10 tahun yang lalu.....
"Pak Polisi! Saya mau melapor ada sekelompok perampok di Bank! Tolong Pak! Tolong! Mereka bersenjata!" seru seorang pria yang terdengar panik dari telepon kantor polisi.
"Lapor! Ada perampokan bank Pak. Menurut laporan, perampok berkelompok dan membawa senjata!"
Dengan sigap, polisi yang menerima laporan dari telepon tadi melaporkannya kepada atasannya, yang adalah kepala polisi di tempat itu.
"Segera siapkan semuanya. Saya akan pimpin proses di sana!" seru kepala polisi itu.
"Siap Komandan!" jawab polisi yang tadi engan siap dan sigap.
Deru langkah kaki para polisi yang bersiap menuju TKP perampokan memenuhi seisi kantor. Kepala polisi yang tadi juga ikut sigap berlari menuju mobil dinas untuk segera melakukan penggerebekan dan segala prosedur yang ada untuk penangkapan para perampok itu.
Sesampainya di sana, ternyata kondisi sudah sangat runyam. Para pegawai bank dan warga sipil lain dijadikan sandera di dalam bank. Sedangkan ancaman senjata api juga sudah ditunjukkan oleh para perampok.
Dorr
"Tidak boleh ada yang mendekat! Atau perempuan ini akan saya lubangi kepalanya!" teriak salah satu perampok itu sambil menempelkan ujung senapannya tepat di pelipis seorang gadis muda.
"Baik! Tidak akan ada dari kami yang akan menyerang! Kami hanya ingin membicarakan semuanya dengan baik-baik!" seru seorang polisi, tapi bukan kepala polisi yang tadi.
Perampok itu masuk ke dalam dan berdiskusi dengan teman-temannya yang masih ada di dalam. Selang beberapa menit, perampok itu kembali keluar dan lagi-lagi menempelkan senapannya di kepala gadis itu.
"Kalau kalian mau diskusi, baiklah! Tapi dengan satu syarat! Hanya ada satu orang saja yang boleh masuk!" teriak perampok itu.
"Baiklah! Tawaran kami terima!" Polisi yang sejak tadi menjadi juru biacara itu meletakkan speaker yang dia bawa dan hendak berjalan mendekat ke pintu utama bank.
Tapi langkahnya tertahan oleh seseorang yang menahan tangannya.
"Biar saya saja," kata orang itu.
"Pak?" tanya polisi tadi heran.
"Saya saja." Seorang polisi dengan lencana dua bunga. Itu artinya dia adalah kepala polisi di kepolisian kota waktu itu. Dan nama yang tertulis di baju sebelah kirinya adalah Bara.
Pria itu maju dan berjalan dengan gagah. Tak ada sedikitpun keraguannya untuk berhadapan langsung dengan perampok-perampok itu. Dengan kacamata hitam, dan rambut yang kekinian, polisi itu menaiki tangga menuju pintu utama bank.
"Ayo. Ayo masuk. Masa mau bicara enak di luar gini panas-panas. Ayo masuk. Dibawa juga ini sanderanya. Yuk masuk yuk." Polisi bernama Bara itu mengajak perampok itu masuk.
Mereka masuk ke dalam bank. Puluhan sandera sudah diikat dan ditutup mulutnya. Belasan orang dengan penutup wajah dan memegang senjata juga ada di sana dan menatap sinis polisi itu bak sebuah ancaman.
Bara menutup pintu utama. Para sandera terkejut dan semakin ketakutan. Polisi-polisi yang ada diluar juga heran dan bingung.
Setelah menutup pintu, pria aneh itu berjalan menuju sebuah meja. Ia melepas semua atributnya. Mulai dari pistol, tongkat, sabuk, dan terakhir kacamatanya.
"Huaaahhmmm..." Ia malah duduk di kursi dan menguap.
Betapa menyebalkannya orang ini. Puluhan sandera sedang tegang ketakutan. Belasan perampok sedang berusaha menyingkirkannya. Tapi ia malah duduk bersantai sambil menguap.
"Hei Pak! Mau apa kau masuk kemari?! Mau tidur?! Kukirim kau tidur selamanya!" teriak seorang perampok seraya menudingkan senapan ke arah polisi bernama Bara itu.
"Sabar dulu. Sabar. Begini saja. Kalian mau apa di sini?" tanya Bara sambil mengangkat kedua tangannya dan memberi isyarat pada perampok itu untuk tenang.
