Beberapa hari berikutnya...
"Pak, ada laporan orang hilang. Seorang gadis, sudah hilang sejak jam 7 malam dua hari yang lalu. Bapak dan Ibunya baru saja melapor."
Fajar masuk ke ruangan Bara tepat setelah seorang Bapak dan istrinya melaporkan hilangnya putri mereka.
"Suruh mereka masuk, aku akan tanya langsung." Bara menyuruh Fajar memanggil mereka.
"Siap Pak!" seru Fajar.
Beberapa saat kemudian, seorang Bapak berusia sekitar 60 tahun masuk ke ruangan Bara. Bapak itu datang bersama istrinya. Ibu itu menangis tak ada hentinya.
"Pak tolong kami, Pak!" pinta Bapak itu seraya mengatupkan tangan dan menatap Bara dengan mata berkaca-kaca.
"Iya Pak. Kami akan membantu semampu kami. Bapak ceritakan, dari awal anak Bapak masih terlihat, sampai Bapak merasa dia hilang." Bara mencoba menenangkan mereka.
"Dua hari yang lalu Pak. Anak kami, Putri pergi ke sekolah seperti biasa. Malamnya, ia minta izin pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas. Sekitar jam 7 malam, kami sempat mendapat telepon kalau dia sudah di jalan, mau pulang ke rumah. Tapi satu jam, dua jam, masih belum sampai juga."
"Kami sudah khawatir, tapi polisi tidak akan menerima laporan orang hilang sebelum 24 jam. Kami sudah berusaha bertanya pada teman-temannya. Tapi tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan anak saya."
Bapak itu menceritakan semua kejadiannya dari awal kepada Bara. Ini kasus yang rumit karena orang-orang terdekat sudah sempat dihubungi tapi tidak ada yang mengetahuinya.
"Pak tolong kami, Pak."
Istri Bapak itu sekarang memohon sambil menangis. Membuat Bara yang sedang berpikir semakin bingung.
"Bapak, Ibu. Saya akan berusaha semampu saya. Bapak dan Ibu percaya sama saya. Selama belum ada kabar yang pasti dari saya, Bapak dan Ibu harus tenang. Anggap saya anak Bapak dan Ibu. Saya akan mencari Putri dan membelanya, seperti adik saya sendiri."
Bara berdiri disusul dengan Bapak dan Ibu itu. Mereka berdiri berhadapan.
"Bapak dan Ibu tenang saja. Saya akan berusaha mencari Putri." Bara memegang pundak Bapak itu, sedikit mencoba untuk membuatnya tabah.
Setelah itu, Bara memanggil Fajar dan menyuruhnya mengantar Bapak dan Ibu itu pulang. Itu karena mereka datang ke kantor tanpa kendaraan. Kendaraan mereka satu-satunya dibawa oleh Putri, anak mereka yang sudah dua hari menghilang itu.
Bara kembali duduk di kursinya. Dicarinya kemungkinan yang bisa terjadi pada gadis itu. Pak Yunus mengetuk pintu ruangan Bara.
"Permisi Pak!" seru Pak Yunus.
"Masuk Pak Yunus!" sahut Bara msih berkutat dengan berkas-berkas, foto gadis itu, dan pikirannya sendiri.
"Boleh saya duduk Pak?" tanya Pak Yunus. Wajahnya terlihat ikut khawatir, sama seperti Bara.
"Boleh Pak, silahkan. Jam kerja Bapak sudah selesai, panggil aku Bara saja." Bara mampersilahkan Pak Yunus duduk.
"Masalah ini sangat mengkhawatirkan, Bara. Aku tahu kau paling tidak bisa diam saat terjadi masalah seperti ini," ucap Pak Yunus.
"Iya Pak. Aku menduga kalau ini pasti kasus penculikan. Kecelakaan sangat tidak mungkin, karena tidak ada laporan kecelakaan sama sekali selama dua hari ini. Aku khawatir kalau pelaku melakukan sesuatu pada Putri."
Bara semakin pusing. Ia tak punya ide sama sekali tentang kasus ini. Tidak ada peristiwa yang terjadi saat waktu hilangnya Putri. TKP juga tidak bisa ditentukan karena bukti terakhir yang ada hanya rekam panggilan.
"Pak, aku baru ingat, kita bisa cari jejak gadis itu dari rekaman panggilan dengan orang tuanya!" seru Bara.
Bara mengucapkan semua itu dengan penuh semangat. Matanya membesar. Ia menemukan cara untuk mengetahui jejak awal gadis itu.
