Sebuah Honda Shadow berkilat hitam tengah melaju kencang. Sesekali pengendaranya tertawa sembari mengecup sebuah tangan. Dan pemilik tangan kembali mengencangkan pelukannya pada pinggang pria itu. Sementara hidungnya terus menempel pada bahu prianya.
Hingga tibalah di suatu tempat yang tenang, dan sepi pengunjung. Hanya mereka berdua yang mengisi kesunyian itu. Ketika kakinya mendarat diatas tanah, dia langsung berlari untuk menginjakkan kakinya diatas pasir. Gadis itu berlari ke sana kemari sembari menghirup udara sore itu. Kedua matanya dia pejamkan. Tangannya direntangkan. Dan dia berputar-putar sambil menikmati suasana tentram saat itu.
Sementara seorang pria yang datang bersamanya tengah menyiapkan beberapa peralatan di atas pasir. Mulai dari Easel untuk menegakkan kanvas polos yang belum tersentuh sama sekali. Sedangkan beberapa bahan melukis lainnya dia biarkan pada tempatnya. Pria itu berniat untuk mendekati sang kekasih.
Alka berlari menghampiri Onya yang terus berputar. Karena takut gadis itu akan jatuh karena pusing, Alka langsung mengangkat tubuh mungil itu keatas menggunakan kedua tangannya. Itu membuat Onya terpekik kaget. Gadis itu berteriak ketika Alka mengangkat kemudian melempar tubuhnya ke udara.
Memang tubuh Onya lumayan berisi. Namun tubuh kekar Alka bisa menyeimbangi kekuatan dan beban yang diangkat. Jadi tubuh Onya dianggap seperti karung yang mudah untuk diangkat dan dilempar ke atas udara.
"Alka, apa yang kau lakukan?" Onya berteriak sembari tertawa karena kegelian. Hingga akhirnya Alka menyerah. Pria itu kembali menurunkan Onya, kemudian menarik gadis itu menuju sebuah Easel yang telah berdiri kokoh.
Kini Alka membantu Onya dengan mengisi tinta pada sebuah palet. Sementara Onya tengah menatap lurus kearah pantai. Matahari di sore itu bersinar terang. Ombak yang terus berguling, menyapu pesisir pantai. Suaranya diiringi dengan burung-burung di udara. Semuanya membuat gadis itu merasa damai dan tenang.
"Aku bebas" lirihnya sambil tersenyum.
Tiba-tiba Alka mengagetkan Onya dari lamunannya. Onya melihat sebuah benda yang tengah dipegang sang kekasih. Gadis itu tersenyum sembari menerima benda itu.
"Terimakasih" ucap Onya.
"Tentu. Tapi bukan ucapan yang ingin aku terima, Onya" ucap Alka membuat bingung. Gadis itu menatap kekasihnya dengan tanda tanya.
"Tindakan lebih bermanfaat dari kata-kata", ucap Alka membuat Onya tersenyum. Tanpa aba-aba gadis itu mendaratkan sebuah ciuman singkat pada pipi sang kekasih.
"Kau ingin melukis apa?" tanya Alka kemudian.
"Sesuatu" jawab gadis itu dengan singkat.
Dengan lihai gadis itu menggunakan dua kuas sekaligus. Onya memiliki kemampuan pada kedua tangannya. Baik tangan kanan maupun kiri, keduanya mampu untuk bekerjasama.
Dipertengahan gadis itu mencampuri beberapa tinta hingga menjadi warna keemasan. Dua kuas berbahan bulu mulai menyentuh warna keemasan itu dari palet. Sepasang tangan menggerakan kedua kuas pada kanvas begitu cepat, namun begitu teliti hingga membentuk gambar tiga dimensi.
Kini matahari mulai menenggelamkan diri hingga menampakan sunset yang luar biasa indah. Kecantikan sang gadis dan keindahan sunset kala itu langsung diabadikan oleh Alka menggunakan sebuah kamera.
Pria itu terus sibuk dengan memotret. Dia tidak berniat untuk melihat lukisan sang kekasih sebelum usai. Karena ini menjadi pertama bagi keduanya. Untuk memuji dan menerima pujian. Dimana Alka berniat memuji hasil karya sang kekasih, sementara Onya mengharapkan pujian pada dirinya.
Satu sentakan terakhir, Onya melebarkan ulasan kuas kearah timur pada kanvas. Hingga terciptalah hasil yang sempurna. Gadis itu merasa puas dengan lukisannya. Dia bergegas untuk berdiri, kemudian berjalan menghampiri sang kekasih yang sibuk dengan kameranya.