"Mau uang? Boleh. Ayo ambil uangnya. Saya tunggu di sini. Ayo cepat." Bara malah menyuruh merek menjarah uang sebanyak-banyaknya.
Para perampok itu tak percaya. Mereka diam dan terus mengawasi Bara. Tak ada satupun dari mereka yang bergerak dan menjarah yang seperti Bara katakan.
"Loh kok diem. Katanya mau uang, boleh kok. Ambil aja. Ayo! Saya tunggu." Bara mempertegas lagi kata-katanya.
Mereka akhirnya mulai percaya. Sambil terus mengawasi Bara, mereka mulai mengambil uang yang ada di bank itu.
"Hei! Ambil uang bank aja! Jangan ambil uang yang dari sandera! Udah baik ini saya!" seru Bara saat melihat ada seorang yang hendak merampas perhiasan dan uang para sandera.
Mendengar teriakan Bara, orang itu tak jadi mengambil perhiasan milik sandera. Ia bergabung dengan teman-temannya yang lain untuk mengambil uang bank.
"Halo! Ini para sandera kan udah nggak ada gunanya. Saya keluarin boleh ya?!" seru Bara bangkit berdiri dari kursinya.
Tak ada jawaban dari mereka. Menganggap permintaannya diperbolehkan, Bara melepaskan ikatan tali para sandera.
"Wei Pak Polisi! Kau boleh lepaskan yang lain. Tapi perempuan ini punyaku! Kau tak boleh melepaskannya!" seru pria yang tadi berdiri di luar sambil menodongkan senapan pada seorang gadis.
"Oke oke. Boleh saja. Yang lain, kukeluarkan ya?!" Bara mengeluarkan sandera lainnya, kecuali gadis itu.
Gadis itu masih terikat. Melihat Bara membiarkannya, ia berteriak dan meminta tolong. Tapi Bara tak sedikit hendak mendekat ke arahnya.
Gadis itu terus berteriak, tapi pria berpenutup wajah itu juga bertiak, "Diam!"
Bara melihat gadis itu ketakutan. Ia hanya menatapnya dan mengedipkan mata, tanda ia harus tenang.
Gadis itu diam, setelah mendapat tanda dari Bara. Entah datang dari mana kepercayaan itu. Tapi ia yakin kalau Bara akan menolongnya.
Hanya dalam waktu beberapa menit saja, semua sandera sudah berhasil dikeluarkan. Dan pada saat yang sama, para perampok itu juga sudah berhasil menjarah semua uang yang ada di bank itu.
"Selesai!" seru Bara saat semua sandera sudah keluar dan setelah ia kembali menutup pintu utama.
"Kami juga selesai! Biarkan kami pergi, atau gadis ini akan mati." Perampok itu masih menyeret perempuan yang tadi dan senapannya masih tertodong di kepala gadis itu.
"Tunggu dulu! Enak sekali kalian. Aku juga mau bagianku. Aku sudah membantu kalian elamat dari polisi-polisi itu. Aku mau bagian." Bara melangkah mendekati mereka.
Dengan mudahnya, Bara memperdayai mereka. Mereka bahkan mau membagi uang mereka dengan Bara.
Tapi, saat salah satu dari mereka hendak maju dan memberikan uangnya, Bara segera meninju wajah perampok itu.
Bakk
Bukan main-main, pukulan itu pasti kencang sekali. Bagaimana tidak? Pria itu bahkan sama jatuh ke lantau dan pingsan karena pukulan itu.
"Hah?!" Semua orang terkejut.
Tak terima kawannya dibuat semaput, seorang pria yang tampaknya adalah pemimpin mereka memerintahkan mereka semua untuk menyerang.
Tas-tas dan karung-karung berisi uang bergeletakan di tanah, ditinggalkan oleh perampasnya.
"Kurang ajar! Serang!" seru seorang dari mereka yang sepertinya adalah pemimpin mereka.
Dengan senyum sinis, Bara memasang kuda-kuda sederhana. Dan dalam sepersekian detik,
Bakk bukk bakk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Difta
dunia halu emang kereeen 👍👍
semangat thor
2021-10-05
0
Abu Alfin
boom like dulu Thor
baca nyusul
Salam hangat dari
Cinta Asteria & Isyaroh
😅🙏🙏
2021-06-23
2
💞 Lily Biru 💞
weidihh, hebat si Bara
2021-05-04
0