Kini Onya duduk ditengah-tengah dua Eisten. Tadinya dia ingin bersebelahan dengan Alka, namun Franky malah membawanya di samping pria itu. Bahkan dia duduk bersebelahan dengan Frans, yang artinya, Onya berada ditengah-tengah tempat duduknya Franky dan Frans.
Awalnya Alka merasa tersinggung. Namun dia mengalah karena tidak ingin membuat keributan di sana. Mau tidak mau, Alka memilih tempat yang berhadapan dengan Onya.
"Setelah ini, kalian tidak punya kegiatan lain kan?" tanya Franky, pria itu menatap Onya dan Alka secara bergantian dengan ekspresi datarnya.
"Punya, kak--" ucap Onya tertahan ketika dicela oleh Frans.
"Setelah ini kamu ikut dengan kita" ucap Frans.
Mendengar ucapan Frans membuat Alka berdehem. "Ada apa?" tanya Frans.
"Sebaiknya saya yang mengantar Onya kembali ke rumahnya. Saya bertanggungjawab padanya karena telah mengajaknya keluar" jawab Alka dengan tenang.
"Tidak apa-apa. Ohiya, siapa namamu?" tanya Franky.
"Alka"
"Alka, saya ini kakaknya Onya. Jadi saya akan membawanya pulang" ucap Franky dengan tegas seakan tidak ingin dibantah.
"Kakak" ucap Onya sembari merengek pada Franky.
"Selesaikan makan kalian. Setelah itu, Onya, kau pulang dengan kakak. Tidak ada bantahan" ucap Franky membuat kening Onya berkerut. Dia mendongakkan kepalanya untuk menatap sang kekasih. Dia memberi kode dengan gerakan bibirnya 'maaf'. Sementara Alka hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
Alka tidak bisa melawan jika Onya saja tidak bisa melawan. Walau sudah menjalin hubungan beberapa hari, namun dia belum tahu jika sang kekasih tidak memiliki saudara kandung. Alka mengenal Frans, namun tidak mengenal Franky. Karena itu, dia mengira jika ucapan Franky itu benar adanya.
Selesai makan, Franky membawa Onya masuk kedalam mobilnya Frans. Ketiga orang itu langsung berlalu meninggalkan Alka seorang diri di sana.
Dalam perjalanan, Onya terus mendengus kesal. Dia melipat kedua tangannya pada dada. Dan menatap sinis pada kakak beradik itu. Tidak sengaja dia menatap spion depan, seketika dia terkejut karena Franky terus memperhatikannya.
"Ada apa, Onya?" tanya Franky membuat Onya salah tingkah. Gadis itu langsung bersikap kaku ketika Franky membalikan tubuhnya kebelakang untuk menatapnya.
"Tidak, kak. Kita mau kemana?" tanya Onya.
"Ke rumahmu" bukannya Franky yang menjawab, malah Frans yang menjawabnya dengan ketus. "Kau tahu, kak, perempuan ini sudah sangat nakal. Dia tidak pulang semalaman hanya karena pria tadi" ucap Frans membuat Franky kembali menatap Onya dengan tajam.
"Onya?" seolah-olah panggilan itu sedang meminta jawaban.
"Hei, kau tidur dengan perempuan KW-mu saja aku tidak mengaduhkan-mu. Kenapa kau malah ikut campur dengan urusanku?" ucap Onya dengan volume tinggi. Gadis itu tidak terima terus diolok-olok oleh pria itu. Dia berusaha membela diri dengan ikut menyudutkan Frans.
"Tapi memang benar kan, kau sudah jadi gadis liar. Biar aku adukan kelakuanmu pada ibumu biar tahu rasa" ucap Frans tak kalah emosi.
"Diam kalian berdua" bentak Franky pada kedua orang itu. "Kau, Frans, fokuslah menyetir. Biar kita selesaikan masalah ini di rumahnya Onya" sambungnya dengan tegas.
"Lihat saja nanti" gumam Frans dengan sinis. Pria itu tidak peduli dengan hukuman yang akan diberikan oleh Nyonya Wiranta pada gadis itu.
Hingga tibalah mereka di kediaman Wiranta. Dengan kesal Onya keluar dari mobil itu, kemudian bergegas masuk kedalam rumahnya. Gadis itu tidak tahu jika kedua orangtuanya sudah siap sedia di sana. Tuan dan Nyonya Wiranta sengaja mengosongkan kesibukan mereka hari ini. Hanya karena Onya yang tak kunjung pulang membuat mereka khawatir dengan keberadaan anak itu.
Melihat Nona mereka telah kembali, salah seorang pelayan langsung melapor pada Nyonya Wiranta. Tidak lupa membawa sebuah rotan yang telah dia siapkan. Bahkan Tuan Wiranta tidak bisa menghalangi niat istrinya yang akan menghukum sang anak dengan cara itu.