Alka duduk diatas pasir tanpa alas. Pria itu terlihat sedang menggeser beberapa kali pada layar sentuh kameranya. Dia masih belum sadar jika seorang gadis, lebih tepatnya sang kekasih sudah ikut duduk di sampingnya. Ketika bahunya merasakan benda berat jatuh diatasnya, pria itu langsung menoleh.
"Kau sudah selesai, sayang?" tanya Alka dengan lembut. Sementara yang ditanya hanya mengangguk pelan. "Aku penasaran. Ayo..." ajak Alka.
Kurang beberapa langkah lagi, Alka akan melihat lukisan itu. Namun Onya lebih dulu mencegahnya.
"Kau tunggu disitu" ucap Onya. Gadis itu mengangkat lukisannya dengan hati-hati. Kemudian dirinya berjalan sembari menutup gambar lukisannya menggunakan tubuhnya. Karena lukisan itu membelakangi Alka, jadi pria itu tak bisa melihatnya.
Perlahan Onya memutar balik lukisannya dan memperlihatkan hasil karyanya itu pada sang kekasih. Tentu Alka berbinar melihatnya.
"Kau hebat. Kau bertalenta, bisa membuat gambar tiga dimensi seperti ini" puji Alka.
"Tentu" balas Onya dengan percaya diri.
...*...
Dilain tempat, seorang pria tengah mengendarai mobilnya ke suatu tempat.
Mobilnya mulai memasuki sebuah gerbang besar. Dari dalam sana terdapat sebuah rumah besar dengan halaman yang sangat luas.
Usai memarkirkan mobilnya, pria itu langsung menginjakkan kakinya pada jalan setapak, kemudian melangkah masuk kedalam rumah besar itu.
Di sana dia disambut oleh beberapa pelayan. Namun fokusnya saat ini adalah mereka yang mengajaknya ketempat itu. Pria itu mengembangkan senyumannya ketika melihat seorang pria yang lebih dewasa darinya sedang menuruni tangga.
"Frans" sahut orang itu. Pria dewasa itu langsung menghampiri Frans yang ikut jalan mendekatinya.
"Kak Franky, what's up?" tanya Frans ketika pria dewasa itu memeluk sembari menepuk pundaknya. Pertanyaan sederhana mewakili pertemuan keduanya. Memang beberapa bulan belakangan keduanya jarang bertemu. Karena Franky yang sibuk dengan masalah perusahaan, sementara Frans sibuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Dan jika kalian bertanya tentang alasan Frans lebih memilih tinggal di apartemen ketimbang mansion, maka jawabannya sederhana. Dia ingin menjadi pribadi yang mandiri.
"Very well" jawab Franky. "And how about you?" tanya Franky kemudian.
"Lumayan. Papa sama Mama di mana?" tanya Frans.
"Mama sama papa ada di halaman belakang. Ayo kita ke sana" ajak Franky. Dan keduanya langsung bergegas ke halaman belakang.
Sesampainya dihalaman belakang, Frans bisa melihat ada tiga orang yang sedang mengobrol santai. Pria itu sudah mengetahui salah satu dari ketiga orang itu. Ada kedua orangtuanya, dan Nyonya Wiranta, yang tak lain adalah ibunya Onya.
"Frans, Franky, ayo" panggil Nyonya Eisten, ibu dari kedua pria tampan itu.
"Ada apa, ma, pa?" tanya Frans ketika posisinya sudah ikut duduk bersama mereka yang ada di sana.
"Ini loh, kalian masih ingatkan, tentang perjanjian keluarga Wiranta dan Eisten? Mama dan papa berharap diantara kalian tidak ada yang menolak" ucap Nyonya Eisten berbasa-basi. "Mama dan papa mau membicarakan hal ini kembali. Berhubung Tuan Wiranta tidak bisa hadir untuk membahas masalah ini, jadi kalian masih punya kesempatan untuk menentukan keputusan yang tepat" sambungnya.
"Langsung saja pada intinya, ma" ujar Franky.
"Tapi mama mau tanya, kalian masih ingat tidak?" tanya Nyonya Eisten memastikan.
"Tentu saja" jawab Frans dan Franky serempak.
"Tapi, kenapa Onya tidak diajak?" tanya Franky sembari memberi kode pada sang adik. Namun Frans malah menjawab dengan mengangkat kedua bahunya, tanda dia tidak tahu. "Apa Onya belum tahu tentang hal ini?" tanya Frans lagi dan tatapannya kini beralih pada sang ibu.
"Itu urusan Nyonya Wiranta. Benarkan?" tanya Nyonya Eisten pada Nyonya Wiranta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nurdihana
kalo frans dijodohkan sama onya, kasian onya cuma dapat sisa
2022-01-14
2
Reecka Chaniago
perjodohankah
2022-01-05
1