
Musik dari organ berbunyi merdu, tandanya pengantin perempuan akan segera masuk, wajah para tamu undangan penasaran ingin melihat Agni.
Tampak anak kecil membawa bunga mendahului Agni dan Jono yang kini menggandeng Agni. Elisa ada di belakang mengiringi langkah-langkah mereka. Elisa ingin memastikan Agni tampil dengan sangat anggun hari itu.
Victor tampak berbinar-binar matanya, dia mengagumi kecantikan Agni yang dibalut gaun putih panjang. Dia melempar senyuman pada Agni, kemudian pada yang lain secara bergantian.
Agni lega saat melihat wajah Victor yang tampaknya sangat bahagia dan terkagum-kagum, ketakutannya berkurang sejenak. Dia semakin yakin jika Victor benar-benar baik dan benar-benar mencintainya sekarang.
“Aku, Victor Da Costa, menerima Agni Aditya sebagai istriku, aku akan mencintainya dalam sedih dan senang, dalam untung dan malang, dan tidak ada satupun di dunia ini yang akan memisahkan kami jika bukan kehendak yang Kuasa!”
Tepuk tangan riuh dari para yang hadir bergemuruh, terutama teman-teman Victor yang selama ini tahu jika Victor tidak akan pernah menikah. Mereka tahu Victor adalah orang yang sangat bebas dan tidak mau terikat dengan apapun juga, terutama oleh pernikahan, dan kini pantaslah mereka sangat antusias melihat dan mendengar janji pernikahan dari mulut Victor sendiri.
Victor menium bibir Agni setelah melepaskan kerudung transparan yang dia kenakan. Agni tampak meneteskan air mata. Dia benar-benar tidak menyangka jika dia akan benar-benar menikah dengan Victor.
***
Setelah pesta pernikahan, Victor mengajak Agni berbulan madi ke Bali. Mereka menginap di Villa yang mewah, hanya mereka berdua saja, tidak ada yang lain di sana.
“Selamat pagi, cantik!” Victor menyapa Agni yang terbangun karena mencium aroma kopi yang menyengat hidung tapi menyegarkan.
“Pagi, mas!” Agni menjawab, dia seperti sedang bermimpi bisa sekamar berdua dengan Victor dan menikmati malam-malamnya dengan penuh gairah bersama Victor.
“Kopi?” Victor menawarkan kopi pada Agni.
“Terima kasih!” Agni menerima kopi yang disodorkan Victor.
Belum sempat Agni memegang kopi yang ditawarkan Victor, kopi itu jatuh dan menimpa kaki Agni. Sontak Agni melopat dan membasuh kakinya yang ketumpahan kopi panas.
“Dengar! Beginilah kau akan melayaniku setiap pagi! Enak saja gw yang harus buat kopi untukmu, lu siapa?” Victor dengan sinis dan suara yang sedikit berteriak mengingatkan Agni.
Agni terhentak dari angannya yang sempat membumbung tinggi. Ternyata benar jika Victor tidak benar-benar mencintainya. Victor bahkan tega menumpahkan kopi panas ke kaki Agni.
“Dengar tidak?” Victor mulai membentak.
“I, iya, mas!” Agni ketakutan, dia benar-benar ingin lari dari sana namun dia takut, dia sudah memutuskan pilihan pada Victor dan dia akan menerima konsekuensi dari pilihannya itu.
Ingin Agni mengatakan hal itu pada Elisa, sahabatnya, namun diurungkannya, dia malu karena Elisa sudah mengingatkannya berulang-ulang kali jika Victor tidak mungkin menerimanya begitu saja. Victor tidak benar-benar ingin menikah dengannya.
“Sekarang, karena kopi itu sudah tumaph, buatkan kopi lagi untukku, buruan!” Victor menyuruh Agni dengan suara membentak.
Agni bergegas ingin mengganti kimono yang sedang dipakainya dan ingin memakai pakaiannya.
“Jangan ganti dulu! Buat kopi dulu sana!” Victor membentak lagi.
“Baik, mas!” Agni membungkuk, dan keluar menuju dapur hendak mebuatkan kopi untuk Victor.
Agni memukul jidanya sendiri. “Goblok, kenapa gw mau diginin?” Agni dalam hati memaki dirinya sendiri. Namun kemudian dia mengingat janin yang ada di dalam kandungannya dan akhirnya dia lebih ikhlas untuk membuatkan kopi untuk Victor yang sudah membentaknya, sehari setelah pernikahannya yang sakral.
“Ini, mas!” Agni meletakkan kopi panas itu di meja dekat temapat tidur Victor.
Saat itu Victor sedang menonton berita di televisi yang ada di depan tempat tidur.
Setelah Agni meletakkan kopi itu, dia hendak bergegas keluar dari kamar itu.
“Siapa suruh kamu pergi?” Victor dengan suara yang lumayan halus.
“Sini, duduk di sampingku!” Victor menepuk kasur.
Agni ragu, dia antara menuruti atau pergi saja. Akhirnya dia berjalan menuju koper pakaiannya hendak mengambil baju.
“Jangan ganti dulu, sini duduk di samping suamimu!” Victor lagi-lagi memukul kasur. Telapak tangan kanan Victor yang besar membekas di kasur yang dipukulnya.
“Saya mandi dulu!” Agni mencoba membantah permintaan Victor.
“Nanti kita mandi bareng, sekarang tenang dulu, duduk di sini!” Victor menatap Agni.
Agni ngeri dengan tatapan itu. Baru kemarin rasanya dia melihat tatapan yang menawan dari Victor, sekejap, mata itu berubah, seperti mata elang yang siap menerkam mangsanya.
Agni melangkah menuju kasur yang dipukul-pukul Victor. Dia duduk di sebelah Victor.
“Silakan nyander kalau mau!” Victor masih menatap layar kaca yang ada di depannya.
Agni bingung, dia tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Di satu sisi dia merasa ngeri dengan kekasaran Victor barusan, namun di sisi yang lain, dia juga merasa ada kehangatan yang menjalan di hatinya karena dia kini disuruh bersandar di bahu Victor. Dia ingin melakukan apa yang diperintahkan Victor namun dia menahan keinginannya itu, dia ingin mendengar kata-kata yang akan keluar dari mulut Victor lagi.
“Nunggu apa lagi? Silakan nyander, temani aku minum kopi dan menonton berita tak penting yang sedang disirakan televisi hari ini!” Victor tidak sedikitpun melihat kea rah Agni, dia masih memperhatikan dengan serius layar kaca itu.
Akhirnya Agni menyandarkan kepalanya di bahu Victor. Victor tidak bereaksi, dia masih tetap asyik menonton berita yang sedang disiarkan di layar kaca itu. Karena Agni bingung mau melakukan apa, dia juga ikut-ikutan menonton berita itu walau dia tidak sedikitpun tertarik dengan berita yang sedang disiarkan di sana, dan memang dia tidak pernah suka menonton berita di layar kaca. Ada banyak sosial media yang memberitakan hal yang sama, malah mungkin akan lebih up to date daripada apa yang sedang disiarkan sekarang.
Bersambung, like dan votenya jgn sampai lupa, yes!
Baca juga: Zora's Scandal, lihat di bagian profil saya. Terima kasih ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Lenni Yulianti
masuk perangkap singa kayanya
2021-09-04
1
Tami
Makasih udah up lagi bg, janji akan kasih hadiah terus nih😆
2021-04-05
1
Tami
Akhirnya up, yg rajin dong bang
2021-04-05
1