6

Pertanyaan Shinta membuat Lukas khawatir buka main. Kekhawatiran membuatnya tak tidur semalaman. Ia benar-benar takut wanita itu akan membuat semuanya terbongkar.

"Ya Tuhan, aku harus gimana?" ucap Lukas dalam hatinya.

Malam telah berganti pagi, tapi pria itu masih sibuk berjalan mondar mandir di ruang tamu rumahnya. Ia masih terjebak dalam kegusaran hatinya karena pertanyaan guru itu.

"Ayah?"

Tiba-tiba Nina keluar dari kamar dan memanggil ayahnya.

"Nina? Sayang, kamu kok udah bangun?" Lukas mendekati anak itu menggendongnya.

"Ayah, hari ini sekolah libur. Nina mau jalan-jalan dong."

"Sayang, tapi kamu kan masih sakit." Lukas masih khawatir dengan keadaan Nina pasca kecelakaan kemarin.

"Ayah, Nina nggak apa-apa tahu! Nina mau jalan-jalan Ayah. Ayo kita jalan-jalan," rengek bocah itu.

"Ya udah iya. Hari ini kita jalan-jalan ya. Tapi nanti kita ke kedai dulu, bilang sama Pak Yunus ya?" "Oke Ayah."

Lukas menyiapkan putrinya itu untuk jalan-jalan. Selama ia masih ada, Lukas seudah bersumpah untuk memenuhi semua keinginan putrinya, selama ia bisa melakukannya.

"Ayah, ayo berangkat!" "Iya sayang!"

Sepeda motor Lukas mengantar mereka berdua memulai perjalanan mereka hari itu. Lukas sudah meminta Pak Yunus untuk menjaga kedai sendirian hari ini. Sama juga sepertu Lukas, Pak Yunus juga tak bisa menolak kalau hubungan sudah dengan Nina.

"Hari ini, kita ke pantai ya? Nina bisa main pasir, terus main air juga. Nanti kita beli es degan ya? Nina suka kan?" tanya Lukas mengajak Nina bicara santai selama perjalanan.

"Oke Ayah! Nina mau bikin istana pasir yang besaaaaarr banget." Nina terlihat sangat berbunga-bunga dan tak sabar untuk bermain pasir di pantai.

"Oke Sayang! Nanti Ayah mau bikin juga istana yang besaaaarr buat Nina. Ya?"

Obrolan terus berlangsung. Melihat hubungan antara ayah dan anak ini, hangat dan menyenangkan sekali rasanya.

Seharian itu mereka pergi jalan-jalan. Nina asyik membuat istana pasir, bermain air. Lukas mengajak putri kecilnya bermain, lari-lari. Makan es krim adalah satu hal yang pasti. Dan masih banyak hal lain yang mereka lakukan.

Nina sangat bersenang-senang. Pun juga Lukas. Kegusarannya tentang seseorang bernama Guntur itu seketika lenyap menyaksikan senyum dan mendengar tawa putrinya. Baginya, tak ada yang lebih menenangkan dari senyum putrinya dan tak ada yang lebih menentramkan dari peluk hangatnya.

Menjelang sore, sambil menunggu matahari tenggelam, Lukas mengajak Nina duduk di antara pasir-pasir pantai. Gadis kecil itu duduk di pelukan ayahnya, dan Lukas merangkul anak itu dengan hangat.

"Nina gini terus ya. Jangan gede." Di sela-sela perbincangan dan candaan ringan mereka, tiba-tiba Lukas berandai dan meminta putrinya itu untuk tak cepat besar.

"Emang kenapa Ayah? Nina mau gede biar bisa kayak Ayah. Biar bisa punya kedai kayak Ayah," ucap gadis itu menatap Ayahnya.

"Iya, Nina jangan gede. Nanti kalau Nina gede, Nina nggak mau lagi sama Ayah. Nanti Nina pergi sama keluarga barunya Nina. Ayah jadi sendirian deh." Lukas menjelaskan.

"Ih Nina mau gede. Tapi kalau Nina gede, Nina nggak mau pergi. Nina mau sama Ayah terus. Ke pantai sama Ayah, main sama Ayah. Nina maunya sama Ayah terus."

Mendengar ucapan manis putrinya itu, Lukas merasa tenang sekali. Meski ia tahu, suatu hari nanti putrinya pasti akan pergi.

Mereka melanjutkan lagi candaan mereka. Setelah matahari tenggelam dan lembayung senja telah berganti menjadi gulita malam, Lukas mengajak putrinya itu pulang ke rumah.

