"Bagus!" teriak pria misterius itu, terdengar smaar di telinga Bara yang masih sibuk memegangi kepalanya yang sakit luar biasa.
Flashback dimulai...
Saat preman itu menyerang Bara, kukunya sudah dipasangi dengan jarum beracun. Tepat ketika jarum-jarum itu mencakar leher Bara, racun di dalamnya masuk ke dalam darah Bara. Dan Bara mendapatkan reaksi nyeri yang luar biasa di kepalanya dan badannya menjadi lemas seketika.
Flashback berakhir...
"Hahaha... Mudah sekali membodohimu wahai Bara, polisi yang sok berlagak pintar. Maaf sekali, tapi sepertinya usahamu hari ini untuk membawa gadis itu gagal. Kau harus tergeletak tak berdaya karena racun itu." Pria misterius itu berjalan mendekati Bara dengan topeng uang menempel di wajahnya.
Bara tidak bisa melihat wajah orang itu. Pria itu berhenti tepat di depan Bara lalu menunduk dan mencengkeram rahangnya.
"Dengar Bara, kau tak perlu khawatir. Racun itu tak akan membunuhmu. Akan kuturuti permintaanmu tadi. Aku tak akan membunuhmu, tapi kupastikan kau tak akan bisa keluar dari sini dengan kakimu sendiri. Lain kali, siapkan dirimu untuk pertemuan selanjutnya. Segera selamatkan gadis itu, atau kau akan kehilangan waktumu. Sampai jumpa lain waktu." Pria itu menghempaskan wajah Bara ke tanah.
Ia berdiri dan menyuruh anak buahnya menghajar Bara. Pukulan dan tendangan segera menghujani tubuh Bara yang sudah tergeletak di lantai.
Samar-samar, Bara melihat pria misterius itu dan beberapa orang lainnya membawa Putri pergi.
"Kak! Bangun Kak! Kak!" teriak Putri seraya mengulurkan tangannya berusaha meraih Bara.
"Putri!" seru Bara lirih seraya mengulurkan tangannya pula.
Tapi sia-sia, orang-orang itu sudah membawa Putri pergi. Sedang Bara masih terhimpit oleh pukulan, tendangan, dan serangan dari preman-preman itu.
Tubuhnya serasa remuk. Lambat laun, kepalanya semakin sakit. Wajahnya semakin tertrkan ke tanah. Dan matanya semakin menutup, semakin rapat dan akhirnya hilanglah pula kesadarannya.
Suasana lengang, gudang itu mulai kosong. Preman-preman berbadan besar tadi satu persatu mulai melangkah meninggalkan Bara. Meski beberapa yang masih belum puas, satu dua kali masih menyarangkan tamparan mereka di wajah Bara.
Beberapa menit kemudian, gudang itu sudah benar-benar kosong. Tersisa Bara yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.
Entah bagaimana cara orang-orang itu bisa keluar dari kepungan petugas yang diperintah Bara.
Telepon genggam berbunyi, tapi jelas tak ada yang mengangkat. Si empunya benda hitam kecil itu masih terbaring beralaskan pasir lantai gudang itu.
Atas permintaan Pak Yunus yang mulai khawatir, Fajar mengambil alih komando dan memerintah pasukan untuk memasuki area itu.
"Saya akan periksa bagian dalam gudang. Kalian periksa bagian luar, pastikan tidak ada orang yang kabur." Fajar mengutus beberapa petugas untuk menyisir area gudang itu.
Sedang para petugas itu berjaga di luar, Fajar masuk. Dan saat ia tepat berada di pintu depan gudang itu, ia langsung bisa melihat atasannya tergeletak dengan kondisi parah.
"Pak Bara?!" seru Fajar seraya berlari mendekat.
Diperiksanya denyut nadi Bara. Semua masih berjalan normal, tapi banyak luka lebam di tubuhnya.
"Petugas, tolong bantu!" teriak Fajar memanggil beberapa petugas untuk membantunya membawa Bara.
"Saya akan bawa Pak Bara ke rumah sakit terdekat. Tolong kejar mereka!"
Fajar dan Pak Yunus membawa Bara ke rumah sakit dengan mobil mereka. Selama perjalanan, Bara sempat sadar. Tapi itupun hanya beberapa detik saja dan menyebutkan nama Putri, lalu ia jatuh lagi.
Beberapa menit perjalanan, mereka tiba di Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit yang cukup terknela di kota itu. Bara segera dirawat di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments