8

Bukan Bara yang limbung, tapi 12 orang perampok berbadan besar itu yang tumbang. Pukulan-pukulan Bara memang kencang, tapi bukan hanya karena itu, entah bagaimana Bara bisa tahu titik kelemahan lawannya.

Hanya dengan satu pukulan kencang dan tepat pada sasaran titik lemah lawan saja, sudah sangat membantu Bara untuk menumbangkan kedua belas perampok itu.

Tak butuh waktu lama untuk Bara menyelesaikan pertarungannya. Tenaganya pun sepertinya tak banyak terbuang. Sekarang yang tersisa hanya pemimpin perampok itu dan seorang gadis sandera.

"Bagaimana? Seru kan? Enak sekali kamu dapat tontonan gratis," gurau Bara sambil mengelus kepalan tangan kanannya yang mungkin panas karena hajaran bertubi-tubi tadi.

Pemimpin perampok itu tampak ketakutan. Wajahnya panik dan serba salah. Kalau ia keluar, di luar sudah banyak polisi. Tapi kalau ia maju, ia akan bernasib sama seperti teman-temannya.

Tapi ruapanya, ia masih mau mencibai nyalinya sendiri. Ia berlari sambil berteriak, hendak menerjang Bara. Tapi sia-sia.

Bakk Bukk

Pria terakhir hancur lebur di tangan Bara.

Dengan santai, Bara membuka pintu utama bank.

"Tolong bawa mereka!" perintahnya pada anak buahnya.

Polisi-polisi yang lain datang dan membawa preman-preman itu. Sedang Bara, ia malah mendekati gadis sandera yang tadi. Ia membuka tali ikatan yang ada di tangan gadis itu.

"Terima kasih!" seru gadis itu dengan isak tangis. Dan langsung memeluk erat tubuh Bara.

Bara terkejut. Ini adalah pertama kali ada seorang wanita yang memeluknya selain ibunya. Ia hanya terdiam dan tak bisa berkata apalagi berbuat apa-apa.

"Terima kasih banyak, Pak Polisi! Terima kasih!" seru gadis itu terus memeluk Bara.

Selang beberapa saat, Bara menyadari kalau anak buahnya pasti sudah selesai melakukan tugas mereka untuk membawa perampok-perampok itu.

"Maaf. Maaf. Saya harus kembali ke kantor. Akan saya minta anak buah saya untuk mengantar kamu pulang." Bara melepaskan pelukan wanita itu dari dirinya.

"Maaf." Gadis itu menyadari keanehan yang baru saja ia lakukan lalu pergi.

Setelah gadis itu berjalan beberapa langkah, Bara malah menoleh dan tersenyum sendiri. Sepertinya ada perasaan yang tiba-tiba datang dan menyerang benteng pertahanan hati pria itu.

"Pak, semua pelaku sudah kami masukkan di mobil tahanan." Seorang polisi melapor dan membuat buyar lamunan Bara.

"Oke. Kita proses sekarang juga. Tolong, juga kamu hubungi penanggung jawab banknya. Seharusnya belum ada harta yang dibawa pergi. Kalau toh ada, nanti akan kita periksa di kantor. Tolong kamu atur semua di sini. Saya akan lanjutkan penyelidikan motif mereka."

"Siap Pak!" jawab polisi itu sigap.

Setelah menjelaskan semuanya, Bara ikut bersama beberapa anak buahnya yang lain untuk kembali ke kantor dan menyelidiki motif para perampok itu.

Meski tingkahnya di bank yang tampak santai sekali tadi, tapi Bara adalah seorang polisi yang tegas dan sigap. Mungkin itu yang membuatnya bisa mendapatkan pangkat di usianya yang masih bisa dibilang muda. Bara bisa mengatur semua anak buahnya dengan baik, dan dengan cepat ia bisa menyelesaikan pekerjaannya.

Sesampainya di kantor, perampok-perampok itu sudah berbaris dan siap diinterogasi. Wajah-wajah biru dan lebam sudah berjejer rapi dan siap bertemu dengan orang yang menghajar mereka tadi.

"Bagaimana? Enak pukulan saya?" tanya Bara sambil bergurau. Menganggap santai suasana waktu itu.

Sedang Bara masih entah melakukan apa di mejanya, belasan pria itu sudah gemetar takut. Tak mereka sangka ada yang bisa menghajar mereka dengan begitu cepat, tanpa senjata,dan sendirian. Tapi rupanya, bukan Bara yang akan mengintrogasi mereka.

Beberapa orang polisi membawa mereka ke sebuah ruangan dan mengintrogasi mereka di sana sesuai dengan prosedur yang ada. Bara hanya sesekali lewat dan tersenyum sinis saja. Baru lewat saja, mereka sudah takut meluhat Bara. Apalagi Bara yang mengintrogasi.