"Ya Bara! Kau benar. Kita bisa lacak panggilan gadis itu."
Bara dan Pak Yunus segera melakukan prosedur untuk pelacakan itu. Dan mereka mendapatkan datanya.
"Pak, aku sudah dapatkan tempatnya!" seru Bara.
Ia memastikan lagi hal itu. Dan setelah ia benar-benar yakin kalau tempat itu memang benar, ia bersiap untuk melakukan penyelidikan ke sana.
"Pak, aku akan langsung pergi ke tempat itu. Bapak pulang saja. Ini juga sudah malam, biar aku saja yang pergi." Bara meminta Pak Yunus untuk pulang.
"Tapi, kau tidak bisa mencarinya sendiri. Harus ada orang lain yang pergi denganmu," kata Pak Yunus.
Di luar, suara mesin mobil terdengar. Sepertinya itu adalah Fajar yang baru saja datang setelah mengantar Bapak dan Ibu tadi.
"Nah! Itu ada Fajar. Dia sudah datang. Aku pergi dengannya saja. Lebih baik Bapak pulang, nanti Ibu khawatir."
"Ya sudah. Kalau begitu aku pamit. Hati-hati Kau." Pak Yunus berdiri dari kursinya.
"Baiklah Pak. Selamat malam."
"Malam, Bara."
Pak Yunus berjalan keluar meninggalkan kantor. Dan di saat yang sama, Fajar masuk ke kantor.
"Bagaimana Pak? Apa sudah ada yang bisa kita lakukan?" tanya Fajar.
"Ya. Saya sudah lacak tempat telepon terakhirnya. Pasti ada bukti di dekat tempat itu. Kamu harus ikut saya." Bara berdiri dan langsung mengajak Fajar pergi.
"Baik Pak, mari."
Bara dan Fajar segera bersiap untuk penyelidikan mereka. Malam semakin gelap dan gelap semakin pekat. Waktu sudah menunjuk pukul 8 malam.
Beberapa menit perjalanan, mobil mereka berhenti di sebuah jalanan kecil yang cukup sepi dan gelap. Disisirnya sepanjang jalan itu dengan berjalan kaki.
"Fajar, kamu ke lajur yang sebelah sana. Nanti kita gantian. Barang sekecil apapun, kalau mencurigakan bawa saja." Bara menyuruh Fajar pergi ke seberang jalan.
"Baik Pak!" sahut Fajar tegas.
Kembali mereka berjalan sambil menunduk ke bawah. Mencari kalau-kalau mereka menemukan sesuatu.
"Fajar, sudah menemukan sesuatu?" tanya Bara mencari tahu kondisi terkini Fajar.
"Belum Pak!" seru Fajar dari seberang jalan sana.
"Baiklah. Ayo cari lagi!" seru Bara.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di ujung jalan itu. Tapi mereka berdua sama sekali tak menemukan apapun. Sesuai rencana, mereka bertukar tempat.
"Fajar, ayo tukar tempat. Siapa tahu kelewat tadi."
"Baik Pak."
Mereka kembali berjalan menyusuri jalanan itu. Kepala mereka terus tertunduk. Kilau senter tertuju pada butiran tanah bercampur pasir yang mereka lewati.
"Pak!" Tiba-tiba Fajar berseru dari jalanan seberang.
"Ada apa Fajar?!" tanya Bara sambil berlari mendekati Fajar.
"Itu Pak! Ada motor rusak di ruko itu!" seru Fajar seraya menunjuk sebuah ruko.
Dan benar saja, memang ada sebuah motor yang sudah penyok bagian belakangnya. Motor itu digeletakkan begitu saja di pelataran ruko yang ditunjuk Fajar.
"Ayo kita cek ke sana!" ajak Bara.
"Mari Pak!"
Mereka berjalan perlahan mendekat ke motor itu. Kondisinya sudah buruk. Di bagian belakang motor itu ada plat nomor yang sudah lepas dan tergeletak di tanah.
"Fajar, kamu tanya plat nomor motornya ke Bapak Ibu tadi tidak?" tanya Bara.
"Iya Pak. Plat nya L 1847 AS," jawab Fajar.
"Astaga," ucap Bara pelan.
"Ada apa Pak?!" tanya Fajar panik.
Bara mengangkat plat nomor itu dengan tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan. Dan nomor yang tertera pada plat itu adalah
L 1847 AS
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments