Onya menemukan dua buku yang dicari-carinya. Dengan penuh semangat dengan niat membaca, gadis itu mencari tempat duduk ternyaman disekitar sana.
Selembar demi selembar kertas telah Onya lewati. Cukup serius gadis itu membaca hingga tak sadar dengan sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Tadi Onya merasa terganggu dengan pesan masuk dari Mena. Setelah membalas pesan Mena, Onya langsung menyeting pengaturan ponselnya agar tidak berdering ketika mendapatkan sebuah notifikasi.
Beberapa waktu terlewati hanya untuk membaca buku. Gadis itu tak sadar jika dia melewati banyak waktu. Kira-kira jam tiga sore, namun Onya masih sibuk membaca. Memang buku yang dia baca sangatlah tebal, dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena itulah Onya harus membaca berkali-kali agar memahami dengan benar isi buku tersebut.
Tiba-tiba dua pasang tangan mendarat disebuah meja, dimana Onya menggunakan benda itu untuk meletakan buku-bukunya. Samar-samar Onya bisa melihat pergerakan tangan indah itu. Hanya saja dia terlalu konsen pada bukunya, jadi dia tidak peduli dengan pemilik tangan itu. Namun, ketika tangan itu mendekat kearah wajahnya seraya melambai-lambai, konsentrasi Onya kembali hilang.
"What's wrong with you?" (Ada apa dengan kalian?) Mengingat situasi tenang di perpustakaan, Onya melayangkan pertanyaan itu dengan setengah berbisik, namun dari raut wajahnya menunjukkan kekesalannya.
"Maaf" ucap kedua orang itu dengan setengah berbisik.
Inilah Onya. Jika diganggu akan merusak konsentrasinya. Mau tidak mau, Onya terpaksa berhenti dari kegiatan membacanya.
Sementara kedua orang itu sudah duduk berhadapan dengan Onya. Tidak lupa dengan sebuah benda dari masing-masing tangan mereka. Niatnya ingin membaca, ternyata bertemu dengan gadis itu.
"Tidak lanjut?" Tanya salah satunya pada Onya.
"Apanya?" Tanya Onya dengan bingung.
"Baca bukunya" jawab mereka bersamaan.
"Tidak lagi" Onya menjawab seraya mengedikkan bahunya.
"Malam ini ada pesta di rumah Lusi. Apa kau mau ikut?"
Mereka adalah Mena dan Olin. Merasa punya kesempatan untuk semakin dekat dengan gadis itu, tak segan mereka langsung mengajaknya ke pesta yang dirayakan sahabat mereka, yang tak lain adalah Lusi.
Inilah kebiasaan pemuda-pemudi di Negara Barat. Mereka suka merayakan pesta di rumah mereka ketika memiliki waktu senggang. Karena kedua orangtua Lusi sedang mengurus beberapa hal penting di luar negeri, jadi dia menggunakan kesempatan itu untuk berpesta di rumahnya.
Sedangkan Onya tengah mempertimbangkan ajakan Mena dan Olin. Berhubung malam ini dia tidak memiliki rencana lain, pasti akan merasa bosan jika hanya berada di rumah. Bahkan Frans pun tak mengajaknya keluar. Untuk merayakan pesta di rumah Lusi pun, pria itu tak mengajaknya.
"Bagaimana, Onya?" Tanya Mena karena Onya tak kunjung menjawab pertanyaan mereka. Seketika gadis itu tersadar dari lamunannya kemudian menganggukkan kepalanya.
"Jadi?" Olin memastikan lagi.
"Tentu saja. Tapi... aku tidak tahu harus berpakaian seperti apa, karena tidak tahu jenis pesta yang kalian sebutkan" ucap Onya. Karena tak pernah sekalipun gadis itu mengikuti pesta yang diadakan oleh teman-temannya. Memang kolot, mengingat gadis itu sangat dibatasi kebebasannya.
"Seperti biasa, seperti penampilan mu saat ini. Karena pesta yang kita maksud itu sejenis party, you know?" Mena menjawab dan dibenarkan oleh Olin dengan menganggukkan kepalanya.
"Okay..." Jawab Onya. Gadis itu mulai merapikan barang-barangnya kedalam tas. Tak lupa mengecek waktu pada ponselnya. Gadis itu langsung menepuk jidat-nya karena mengetahui waktu yang dihabiskan telah melewati jam kuliah Frans. Ketika membuka kunci layar, ternyata beberapa pesan, bahkan panggilan telpon dari Frans telah diabaikan beberapa waktu lalu.
Kau dimana?
Aku sudah selesai kelas. Ayo pulang!
Apa kelas-mu belum selesai?
