"Mana Bara sialan itu? Hei keluar kamu Bara!" seru pria itu marah-marah.
"Pak maaf Pak. Bapak ini mencari siapa?" tanya Fajar berusaha menenangkan pria itu.
"Mana Bara?! Polisi kurang ajar itu. Sombong sekali, sudah enak kuajak kerja sama. Malah menantangku datang kemari. Mana dia?! Bara!" seru pria itu masih marah.
"Sabar Pak. Bapak ini siapa? Pak Bara masih diluar. Sebentar lagi akan kembali." Fajar berusaha memberi pemahaman, tapi pria itu masih marah-marah.
"Aku Guntur Pribadi! Mana manusia yang menantangku?! Akan kubuat perhitungan dengannya!"
Ternyata pria tua itu adalah Guntur. Si penjabat berkedok jahat itu.
Sedang Fajar berusaha menenangkan Guntur dari kemarahannya, Pak Yunus berusaha untuk menelpon Bara. Belum lama ia pergi, tapi keributan sudah terjadi di kantor ini.
"Halo?" tanya Bara dari seberang sana.
"Halo Pak! Cepat kembali ke kantor. Orang bernama Guntur itu sudah datang dan sekarang marah-marah di sini," ucap Pak Yunus panik.
"Oke, saya kembali sekarang." Bara menutup teleponnya dan segera memutar balik arah mobilnya kembali ke kantor.
5 menit kemudian, mobil Bara sampai di kantor. Pria bernama Guntur itu masih menunggu sambil duduk di tangga depan pintu masuk kantor. Melihat Bara, Guntur langsung bangkit.
Tapi bukannya menyapa atau bertanya pada pria separuh baya itu, Bara malah langsung masuk begitu saja ke dalam kantor.
"Hei! Kurang ajar!" teriak Guntur marah.
"Fajar!" teriak Bara dari ruangan.
"Siap Pak!"
"Saya minta semua berkasnya." Bara duduk di mejanya dan entah mencari apa disana, sedangkan Fajar keluar untuk mengambil berkas yang sudah ia siapkan.
"Hei! Kurang ajar kamu! Aku sudah lama menunggumu, kamu bahkan tidak menyapaku! Kau tidak tahu aku?!" teriak Guntur yang tiba-tiba meneribis masuk ke ruangan Bara.
Bara hanya mengangkat matanya sedikit. Ia menyapu pria separuh baya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tapi kemudian kembali menunduk.
"Memang Anda ini siapa? Saya tidak pernah mengenal Anda." Bara bertanya dengan nada cuek dan masih sibuk mencari entah apa.
"Kurang ajar! Lihat aku! Aku sedang bicara padamu! Anak kemarin sore berani sekali menantangku! Aku Guntur! Kamu mencari aku kan?! Aku datang kemari bukan untuk menghadap polisi gila sepertimu. Aku datang kemari untuk memberimu pelajaran yang tak akan pernah bisa kamu lupakan!" teriak Guntur marah-marah.
"Pak Bara! Ada apa?! Ada yang mengancammu?!" teriak seorang pria dari luar kantor.
Ternyata, pada waktu itu, warga sekitar mendengar teriakan Guntur. Dan mereka mengira ada keributan yang terjadi di kantor polisi itu.
"Ada apa ini?! Kenapa ramai sekali?!" seru Guntur panik.
"Santai kalian! Nggak ada apa-apa kok. Kalian boleh pulang saja." Bara bangkit dari kursinya lalu berjalan mendekati mereka dan menyuruh mereka pulang ke rumah masing-masing.
"Yakin Pak? Tadi kita dengar ada ribut-ribut di sini. Kalau ada yang mau macam-macam sama Pak Bara, bilang Pak. Kita hajar orang itu!" seru salah satu warga.
"Sabar Pak! Di sini baik-baik saja. Tolong diingat ini kantor polisi, jadi jangan buat keributan di sini. Sekarang Anda sekalian boleh pulang. Ini urusan kami. Silahkan," ucap Bara, berbeda 180 derajat saat berhadapan dengan para warga, ia menjadi sangat ramah dan lembut.
Orang banyak itu akhirnya pergi. Guntur tidak mengira kalau beberapa teriakannya sudah mengundang perhatian banyak warga. Dan lagi, disini mereka semua membela Bara.
Setelah mereka semua pergi, Bara kembali ke ruangannya. Dan lagi-lagi, ia melewati begitu saja, Guntur yang berdiri di dekat pintu ruangannya.
