Bukan diskusi biasa yang mereka sedang bahas. Terlihat dari ekspresi wajah mereka yang terkesan serius membahas sekaligus bernegosiasi.
"Tante jamin, di antara kalian yang mau menerima kesempatan ini akan mendapat keuntungan. Kalau tidak ya, kalian tahu sendiri kan, kalau hanya ada satu diantara kalian yang bisa mendapatkan warisan utama keluarga Eisten?" ujar Nyonya Wiranta diakhir bahasan perjanjian kedua keluarga. Ucapan wanita itu dibenarkan oleh Nyonya Eisten.
Sementara Frans dan Franky hanya bisa manggut-manggut mendengarnya.
Sebenarnya Franky menuruti keinginan orangtuanya sebagai kewajiban. Beda dengan Frans, pria itu punya maksud tersendiri.
"Papa ingin menambahkan sesuatu?" tanya Nyonya Eisten pada suaminya. Karena sedari tadi pria itu hanya menjadi pendengar.
"Intinya, kalian jangan menjalaninya karena terpaksa. Karena ini berkaitan dengan hubungan keluarga besar. Jika kalian membuat kesalahan, bukan keuntungan yang kita sekeluarga dapatkan, tapi kerugian. Mungkin akan ada permusuhan, atau dendam yang muncul. Jadi papa hanya sarankan agar kalian bisa menjalani dengan tulus dan ikhlas" ucap Tuan Eisten yang berniat menasihati kedua anak laki-lakinya itu.
Kini diskusi yang membuat mereka terlihat canggung telah usai. Alih-alih membahas perjanjian kedua keluarga, kini mereka membahas keseharian mereka.
"Bagaimana kabarmu, Franky? Bagaimana dengan perusahaan papamu yang sedang kamu tangani?" tanya Nyonya Wiranta membuka obrolan baru dengan kedua anak laki-laki sahabatnya itu.
"Lumayan, Tan. Semuanya terkendali" ucap Franky.
"Hebat kamu, Franky" sahut Nyonya Wiranta sembari mengangkat jempol tangannya.
"Dan... bagaimana denganmu, Frans? Bagaimana kabar Onya hari ini?" kini wanita itu beralih pada Frans. Orang yang dia percayai untuk menjaga anak perempuannya. Sibuk sebagai wanita karir membuat waktunya terkuras tanpa mengetahui kabar anak gadisnya itu.
"Fisiknya selalu baik, Tan. Tapi belakangan ini dia sedikit nakal" dengan tenang pria itu mengadu. Sementara Nyonya Wiranta malah menatapnya dengan penuh pertanyaan. Wanita itu terlihat ingin mengetahui jelas tentang kenakalan anaknya yang dimaksud pria itu.
"Kemarin-kemarin dia berulah di pantai. Dia buka pakaiannya didepan umum. Bahkan sudah mulai menghindari aku, Tan. Sepertinya dia sudah menemukan pria lain" ucap Frans membuat Nyonya Wiranta terkejut.
"Membuka pakaian didepan umum bagaimananya?" tanya Nyonya Wiranta. Dan dengan tenang Frans menceritakan kejadian di pantai kala itu.
"Anak itu" geram Nyonya Wiranta ketika mendengar cerita dari Frans. Dia tidak mempermasalahkan anak perempuannya yang berusaha menjauhi Frans. Apalagi berhubungan dengan pria lain, itu tidak menjadi masalah baginya. Namun tingkah anaknya yang diceritakan Frans itu membuatnya benar-benar marah besar.
Caranya itu akan membuat Frans dan Franky menilai buruk tentangnya. Batin Nyonya Wiranta. Yang dia takutkan adalah penilaian kedua pria itu pada anaknya. Yang mungkin akan berdampak pada perjanjian kedua keluarga.
...*...
Malam gelap gulita telah menguasai sebagian bumi. Seisi Kota sudah diterangi oleh lampu warna-warni. Dan kendaraan yang berlalu lalang membuat malam tidak menjadi kesepian.
Kini Onya dan Alka tengah menyusuri Kota dengan menggunakan motor. Mereka terlihat sangat bahagia dengan canda tawa. Seakan tak peduli dengan kendaraan lain disekitar mereka, sepasang kekasih itu terus bercanda sembari tertawa.
"Aku bahagia" ucap Onya sembari tersenyum senang.
Ini kebebasan pertama yang membuatku bahagia batinnya.
"Kau ingin langsung kembali ke rumah?" tanya Alka setengah berteriak. Karena lajunya motor membuat suaranya kurang terdengar.
"Tidak. Aku ingin bersamamu lagi malam ini" ucap Onya.
"Kalau begitu kita ke apartemen-ku saja malam ini. Bagaimana?" ajak pria itu.
"Okay, Let's go" seru Onya.
...*...
Dilain tempat, Nyonya Wiranta bersama Frans berdua di satu mobil yang sama. Frans mengendari mobilnya yang berniat mengantar wanita itu ke rumahnya.
Sesampainya di sana, Frans langsung berpamitan pulang. Dia tidak ingin menyaksikan sahabatnya itu kena marah.
Dalam perjalanan Frans membayangkan Nyonya Wiranta memberi hukuman pada Onya. Dia menjadi ngeri mengingat masa kecil mereka, Nyonya Wiranta tidak segan memukul gadis itu dengan rotan atau dengan tali pinggang. Untung masa itu Tuan Wiranta sangat tegas untuk mengendalikan amarah Nyonya Wiranta. Kalau tidak, mungkin gadis itu akan babak belur hingga terurus di rumah sakit.
Apa aku salah?
Ahhh aku seharusnya tidak memberitahu tentang itu. Mungkin Onya akan dihajar habis-habisan kalau Tuan Wiranta tidak ada di sana. Batinnya meronta-ronta. Dia menyesal telah membuat Nyonya Wiranta marah besar. Walau sudah lama dia tidak melihat Nyonya Wiranta menghukum Onya, namun rasa khawatir kini mewakili perasaannya.
Sesampainya di apartemen tidak membuat Frans tenang. Pria itu meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Onya.
Kepada Onya:
Apa kau baik-baik saja?
Pesan itu terkirim tepat dimana Onya sedang berdua dengan Alka. Entah apa yang dilakukan oleh sepasang kekasih itu hingga Onya menjadi terganggu hanya karena sebuah pesan masuk.
Kepada Frans:
Sangat tidak baik.
Jawaban Onya membuat Frans terpaku. Pria itu langsung memencet telpon panggilan pada Onya. Dengan harapan gadis itu mengangkatnya agar dia bisa menolong, namun gadis itu tak kunjung mengangkat panggilannya. Itu membuat Frans menjadi cemas dan khawatir.
Dengan cepat Frans meraih jaket dan kunci mobilnya. Dia berniat kembali ke rumah gadis itu. Namun didepan pintu apartemennya, seseorang langsung mengagetkannya.
"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Lusi ketika bertepatan dengan Frans yang akan keluar.
"Mau keluar. Kamu ngapain ke sini?" tanya Frans terlihat buru-buru.
"Hanya ingin berkunjung. Memangnya kamu mau kemana?" tanya Lusi lagi.
"Aku buru-buru, jadi aku pergi dulu" ucap Frans langsung meninggalkan wanita itu ditempatnya. Dia bahkan tak menghiraukan panggilan kekasihnya itu.
"Frans... Frans, tunggu aku" seru Lusi terus mengejar kekasihnya. Bahkan dia rela menuruni tangga darurat karena lift yang digunakan Frans lebih dulu tertutup ketika dia belum sempat masuk.
Sayangnya ketika sampai dilantai paling dasar, mobil pria itu sudah hilang dari tempat parkiran.
"Frans!" geramnya. Namun dengan cepat wanita itu bergegas masuk kedalam mobilnya. Ketika keluar dari jalur utama, mobil Frans masih kelihatan. Kesempatan itu dipakai Lusi untuk mengikuti Frans.
Mengetahui tujuan Frans adalah rumah Onya membuat Lusi tersenyum miris. Ada rasa sakit hati hingga membuat pipinya dibanjiri cairan bening. Wanita itu merasa jika Onya lebih berharga di mata Frans, ketimbang dirinya.
"Sudah cukup, Frans. Aku tahu aku hanya pelampiasan-mu. Aku tahu kau hanya memanfaatkan aku sebagai pemuas nafsu-mu. Walau aku bukan wanita baik-baik, tapi aku masih punya perasaan" lirihnya. Dengan sekali gerakan dia membanting setirnya kearah berlawanan dengan mobil Frans. Wanita itu ingin menenangkan dirinya dengan caranya sendiri.
Jika hubungan mereka harus diakhiri hari itu juga, maka Lusi menerimanya dengan tegar. Wanita itu mengakhiri hubungan mereka secara sepihak hanya karena dirinya merasa tidak dihargai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Tini Nara
Onya nomor satu dihati Frans 🤗
2021-10-02
0
Nira Yudhistira
Frans g tegas deh sama perasaannya 😤
2021-04-25
2