Dan masih banyak lagi pesan yang pria itu kirim. Namun pesan yang paling akhir membuat Onya lega. Sahabat prianya itu ternyata masih menunggunya.
Aku menunggumu. Aku sedang menemani Lusi di kantin utama kampus. Kalau sudah selesai, datanglah kesini.
Tak lupa Onya membalas pesan pria itu.
Aku sudah selesai. Tunggu, aku akan kesana.
Setelah itu, Onya langsung berpamitan pada Mena dan Olin. Dia bergegas menuju tempat dimana Frans berada saat ini.
Sesampainya di kantin utama kampus, mata Onya terus berkeliaran mencari-cari. Dan di sana, mata cantiknya menangkap sosok yang dicarinya. Dengan lekas, Onya menghampiri Frans yang tengah menggenggam tangan sang kekasih dengan mesra.
"Frans! Halo Lusi" sapa Onya.
"Halo Onya" Lusi menjawabnya seraya tersenyum tipis.
"Mau langsung pulang?" Tanya Frans pada Onya. Dan gadis itu menganggukkan kepalanya. "Aku dan Onya balik duluan ya, Lusi?" Ucap Frans.
"Baiklah. Oh iya Frans, jangan lupa nanti malam" ucap Lusi, mengingatkan ajakannya pada pria itu.
"Tentu. Aku pergi dulu, bye!" Ucap Frans berpamitan. Pria itu bergegas menuju parkiran dan diikuti oleh Onya dari belakang.
Dalam perjalanan pulang, Onya kembali mengecek ponselnya. Dia baru ingat jika dia memiliki pesan dari nomor yang tak dikenal. Ingin bertanya pada Frans, namun diurungkan. Bisa-bisa pria itu langsung menghapusnya. Tidak tahu saja betapa penasarannya Onya sekarang ini.
Hai Onya!
Pesan itu sangatlah singkat. Tak lupa panggilan tak terjawab dari nomor itu. Ingin membalas, namun terlalu gengsi. Karena itu, Onya kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.
Lama-kelamaan Onya menjadi bete. Dia kembali mengingat ajakan Lusi pada Frans. Semakin bete karena pria itu tak berniat mengajaknya sama sekali. Memang dia tahu itu sangatlah mustahil. Tak pernah sekalipun Frans mengajak gadis itu ketika bersama Lusi. Walaupun kemarin di pantai adalah ketidaksengajaan. Onya tak sengaja membaca pesan Lusi yang mengajak Frans ke pantai. Karena itulah, Onya merengek habis-habisan untuk ikut.
"Frans, tadi Lusi ajak kemana nanti malam?" Onya memecah keheningan diantara keduanya.
"Entah" Frans menjawabnya dengan acuh.
"Misalnya aku ikut, gimana?" Pertanyaan Onya membuat Frans menatapnya dengan mata menyipit.
Melihat tatapan pria itu membuat Onya mengerucutkan bibirnya. "Aku kan sedang bertanya, bego" umpat Onya.
"Hanya orang tertentu saja yang bisa ikut. Kamu masih kecil" jawabnya enteng membuat Onya terkekeh sembari menatap pria itu dengan sinis.
"Lihat saja nanti" gumam Onya, namun masih terdengar oleh kuping pria itu.
"Kalau mau dikurung ya, silahkan" jawaban Frans semakin membuat Onya kesal.
"Tak takut lagi. Aku akan melaporkan kamu pada mama dan papa sebentar malam, camkan itu!" ancam Onya. Entahlah, dia serius atau tidak dengan ucapannya. Namun dia ingin segera bebas, dan berbuat sesukanya. Cukuplah sudah dia di kekang oleh pria yang tak jelas statusnya itu. Onya sudah dewasa, dan pantas mengambil keputusan sendiri.
Sementara Frans seakan tak peduli dengan ancaman Onya. Seolah malas berdebat, pria itu memilih untuk tak membalas ucapan Onya.
Hingga akhirnya mobil yang dikendarai Frans memasuki gerbang sebuah rumah. Sebelum masuk kedalam rumahnya, Onya tak lupa berpamitan kepada pria itu sembari mengejeknya.
"Sampai jumpa nanti malam, Frans" ucap Onya dan dengan gerakan cepat membuka pintu mobil. Secepat kilat dia berlari masuk kedalam rumahnya karena tak ingin mendengar respon Frans. Karena Onya tak ingin dipengaruhi lagi. Jika saja Frans mengancamnya lagi, mungkin rencana Onya untuk melapor pada kedua orangtua dan pergi ke pesta malam ini akan gagal.
Onya tak tahu jika Frans memang tak berniat menanggapinya. Pria itu hanya menggeleng kepalanya karena melihat tingkah sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Reecka Chaniago
menarik
2022-01-05
0