14

"Fajar, Pak Yunus, bawa beberapa petugas dan berjaga di sekitar jalan itu. Kepung semua jalan yang ada. Jangan biarkan satu orang pun lolos dari sana." Bara memerintahkan semua anak buahnya untuk mengepung tempat itu.

"Baik Pak!" seru keduanya serentak.

"Saya akan pergi ke sana sendiri. Kalian bersiap di luar." Bara berjalan keluar, menuju mobilnya.

"Bara, kau yakin?" tanya Pak Yunus. Tapi kali ini bukan sebagai anak buah, tapi sebagai seorang Bapak yang peduli pada anaknya.

"Bapak tenang saja, aku akan baik-baik saja." Bara tersenyum dan mencoba membuat Pak Yunus tenang dan mengerti.

"Mas Bara, bawa kembali Putri kami." Bapak Putri memohon pada Bara.

"Bapak tenang saja, saya akan pastikan Putri kembali pada Bapak dan Ibu." Bara memegang pundak Bapak itu lalu masuk ke mobilnya.

Mobil Bara melesat keluar dari pekarangan kantor. Kemudian disusul dengan beberapa mobil lain yang sudah dikomando untuk mengepung tempat itu. Dan semua rencama yang sudah disusun segera dilakukan dengan baik.

Kini mobil Bara telah memasuki Jalan Melati. Tidak ada lagi mobil yang mengikutinya. Dari sekarang, semua kemungkinan, yang terburuk sekalipun bisa saja terjadi padanya. Tapi demi tugasnya dan demi gadis yang ia anggap adinya itu, ia melangkah dengan pasti dan yakin. Tak ada ragu sedikitpun dalam benaknya.

Bara turun dari mobilnya. Gudang itu tampak sepi di luar. Tapi kemudian ada seorang pria berbadan besar. Bara hanya sampai di dadanya saja. Orang itu tinggi sekali. Wajahnya tidak terlihat karena ia memakai penutup wajah.

"Hey, Polisi! Masuk sana! Sudah ditunggu!" seru pria besar itu memanggil Bara.

Bara berjalan dengan langkah pasti. Dipakainya kacamata hitam miliknya, dan digulungnya lengan bajunya. Satu langkah kakinya masuk ke gudang tua itu.

Wushhh....

Angin kencang berhembus. Menyapu butir-butir pasir yang mengotori lantai bangunan tua yang hanya bersisa pilar-pilar itu.

Rupa-rupanya, di dalam gudang itu, sudah banyak orang di dalam sana. Ada lebih dari 20 orang pria berbadan besar yang berdiri menghadap ke pintu depan tempat Bara masuk. Dan sama seperti pria yang di depan tadi, mereka semua menggunakan penutup wajah. Tak ada satupun celah bagi Bara untuk melihat wajah mereka.

"Lepas! Lepaskan aku!"

Terdengar jeritan lemah dari belakang barisan pria besar itu. Bara sudah menduga kalau itu adalah suara Putri.

"Putri?!" seru Bara.

"Kak, tolong aku Kak!" seru Putri.

Bara hendak melangkah maju untuk membebaskan gadis itu.

"Berhenti!" seru seseorang menghentikan langkah Bara.

"Berhenti di sana!" seru orang itu lagi.

Beberapa orang pria membawa Putri yang sudah diikat di sebuah kursi kayu dan meletakkan kursi itu di depan barisan mereka. Bara bisa melihat kalau Putri pasti habis disiksa oleh mereka.

"Kalian apakan dia?!" tanya Bara menggertak.

"Sabar dulu, Bara. Sabar. Lihat, aku sudah membawanya keluar. Dan kamu sudah melihat gadis ini. Dia masih hidup."

Seorang pria bicara. Bara bisa melihat ada seseorang yang duduk di balik barisan pria besar itu, tapi ia tak bisa melijat wajah orang itu, karena tertutup badan besar preman-preman itu.

"Saya sudah di sini. Sekarang juga, saya minta Anda untuk melepaskan Putri. Setelah itu, kita bisa bicara." Bara mencoba bernegosiasi dengan baik-baik.

Tapi rupanya, usaha itu tak disambut baik oleh orang-orang itu.

"Tunggu. Tunggu. Enak saja kamu minta bocah ini dilepaskan. Begini, entah dari mana datangnya kebetulan ini. Aku menginginkan uang dan caranya adalah dengan menculik gadis ini. Tapi ternyata, aku punya kesempatan yang lebih besar. Kudengar, kakakku punya dendam denganmu."