Beberapa menit berlalu, polisi yang mengintrogasi para perampok itu keluar.

"Saya sudah dapatkan semua informasinya Pak," kata polisi itu.

"Cepat sekali?" tanya Bara heran.

"Bapak lewat-lewat dari tadi. Itu membuat mereka takut dan langsung menjawab semua pertanyaan saya." Polisi itu tersenyum sedikit. mengingat atasannya itu sudah seperti momok untuj para perampok itu.

"Haha! Bagus lah. Saya tunggu di ruangan saya laporan kamu. Ini dimasukkan ke sel dulu." Bara berjalan meninggalkan tempat itu dan menyuruh polisi tadi memasukkan mereka ke dalam sel tahanan.

Tak sampai 10 menit, anak buah Bara yang tadi sudah datang kembali menghadap pada atasannya. Padahal Bara baru saja duduk di kursinya.

"Permisi Pak." Petugas itu mengetuk pintu.

"Masuk!" perintah Bara.

"Langsung duduk saja. Bagaimana hasil introgasinya?" tanya Bara langsung pada intinya.

"Siap Pak!" Petugas itu duduk dan membuka sebuah map berisi beberapa lembar kertas.

"Ini laporan yang tadi sudah ditulis oleh Indra Pak. Semua pernyataan dari pelaku sudah dicatat," katanya sambil menyodorkan lembaran-lembaran kertas itu pada Bara.

"Kamu sudah hampir 2 tahun kerja bareng saya, masih nggak paham juga. Sejak kapan saya mau mendapat laporan pertama kali dengan membaca. Kamu yang cerita, nanti saya cocokkan dengan tulisannya. Ayo." Bara menyuruh petugas itu menceritakan hasil introgasi tadi.

"Iya Pak, maaf. Jadi pelakunya ada 15 orang,"

"Itu juga saya tahu. Ngapain disebut lagi. Lanjutkan!" potong Bara membuat petugas itu kaget.

"Eh iya Pak. Pemimpinnya yang tadi berdiri di depan itu namanya Ardi. Motif mereka jelas uang. Tapi sesuai dengan dugaan saya, ada dalang yang menyuruh mereka Pak." Petugas itu menyampaikan semuanya.

"Hmm... Ada dalangnya? Kalau begitu, apa kamu ada pendapat mengenai dalang itu siapa?" tanya Bara sambil berpikir dan mengusap dagunya.

"Ada Pak. Bahkan bukan hanya dugaan. Ini sudah pasti, karena perampok-perampok itu sendiri juga sudah hampir menyebutkan namanya. Tapi mereka tertahan, mungkin karena ancaman. Saya sempat mendapat inisialnya. Mereka hampir menyebutkan nama dengan huruf depan G."

"G? Kalau begitu, kamu cari daftar kasus, khususnya kasus pencurian atau apapun yang berhubungan dengan uang. Yang tersangkanya berinisial G." Bara bangkit dari kursinya dan menyuruh petugas itu melakukan seperti yang ia katakan.

Selagi petugas itu pergi mencari data, Bara datang ke sel tahanan para perampok itu. Melihat Bara, mereka semua terdiam dan tampak jelas kalau mereka ketakutan.

"Tenang. Tenang. Saya cuma mau tanya saja. Kalian harus menjawab pertanyaan saya, tidak ada pilihan lain. Ya?" Bara berdiri tepat di depan jeruji penjara mereka.

"Iya Pak, iya. Jangan pukul," ucap salah satu perampok itu ketakutan.

"Nggak. Saya nggak akan pukul kalian. Tapi..."

"Tapi apa Pak?!" seru perampok itu semakin tegang.

"Tapi kalau kalian tidak jawab pertanyaan saya dengan jujur. Saya cambuk kalian pakai sabuk." Bara membuat ancaman yang sebenarnya tak akan ia lakukan, karena itu akan melanggar aturan.

Demi menghindari cambukan Bara, perampok itu mengangguk cepat. Bara berdiri bersandar pada jeruji besi dan bertanya kepada mereka.

"Kalian pasti ada yang suruh kan? Siapa nama orangnya?" tanya Bara santai. Tapi tidak ada satupun yang menjawab.

"Woi! Jawab!" seru Bara.

"Bos Guntur Pak!" seru salah satu perampok itu karena refleks terkejut dengan seruan Bara.

"Guntur? Namanya Guntur."

Tanpa bertanya apa-apa lagi, Bara meninggalkan mereka sambil terus mengucapkan nama Guntur. Tersisa para perampok itu yang menghela nafas lega karena Bara sudah pergi.

Terpopuler

Comments

💞 Lily Biru 💞

💞 Lily Biru 💞

emg best ni si Bara

2021-05-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!