Baru saja Erin dan Renz mau meninggalkan rumah sakit, wartawan sudah memenuhi halaman rumah sakit, keduanya masuk kembali dan kebingungan dengan yang trjadi.
"Apa-apaan ini, kenpa banyak wartawan di depan," kesal Renz.
Jojo berlari mendekati mereka.
"Ada apa kak?" Tanya Jojo.
"Di luar banyak wartawan, aku belum siap bertemumereka, lagipula untuk apa mereka datang kemari," kesal Renz.
Walaupun Jojo penyebap datangnya wartawan, tapi ia tidak tega juga pada sepupunya itu, Jojo melirik ke Shemee dan mereka membuat rencana.
Jojo membawa shemee keluar menutupi wajahnya jadi wartawan mengira Jojo melindungi Erin yang akan pergi wartawan dengan cepat menghampiri Jojo dan shemee, sementara Erin dan Renz pelan-pelan pergi menjauh, tapi tetap saja mereka ketahuan saat selendang yang mnutupi wajah Shemee di tarik, wartawan kecewa karna wanita itu bukan Erin, seseorang menyenggol Shemee dan hampir terjatuh beruntung Jojo sigap menangkapnya.
"Kau tdak apa?" Tanya Jojo.
"Ini semua karna kamu," kesal Shemee.
Dari kejauhan seorang wartawan melihat Erin dan Renz berlari melewati pintu samping.
"Mereka di sana!" teriak si wartawan 1
Erin dan Renz yang mendengar itu dengan cepat berlari, Erin kelelahan sesekli ia berhenti Renz selalu meninggalkannya lalu Renz menunggunya lagi.
"Renz! Kau ini bukan artis tapi kenpa mereka mengejar mu," ucapan Erin tersengal saat bicara karna lelah berlari.
"Jika kau sudah selesai istirahat, kita bisa segera pergi," kata Renz. Erin kesal karna pertanyaannya tidak di gubris Renz malah Renz terus mengajaknya marathon malam-malam.
"Itu mereka!" Teriak seseorang.
Renz menarik tangan Erin membawanya pergi, mereka berlari sekuat tenaga sampai akhirnya Erin tersandung dan jatuh, kedua lutut Erin berdarah karna terbentur jalan, Erin meringis kesakitan Renz pun membungkuk meminta Erin naik di punggungnya
"Ayo cepat," kata Renz.
"Tidak, kau pergi sana aku sudah capek olah raga malam hari begini, dasar orang kaya taunya menyuruh orang saja,"gerutu Erin.
"Naik cepat," bentak Renz. Erin sampai terkejut di bentak Renz.
Erin pun naik di punggung Renz, dengan susah payah Renz menggendong emErin, tak lama sebuah mobil menghapiri mereka.
"Masuklah!" Ucapnya.
"Shelo," kejut Erin.
Erin dan Renz masuk ke mobil Shelo dan pergi.
"Shelo terimakasih, untung kau cepat datng," kata Erin.
"Tidak perlu berterimakasih, aku kan temanmu, kebetulan tadi aku lewat, saat aku melihat berita kau menikah dengan pengusaha kaya aku ingin memberimu selamat, tapi malah bertemu klian seperti ini," kata Shelo.
"Sekali lagi kami berterimakasih padamu," kata Renz.
"Sama-sama, Erin adalah temanku, kau pun sudah menjadi temanku juga jadi jangan sungkan," Kata Shelo.
"Rumah pasti banyak wartawan juga, lalu kita kemana?" tanya Erin.
"Shelo bisakan aku yang membawa mobil," pinta Renz.
Shelo menghentikan mobilnya dan bertukar posisi, Renz pergi ke vila di sekitar pegunungan, Renz menghentikan mobil dan turun.
"Ini dimana?" Tanya Erin.
"Villa keluarga, ayo turun," ajak Renz.
Shelo ikut turun, baru mau ikut masuk Renz justru berterimakasih untuk pertolongan dan tumpangannya, Shelo menganggap itu adalah pengusiran halus, Shelo tersenyum dan kembali ke mobilnya.
"Shelo terimakasih ya," kata Erin
Erin berjalan pincang, karna melihat emErin kesusahan Renz pun menggendongnya, Shelo terlihat kesal lalu menghidupkan mobilnya dan pergi.
"berat ya?" Tanya Erin melihat ekspresi wajah Renz.
"aku baru kali ini menggendong wanita, ternyta sangat berat" kata Renz
"Kalau begtu turunkan aku, ngapain juga kamu menggendongku kalau aku berat," kesal Erin.
Renz menurunkan Erin lalu mengambil kunci di bawah pot bunga.
"Hey Renz, kau ini kan orang kaya, kenapa tidak membeli saja pakaian dan membersihkan diri dirumah sakit," kata Erin mengikuti langkah Renz masuk kedalam Villa.
"Kau fikir uang tinggal cetak," omel Renz.
"pelit sekali," gerutu Erin.
"Apa kau bilang, aku pelit!" Kata Renz ingin mendengar Erin bicara lagi.
"Tidak, siapa yang bilang pelit, kamu salah dengar kali,(Erin mengalihkan pandangannya lalu menjulurkan lidahnya) emm kau mau ganti pakaian disini, lalu aku, apa aku tidak ganti juga, disni kan tidak ada pakaianku," kata Erin.
Renz menunjukkan kamar Hanah ibunya Sahira.
"Di lemari itu banyak pakaian Hanah, kau bisa memakainya," kata Renz.
Renz pergi ke kamarnya, ia membersihkan diri karna seharian dirumah sakit, Erin pun sama, lutut Erin terasa perih saat terkena air, setelah menyegarkan diri Erin membuka lemari Hanah, Erin terkejut melihat semua pkaian Hanah yang rata-rata semua dres panjangnya sebatas lutut, sebenarnya kalau Hanah yang memakainya pas tapi karna Erin sedikit tinggi itu membuatnya merasa dresnya pendek.