"Hei Bara! Lagi-lagi kamu tidak mempedulikan saya. Saya sudah datang kemari dan kamu malah bersikap tidak jelas seperti ini! Cari mati kamu?!" teriak Guntur lagi.
"Apa Anda tidak melihat reaksi warga tadi? Jangan keras-keras! Nanti mereka datang lagi. Dan bisa-bisa Anda yang habis Pak!" ucap Bara memperingatkan Guntur untuk hati-hati drngan para warga itu.
"Oke, sederhana saja. Anda punya tangguhan kasus yang cukup banyak. Saya cuma mau Anda menandatangani beberapa berkas dan setelahnya kami akan lakukan penyelidikan. Dan selama penyelidikan berjalan, Anda, Bapak Guntur Pribadi, Anda akan menjadi tahanan kota dan akan ada pengawasan khusus dari kepolisian. Ini berkas yang harus Anda tanda tangani." Bara menyodorkan beberapa lembar kertas pada Guntur.
"Nggak! Aku tidak akan pernah mau tanda tangani berkas itu. Kamu jangan main-main Bara. Kamu tidak tahu siapa aku? Aku bisa membuatmu keluar dari kantor ini! Dan aku bisa menyingkirkan kamu dengan mudah! Tidak akanda lagi orang yang bisa mengenalimu!" teriak Guntur.
"Silahkan tanda tangani berkasnya. Anda tidak perlu susah-susah menyingkirkan saya. Kalau Anda memang tidak berbuat kejahatan, biarkan kami melakukan tugas kami. Toh nanti kami juga tidak akan menemukan bukti kalau Anda memang tidak bersalah. Dan saya berjanji pada Anda, Anda tidak perlu susah-susah menyingkirkan saya. Kalau Anda memang terbukti tidak bersalah, saya akan bersedia minta maaf di depan media. Dan saya akan meninggalkan kepolisian ini." Bara menatap Guntur dengan tatapan tegas.
"Oke kalau begitu. Aku pastikan kamu tidak akan pernah bisa menemukan bukti apapun tentang aku. Dan aku pastikan aku akan mendepakmu dari kursimu itu."
Guntur menarik berkas-berkas itu dari tangan Bara dengan kasar. Ia mengambil bolpoin yang ada di saku kemeja Bara dan menandatangani berkas itu. Tangannya terus menulis, tapi matanya terus menatap Bara. Pun Bara juga menatapnya tajam.
Setelah Guntur selesai menandatangani semua berkas itu, ia menarik kerah kemeja Bara yang berdiri berhadapan dengannya dan hanya berbataskan meja kerja Bara.
"Aku tunggu kehancuranmu, Bara Mahardika. Ingat kataku, kau akan bertekuk lutut di hadapanku dan mengemis supaya aku melepaskanmu. Tapi aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu. Aku tidak sabar untuk melihat matamu yang sombong itu, menatapku dengan tatapan memelas." Guntur menyelipkan kembali bolpoin yang ia ambil ke dalam saku kemeja Bara, seraya menyeringai licik.
"Silahkan Pak. Anda boleh pergi." Bara tersenyum dan mempersilahkan pria itu untuk pergi.
"Awas kamu ya, Bara." Guntur mengatakan itu dengan wajah liciknya yang berada tepat di depan wajah Bara.
Bara hanya tersenyum. Menurutnya, begini cara yang tepat untuk menghadapi pria licik seperti Guntur.
"Fajar, kamu atur semua persiapan untuk penyelidikan kita. Saya masih harus keluar lagu karena tadi saya belum sempat menyelesaikan pekerjaan saya." Bara berjalan kembali keluar dari ruangannya.
"Baik Pak. Nanti Bapak akan kembali atau sampai jam kerja habis?" tanya Fajar.
"Saya kurang tahu. Tapi kalau memang nanti ada yang perlu saya bantu disini, kamu bilang saja. Saya balik lagi nanti."
"Baik Pak kalau begitu. Hati-hati di jalan." Fajar mempersilahkan atasannya itu untuk pergi.
"Pak Yunus, saya pamit dulu." Bara mengangguk pada Pak Yunus.
"Siap Pak!" seru Pak Yunus tegas tapi ramah.
Beberapa menit kemudian, mobil Bara melesat keluar dari halaman kantor polisi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Abu Alfin
sampai sini dulu
Salam hangat dari
Cinta Asteria & Isyaroh
😅🙏🙏
2021-06-23
2