Onya melangkahkan kakinya kedalam rumah. Diikuti oleh Frans dan Franky dari belakangnya. Seketika tubuh Onya remuk ketika melihat sang ibu sudah berdiri didepan tangga dengan sebuah rotan mentah. Hanya dengan melihat tangan wanita itu yang terus menggoyangkan rotan-nya membuat tubuh Onya gemetar.
"Darimana kamu?" tanya Nyonya Wiranta.
"Mama..." lirihnya. Namun melihat ayahnya yang baru saja menuruni tangga membuat Onya sedikit lega.
"Kau tidak dengar pertanyaan ku, hah?" bentak Nyonya Wiranta. Suaranya menggema di rumah itu.
"Aku dari rumah teman, ma" jawabnya dengan takut-takut. "Papa..." panggilnya dengan harapan pria itu dapat menolongnya. Sayangnya pria itu menggeleng kepalanya. Tanda dia tidak ingin ikut campur.
"Tante, kita bicarakan baik-baik" Franky mengangkat suaranya. Pria itu merasa tidak tega jika adik kecilnya itu dihukum dengan cara yang kasar. Apalagi gadis itu sudah dewasa, maka akan sangat menggelikan jika dihukum seperti itu.
"Frans, Franky, kalian yang membawanya kembali?" tanya Nyonya Wiranta.
"Iya, Tan. Ayo kita bicarakan baik-baik" ucap Franky lagi. Pria itu memegang kedua bahu Onya, kemudian menggiringnya duduk di ruang tamu.
Sementara Nyonya Wiranta hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Selamat kamu kali ini. Tidak-tidak, dia harus dihukum agar tidak mengulangi kesalahan fatal ini lagi.
"Dimana kalian menemuinya?" tanya Nyonya Wiranta. Yang lain sudah mengambil tempat duduk, namun wanita itu masih saja berdiri. Dia merasa tidak tenang, sekaligus tidak puas jika anak gadisnya tidak segera dihukum. Hanya karena Franky mengambil sikap membuat Nyonya Wiranta sedikit luluh.
Mendengar pertanyaan Nyonya Wiranta, Franky langsung menceritakan pertemuan mereka tadi. Namun Nyonya Wiranta merasa tidak puas. Karena cerita pria itu tidak menjawab semua pertanyaan dibenaknya. Hanya gadis itu yang tahu keberadaannya selama ini.
"Onya, kamu darimana, hm? Apa yang kau lakukan dengan pria itu? Apa semalaman kau tidur dengannya, hm?" cukup sabar Nyonya Wiranta bertanya dengan nada yang dipaksakan halus.
"Aku hanya menginap di rumah temanku. Dan sesekali bermain di rumahnya" Onya hanya menjawabnya dengan singkat. Dia ragu, dan takut menceritakan sedetil mungkin. Itu akan membuat ibunya marah besar. Dia tidak tahu jika Frans sedang mengolok-oloknya dalam hati. Pria itu ingin mengatakan tentang pesan yang dikirim Onya padanya. Tentang keperawanan gadis itu. Namun dia memilih diam, dan tak membahasnya.
"Kamu menginap di rumah teman cewek apa cowok?" tanya ibunya lagi.
"Cewek, ma" dusta gadis itu. Dia menjawab sambil menundukkan kepalanya. Enggan menatap mereka yang ada di sana.
"Benar begitu?" tanya ibunya sekali lagi. Wanita itu masih tidak percaya dengan ucapan anaknya. "Angkat wajahmu, baru dijawab".
Onya langsung mengangkat kepalanya. Dia menatap sang ibu dan menjawab "Iya". Terlihat dari garis wajahnya, gadis itu terlihat ragu ketika menjawab pertanyaan ibunya. Dan Nyonya Wiranta mengetahui kebohongan sang anak. Itu membuatnya tertawa hingga mereka yang ada di sana menatap Nyonya Wiranta dengan bingung.
"Kamu pikir aku bodoh, Onya? Mama tanya sekali lagi, kamu menginap di rumah cowok itu atau di teman cewek-mu? Kalau benar teman cewek, hubungi dia sekarang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sondang Sartika Lumbanraja
emak nya yg rada aneh,tidak urus gitu anak di urus orang dia heboh sendiri
2022-01-13
0
Tini Nara
wuiiiiiiihhhh.. mamah Onya galak banget yak😰😰
2021-10-02
0
Nira Yudhistira
ibunya ya hmmm otoriter 😤,, selalu sibuk, anak dijagain org lain, tp suka main hukum 😩
2021-04-25
9