Sementara Lukas dan Nina sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, Pak Yunus sedang menutup kedai roti. Pelanggan sudah tak lagi berdatangan dan roti-roti juga sudah habis.

"Permisi?"

Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang masuk ke kedai.

Pak Yunus yang sedang merapikan meja, berdiri membelakangi pemilik suara itu.

"Iya, maaf kedainya sudah tutup," ucap Pak Yunus tanpa berbalik.

"Maaf Pak. Saya kesini mau ketemu Pak Yunus." Perempuan itu melanjutkan ucapannya.

"Ketemu saya?" tanya Pak Yunus seraya membalikkan badannya cepat.

"Bu Guru?"

Ternyata suara itu berasal dari Shinta yang sudah berdiri di depan pintu sedari tadi. Entah apa yang membawanya datang ke kedai malam-malam begini.

"Iya. Bapak ini Pak Yunus kan?" tanya Shinta memastikan.

"Iya Bu. Saya Yunus." Pak Yunus menjadi bingung dan heran. Memang apa urusannya dengan guru ini?

"Boleh saya bicara Pak? Saya mau tanya beberapa hal dengan Pak Yunus." Shinta menjelaskan lebih dalam maksud dan tujuan kedatangannya.

"Sebentar Bu. Ibu duduk dulu. Saya selesaikan pekerjaan saya dulu di belakang, nanti boleh kita lanjutkan." Pak Yunus meminta izin untuk kembali ke dapur belakang terlebih dahulu.

"Silahkan Pak. Saya tunggu di sini saja."

Pak Yunus masuk ke dapur. Pertanyaan yang berkutat di otaknya masih sama. Apa urusan perempuan ini dengannya? Kalau tentang Nina, kenapa tak ia katakan saja semuanya pada Lukas? Kenapa harus dengannya?

Sepuluh menit berselang, Pak Yunus akhirmya selesai membereskan semuanya. Ditujukannya langkah menuju meja tempat Shinta duduk dan menunggu.

"Bu, mau bicara apa?" tanya Pak Yunus.

"Duduk saja Pak biar enak ngomongnya." Shinta meminta Pak Yunus untuk duduk di kursi yang ada di depannya.

Pak Yunus duduk, lalu percakapan diteruskan.

"Jadi saya mau tanya ke Pak Yunus. Sebenarnya Pak Lukas itu siapa? Apa hubungannya dengan orang yang bernama Bara Mahardika?" tanya Shinta.

Pak Yunus terdiam. Ia tak yakin harus menjawab apa. Guru ini juga masih baru mengenal mereka. Apa guru ini bisa dipercaya?

"Saya tidak tahu. Yang saya kenal Lukas itu yang punya kedai ini. Itu saja," jawab Pak Yunus mengelak.

"Tenang saja Pak Yunus. Informasi ini hanya untuk saya. Bapak tenang saja." Shinta berusaha meyakinkan Pak Yunus untuk menjawab pertanyaannya.

"Saya tidak tahu," elaknya lagi.

"Pak, katakan saja. Saya hanya ingin kepastian. Begini saja, kalau Bapak tidak mau menjawab pertanyaan yang ini, ada hal lain yang mau saya tanyakan. Apa hubungan Pak Lukas dengan seseorang bernama Guntur?" tanya Shinta.

Pertanyaan itu semakin membuat Pak Yunus bingung. Guru ini sudah mengobrak-abrik hidup Lukas yang mungkin ingin dia lupakan.

"Saya tidak tahu," jawa Pak Yunus masih kukuh.

"Pak kalau Bapak tidak menjawab. Saya akan laporkan Pak Lukas ke polisi atas tuduhan menganiayaan 8 orang preman yang kemarin malam datang kerumahnya." Shinta terpaksa menggertak demi mendengar jawaban Pak Yunus.

"Hah?! Jangan! Jangan! Ya sudah iya, akan saya jawab. Lukas itu adalah nama penyamaran dari Bara. Dan Lukas itu adalah menantu dari penjahat bernama Guntur itu. Lukas dulunya adalah seorang inspektur polusi bernama Bara Mahardika."

Terpopuler

Comments

Arsih Suro

Arsih Suro

jadi guru kepo kok banget sama urusan pribadi orang,
paling ga suka sama orang kepo,
selalu ingin tahu urusan orang lain

2022-03-10

0

Nikodemus Yudho Sulistyo

Nikodemus Yudho Sulistyo

ANGKARAMURKA mampir.

2021-06-24

2

💞 Lily Biru 💞

💞 Lily Biru 💞

mangatt kk

2021-05-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!