"Guntur?! Itu artinya..." ucap Lukas berpikir.
"Udah, lanjutin!" teriak preman itu kembali menyuruh teman-temannya menyerang Lukas.
"Am-pun Pak!"
Bakk
Lukas melawan orang yang datang dan hendak memukulnya. Hanya dengan satu pukulan saja, orang besar itu jatuh terhempas ke tanah. Entah apa yang tiba-tiba saja membuat Lukas menjadi begitu kuat.
Melihat Lukas mementalkan preman jumbo itu ke tanah, teman-temannya yang lain seketika terhenyak. Dari penampilannya saja, seharusnya Lukas sudah kalah badan dengan mereka. Tapi sebegitu mudahnya ia menumbangkan preman itu.
"Heh! Nantang kamu ya?!" bentak salah satu preman yang belum merasakan hantaman Lukas.
"Boleh, kalau kalian berani!" Lukas memasang kuda-kuda sambil menyeringai. Wajahnya benar-benar terlihat menantang preman-preman itu.
"Serang!!!" teriak preman yang tadi.
Bakk bukk bakk bukk
Bisingnya keributan yang mereka buat membuat beberapa warga di kanan dan kiri rumah Lukas ikut keluar. Tapi melihat orang-orang besar itu, mereka tak berani mendekat. Hanya Lukas seorang diri yang harus menghadapi mereka.
Tapi seorang hero tak pernah kalah. Lukas lagi-lagi bisa membanting preman-preman itu. Sama dengan nasib teman mereka yang sudah lebih dulu merasakan hantaman Lukas.
Bakk Bukk Bakk Bukk
Tinju, tendang, lutut, tampar. Serangan-serangan itu meluncur begitu saja. Tapi bukan tertuju pada Lukas, tapi berasal darinya.
Preman-preman berbadan besar itu tak lagi bisa melawan Lukas. Malu dengan kekalahan mereka, hanya lari satu-satunya jalan keluar yang mereka punya.
8 orang preman berwajah sangar, berbadan besar dan kekar itu lari terbirit-birit setelah masing-masing sudah merasakan sedapnya hantaman tinju Lukas.
"Lukas! Kenapa kau ini?! Ada urusan apa kau dengan mereka?!" teriak Pak Yunus yang melihat orang-orang itu lari dari kejauhan.
Pak Yunus segera berlari mendekat ke arah Lukas. Khawatir akan keadaannya setelah terlibat pengeroyokan oleh preman-preman itu.
"Kau tidak apa-apa Lukas?! Siapa mereka? Berani sekali datang kemari," tanya Pak Yunus.
"Sudah Pak, kita ngomong di teras aja." Lukas mengajak Pak Yunus masuk ke teras rumahnya.
"Ada apa malam-malam gini datang ke rumah Pak?" tanya Lukas.
"Tak ada alasan penting, hanya kuingat kau kan sejak tadi siang belum makan, kupikir kubawakan saja masakan istriku kesini. Tapi saat aku datang, malah pemadangan itu yang kulihat. Ada apa sebenarnya? Siapa mereka itu?" Pak Yunus lagi-lagu bertanya dengan nada bicaranya yang khas Sumatera.
"Mereka orang-orang Mertuaku." Lukas menjawabnya dengan canggung lalu menunduk.
"Maksudmu Guntur?!" seru Pak Yunus terkejut.
"Ssstt. Pak, Nina sudah tidur. Ini juga sudh malam, nggak enak sama tetangga," tegur Lukas.
"Maaf, maksudmu Guntur? Pembunuh itu?"
"Iya, aku juga nggak tahu bagaimana mereka bisa tahu aku di sini." Lukas dan Pak Yunus tertunduk berpikir.
Sepertinya ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan dari orang lain. Dan tentang orang bernama Guntur itu, siapakah dia? Apa dia adalah mertua Lukas? Tapi kalau ia benar adalah mertuanya, kenapa dia menyerang Lukas?
"Lukas, menurutku kau tetap tak boleh bongkar identitasmu. Kau harus tetap mengaku sebagai Lukas. Dan aku berharap, ini adalah terakhir kali kau tunjukkan kalau kau bisa berkelahi, atau mereka akan yakin kalau kau ada Ba..."
"Sssttt, Pak! Nanti ada yang dengar!" tegur Lukas saat Pak Yunus hendak menyebutkan sebuah nama.
Mendengar teguran Lukas, Pak Yunus langsung menutup mulutnya. Sepertinya rahasi yang mereka sembunyikan adalah hal yang sangat penting.
"Bapak tenang aja Pak. Aku bakal tetap jadi Lukas."
"Ya sudah, ini makanan untuk kau. Makanlah. Aku pulang dulu. Kalau ada orang yang datang lagi kemari, panggil saja aku. Jangan kau hadapi mereka sendiri," ucap Pak Yunus mengingatkan Lukas lagi.