"apa tidak ada yang panjang sedikit," bingung Erin.
Masih bingung memilih pakaian Renz mengetuk pintu kamar.
"kau sudah selesai, kita harus kerumah sakit lagi," Kata Renz dari luar kamar.
Erin keluar dengan dres ungu milik Hanah.
"Renz, di dalam lemari tidak ada dres yang panjang, semua pendek," risih Erin.
"bukan pendek, tpi kau yang tinggi," ucap Renz.
Renz melihat kedua lutut erin mengeluarkan sdikt darah, Renz mengambil kotak obat dan meminta Erin duduk di sofa.
"kalau sakit bilang ya," kata Renz.
Renz mengobati kaki Erin dengan perlahan, sesekli Erin meringis, Erin juga sampai meremas dres nya karna perih, Renz melihat ke wajah Erin.
"Maaf kau harus seperti ini, ini belum apa-apa sampai kita membuat konferensi pers nanti, disana akan banyak pro kontra tentang pernikahanku, aku memang bukan artis dan model seperti Jojo, tapi karismaku kuat tidak ada yang tidak mengenalku," jelas Renz dengan gaya angkuhnya.
"Dasar, baru kali ini aku bertemu pria sesombong dia," batin Erin
"Renz, sampai kapan sandiwara ini?" Tanya Erin.
"sampai nenek benar-benar sembuh," kata Renz lagi.
"Baik, sampai hari itu tiba aku harus siap menanggung konsikuensi sebagai istrimu," ucap Erin berdiri karna Renz telah selesai mengobatinya.
Ponsel renz berbunyi dan itu dari Jojo.
"Ada apa! nenek baik-baik saja kan?'' Tanya Renz.
"Ya nenek baik, yang tidak baik itu tuan Hendi, ia ingin bertemu denganmu, aku takut tender yang kita dapatkan kemarin di tarik kembali karna kau tidak membicarakan pernikahanmu dengannya," kata Jojo.
"Terus hubungannya denganku menikah atau tidak itu apa?" Tanya Renz.
"Ya ampun kak, kau tau kan tuan Hendi sangat ingin menjodohkan putrinya denganmu, apa kau lupa!" Kata Jojo.
"Tidak, aku tidak lupa, tapi ini hidupku aku tidak mau menikah dengan putrinya, aku juga sudah mengatakan itu padanya, kalau dia mau menarik kembli tender itu biarkan saja, aku tidak perduli, perusahaanku masih besar tanpa mendapat bantuan darinya," kata Renz.
"Tapi kak!" Bingung Jojo.
"Nanti kita bicarakan, sebentar lagi aku kesana!" Kata Renz menutup telponnya.
"ada apa?" Tanya Erin.
"Bukan apa-apa, ayo kita kerumah sakit," ajak Renz.
"Jalan kaki! duhh aku gak sanggup, lagipula daerah sini jauh dari kota," kata Erin.
"kau fikir aku orang susah," omel Renz.
Renz pergi ke pintu samping, disana bagasi ada motor besar terparkir.
"kita naik motor!" Seru Erin.
"Apa disni ada pesawat," ledek Renz.
"Tidak! Aku tidak mau," tolak Erin.
"Lalu kau mau tinggal disni, ya sudah tinggal lah dsni," kata Erin.
Erin berfikir ingin tinggal atau ikut , jika dia di tinggal dirumah sebesar itu,pasti akan membuatnya ngeri sendiri, tapi jika dia ikut fobianya naik motor pasti akan membuatnya parno dan bisa saja dia menyusahkan Renz.
"Ayo! mau ikut atau tidak," ajak Renz.
"Emmm, baiklah aku ikut tapi jangan ngebut, aku takut," gugup Erin
Renz memberinya helm, perlahan Erin naik tapi turun lagi membuat Renz kesal.
"Aku tidak memaksamu, kalau kau mau tetap disni silahkan, tapi aku harus segera kerumah sakit," Renz berbicara agak keras.
Renz perlahan menggas motornya, Erin pun meminta Renz berhenti lalu ia memberanikan diri naik, begitu terkejutnya Renz saat Erin memeluknya sangat kencang. Erin begitu rapat memeluk Renz di belakangnya, mulut Erin itdak berhenti komat kamit krna takut padahal Renz belum jalan, Renz dan Erin akhirnya meninggalkan vila, sepanjang jalan Renz sedikit risih karna baru kali ini ada wanita yang memeluknya begitu kencang.
"Renz apa sudah sampai?" Tanya Erin di belakang.
"Belum setengah jalan, kita belum sampai!" Kata Renz.
"Lama sekali, aku takut!" Gumam Erin pelan.
karna ada kendaraan menyelip di samping mereka, Erin pun ketakutan dan mengencangkan pegangannya, membuat Renz kesakitan di area perutnya, Renz berhenti sejenak ingin sekali mengomeli penumpang rese nya, tiba-tiba pegangan Erin mengendor.
"Kau ini kenapa! kau bisa saja membunuhku," omel Renz.
Tidak ada jawaban, bahkan Erin nyaris jatuh, dengan sigap Renz memegang kuat tangan Erin yang masih berada di pinggangnya.
"Hey, Erin kau kenapa! Erin," panggil Renz.
Tapi masih tidak ada jawaban, perlahan Renz turun dan ternyata Erin pingsan.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
womandeh
Hai kak, aku mampir nih☺
like+fav
semangat selalu ya kak❤
salam dari
~Hanya Kamu Seorang!
2021-04-29
0