Pria misterius menyebutkan kalau kakaknya memiliki urusan dan dendam dengan Bara. Tapi Bara sama sekali tidak punya ide untuk itu semua. Ia tak mengerti siapa orang yang pria itu maksud.

"Maksud Anda siapa? Saya tidak merasa punya urusan dengan orang. Tapi baiklah, Anda boleh bawa saya. Tapi Anda harus lepaskan dulu gadis itu." Bara bicara lebih tegas.

"Begini saja, aku ingin melihat kawananku bermain-main denganmu. Kita buat pertaruhan di sini. Kau akan melawan orang terkuat yang kumiliki. Dan taruhannya adalah gadis ini. Kalau kau menang, kuberikan gadis itu sebagai hadiah. Tapi kalau kau kalah, akan kubawa lagi gadis ini dan uang tebusan akan semakin besar. Bagaimana?" tantang pria itu.

Bara bingung. Ia ragu, bukan karena takut, tapi ini menyangkut nasib gadis itu. Sedangkan orang-orang ini tidak bisa dipercaya.

"Kak! Tolong aku, Kak!" seru Putri.

Mendengar seruan itu, Bara semakin terdesak. Ia tak punya pilihan. Mau tak mau, tawaran itu harus ia ambil. Yang terpenting ia harus berusaha menyelamatkan gadis itu, sisanya biar Tuhan yang atur.

"Baiklah, baiklah. Saya terima tantangan Anda. Berapapun orangnya akan saya hadapi. Tapi harus Anda ingat, pertaruhan dan pertarungan ini baru akan selesai kalau salah satu dari kita ada yang tidak sadarkan diri." Bara meneguhkan dirinya dan meladeni tantangan itu.

"Wah, oke. Sombong sekali kau. Jangankan pingsan, mereka bisa membuatmu berhenti bernafas." Pria itu terkekeh.

"Kalian boleh lakukan apa saja pada saya, asalkan kalian lepaskan gadis itu." Bara menggulung lengan bajunya yang panjang.

"Boleh saja, kalau kau bisa kalahkan jagoan-jagoanku ini. Bujang, Janto, maju!" seru pria itu .

Dua orang pria berbadan besar maju ke depan. Kalau manusia yang akan mengahadpi mereka bukanlah Bara, jelas orang itu akan kabur duluan melihat lawannya yang besar-besar itu. Tapi Bara dengan tekad kuatnya, ia bersiap menghadapi orang-orang itu.

"Ayo maju!" ucap Bara seraya menggerakkan jarinya memanggil mereka untuk maju.

Kali ini, Bara tak menggunakan kekuatan ototnya. Ia menggunakan kekuatan otaknya. Ia hanya menghindar ke kanan dan ke kiri. Mengikuti irama tinjuan, sapuan, dan tendangan buldoser-buldoser itu.

Tak banyak yang Bara lakukan, hanya menunduk, melompat, dan melesat ke kanan dan kiri. Tak satupun serangan yang dibiarkannya tepat sasaran.

Ketika kedua manusia besar itu mulai lelah dan bosan memukuli angin, Bara mulai bersiap.

Bakk bukk

Satu sikutan di pundak dan gertakan tepat di rahang bawah, membuat dua preman jumbo itu tumbang. Seperti biasa, Bara selalu bisa menyasar bagian paling kritis dari lawannya.

"Bagaimana? Boleh saya bawa Putri pergi?" tanya Bara.

Preman-preman itu terkejut melihat kedua teman mereka habis tumbang dihajar Bara. Tapi pria misterius itu masih belum puas. Diutusnya dua orang yang lain lagi untuk menghadapi Bara.

"Codet, Gondrong. Hajar!" seru pria itu.

Dua orang pria berbadan besar lainnya maju. Sesuai dengan namanya, yang satu memang berambut gondrong. Dan yang lain memiliki bekas luka goresan benda tajam di wajahnya yang tertutup kain. Tapi mata kirinya jelas ada bekas luka itu.

Mereka berdua berlari maju. Bara masih dengan tak-tik yang sama. Tapi kali ini, satu serangan dari Si Gondrong berhasil mengenai leher Bara. Tiga buah gores luka cakar tampak berdarah di leher Bara.

Bara sempat menghindar beberapa serangan berikutnya. Tapi tiba-tiba saja, kepalanya sakit bukan main. Dan,

Bakk

Sebuah tinju yang kencang bersarang di pipi kirinya dan membanting tubuhnya jatuh ke tanah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!