"Siap Pak." Lukas mengantar Pak Yunus keluar dari halaman rumahnya.
Pak Yunus pergi, menyusuri jalanan kampung yang sudah sepi. Lukas menunggu di luar sampai Pak Yunus berbelok ke jalan yang lain.
Setelah tubuh kurus Pak Yunus sudah tak lagi terlihat, Lukas berbalik badan.
Degg
Shinta, guru itu sudah berdiri di depannya dengan tatapan penuh tanda tanya. Ada berbagai pertanyaan yang membuatnya penasaran. Tapi demi membuat Lukas tak curiga padanya, dipasangnya senyuman ramah pada pria itu.
"Mau apa lagi Anda kemari?" tanya Lukas salah tingkah. Ia sangat khawatir kalau saja perempuan itu melihat dan mendengar semua perkelahiannya dengan preman-preman itu dan percakapannya dengan Pak Yunus.
"Malam Pak Lukas. Saya kesini cuma mau mengembalikan jepit rambutnya Nina tadi dititipkan pada saya." Shinta memberikan jepit rambut yang ia maksud pada Lukas.
"Oke, terima kasih. Selamat malam." Lukas mengambil jepit itu dan dengan wajah datar, ia meninggalkan perempuan itu, masuk ke halaman, dan menutup pagar rumahnya.
"Pak, tunggu dulu. Itu pipi Bapak memar, kenapa?" tanya Shinta.
Lukas terdiam. Ia tak mungkin mengatakan kalau ia habis berkelahi dengan preman-preman itu. Karena ia tak ingin perempuan yang banyak tanya ini akan bertanya lebih jauh tentang yang terjadi.
"Nggak apa-apa. Habis jatuh ngehantam meja. Terima kasih ya Bu. Sudah malam, Ibu pulang saja." Lukas mengunci pagar rumahnya sambip menyuruh Shinta pergi sacar halus.
"Baik Pak, selamat malam." "Iya, malam."
Shinta sudah berbalik badan. Begitu pula dengan Lukas, yang sudah berjalan menuju pintu depan rumahnya. Beberapa langkah saja, Lukas sudah sampai di dalam rumah dan hendak menutup pintu rumahnya. Tapi tepat sebelum Lukas menutup pintunya, guru itu memanggilnya lagi.
"Pak Lukas, tunggu dulu!" teriak perempuan itu.
Dengan sangat terpaksa, Lukas kembali ke luar, mendekat ke pagar untuk mendengarkan guru itu.
"Ada apa lagi Bu Guru?" tanya Lukas dengan nada ramah tapi pura-pura.
"Pak ada hal yang ingin saya tanyakan. Semoga pertanyaan saya tidak menyinggung Bapak." Shinta terlihat canggung saat hendak menyampaikan pertanyaannya itu.
"Pertanyaan apa? Langsung saja, saya mau istirahat," jawab Lukas malas.
"Saya mau tanya, apa hubungannya Bapak dengan orang yang bernama Bara Mahardika?"
Suasana lengang. Lukas tersentak dan diam bagai sebuah patung.
"Dari mana Anda tahu nama itu?" tanya Lukas tak ingin menjawab pertanyaan perempuan itu.
"Tadi di kantor polisi, Bapak terdiam saat ada yang memanggil nama itu. Dan tadi saya sempat mendengar percakapan Bapak dengan Pak Yunus. Jadi saya mau tahu, siapa itu Bara..."
"Saya tidak tahu." Lukas memotong ucapan guru itu.
"Tapi Pak,"
"Saya tidak tahu, dan saya tidak kenal orang yang bernama siapa tadi. Siapapun itu. Anda sudah dapatkan jawabannya, sekarang silahkan Anda pergi. Terima kasih udah peduli dengan anak saya. Selamat malam." Lagi-lagi Lukas memotong ucapan Shinta, dan langsung berjalan cepat masuk ke rumahnya dan menutup pintu.
Sedangkan guru itu masih berdiri di luar dengan satu pertanyaan, "Siapa sebenarnya laki-laki ini? Apa yang sedang ia sembunyikan dari dunia?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Little Peony
Semangat selalu Thor ✨✨✨
2021-07-29
2
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
5 like hadir
2021-06-24
2
💞 Lily Biru 💞
maaf kak, ak kasih kritik ... kalau yg bicara misalnya Lukas dan ga ada narasi setelahnya atau dialog tag, lalu untuk dialog orang selanjutnya sebaiknya di pisah baris saja, supaya nanti yg baca tidak bingung. Jangan tersinggung ya kak, hehe, mksihh....
Semangat slalu KK -,-
2021-05-02
2