Salah Sangka.

Renz mengajak Erin kerumahnya, karena tidak mungkin ia meninggalkan Erin sendirian di luar rumah, Erin merasa kurang nyaman karena ikut dengan pria yang baru di kenal, mobil yang mengintai mereka pun pergi.

"Semua sudah selesai nyonya," seorang pria tengah menelpon bos nya.

Ternyata nenek Renz lah yang merencanakan ini semua.

"Kerja yang bagus," jawab nenek.

Jojo keluar dari kamar dan menghampiri neneknya.

"Sepertinya nenek lagi senang, ada apa?" Tanya Jojo.

"Tunggu bebrpa menit lagi, kau akan tau apa alasan nenek begtu senang," kata nenek.

Jojo memijit kaki neneknya saat suara mobil Renz masuk di halaman,nenek terlihat begitu antusias berjalan cepat membuka pintu, dari kejauhan nampak Renz membuka pintu mobil untuk Erin, Jojo berdiri di sebelah nenek membulatkan matanya.

"inilah yang membuat nenek begtu senang," bisik nenek

Renz melihat Jojo lalu memanggilnya serta meminta Jojo mengeluarkan koper Erin di kursi belakang, Jojo kebingungan.

"Renz, kau bersama Erin?" Tanya nenek pura-pura tidak tahu.

"nenek, bagaimna kabarmu?" Tanya Erin.

"Nenek baik-baik saja nak, ayo masuk," ajak nenek.

Erin di gandeng nenek ke ruang keluarga, Erin membelalakkan matanya saat melihat besarnya rumah Renz.

"Erin maafkan sikap Renz ya, nenek tau kau pasti sangat sedih dengan kejadian ini, nenek sangat malu," sedih nenek.

"Walaupun masih kesal(sambil mlirik renz) tapi aku berusaha memaafkan dia nek, semua semakin rumit," kata Erin.

"Tidak apa, jangan kamu ambil pusing, nenek justru senang apalagi kalau perkataan Renz pada wak media waktu itu menjadi kenyataan," gumam nenek

"Maksud nenek!" bingung Erin

"Nek, itu tidak mungkin, lagipula semua ini kerjaan Jojo, dia akan bertanggung jawab atas kesalahnnya," kata renz

"Kalian belum makan bukan, kita makan sama-sama ya," nenek mengalihkan pembicaraan.

"Tidak usah nek, aku gak mau merepotkan nenek," sungkan Erin.

"Nenek tidak merasa direpotkan, nenek justru sangat senang rumah ini akan ramai nantinya," ceplos nenek.

"Maksud nya!" bingung Renz juga Erin bersamaan.

"Sudah-sudag ayo kita makan," ajak nenek

Mereka pun ke ruang makan, disana sudah banyak di sediakan makanan enak dan juga kesukaan semua anggota keluarga.

"Tolong panggilkan sahira," titah nenek pada pelayan.

Pelayan pun memangil Sahira, tak lama Sahira keluar dari kamarnya.

"Papi ... " panggil Sahira.

"Sini sayang, duduk di dekat papi!" Kata Renz.

"Loh, ada tante cantik di sini," heran Sahira.

"Hay, sahira!" Sapa Erin senang.

Sahira pun turun dari kursinya dan duduk di sebelah Erin.

"Papi Sahira duduk di sini ya," pinta Sahira.

Renz tersenyum mrngangguk, mereka pun makan malam bersama, setelah itu Erin di antar ke kamar tamu.

"Ini kamarmu," kata nenek.

"Terimakasih nek, besok pagi-pagi sekali aku akan mencari rumah kontrakan baru, aku tidak mau merepotkan nenek," segan Erin.

"Kau tidak perlu sungkan, selama apapun kamu disni nenek justru lebih senang," bujuk nenek.

Erin merasa tidak enak tapi mau bagaimana lagi, uangnya menipis untuk menginap di penginapan, belum lagi mau mencari rumah sewa dan pekerjaan, nenek keluar lalu Erin pergi membersihkan diri, kamar mandi yang begtu besar membuat Erin terperangah.

"Ini seperti satu kamar kos, kamar mandinya besar sekali," kagum Erin.

Setelah selesai membersihkan diri, Erin mendengar tangisan Sahira di ruang tengah, Erin melihat dari balik pintu kamarnya, disana ada Renz dan juga nenek.

"Aku gak mau kembali nek! Aku mau disini," tangis Sahira.

"Tapi sayang, kau hanya dapat libur 2 hari dan besok kau sudah harus kembali ke asrama," tegas Renz.

"Tapi Sahira mau tinggal sama nenek," tangis Sahira kembali. Erin menjadi sedih melihatnya.

"Renz, kenapa Sahira harus di asramakan, biar dia sekolah disni," nenek memeluk Sahira sedih.

"Kita sudah membicarakan ini dari awal kan nek, dirumah Sahira tidak ada yang mengurus," kata Renz.

"Tapi kan ada nenek, nenek bisa mengurus Sahira," sedih nenek.

"Kak! Aku juga bisa membantu mengurus Sahira, lalu kenapa dia harus di asrama lagi," pinta Jojo.

"Ini sudah keputusanku, tidak ada yang bisa melanggar keputusanku, sahira besok tetap akan pulang ke asrama." Tegas Renz.

"Papi jahat, sahira benci papi," Sahira berlari ke kamarnya, disana Ia menangis sesegukan.

"Kamu memang tidak punya hati Renz, beginikah nenek mengajarimu," kesal nenek.

Nenek dan Jojo meninggalkan Renz sendri di ruang tengah, Erin perlahan menutup pintu kamarnya.

"Dasar pria tidakpunya hati, orang tua macam apa dia! Tega ya dia kasar sama anaknya sendri, bagaimana istrinya tidak stres dan bunuh diri," kesal Erin.

Renz pergi ke halaman samping, posisinya tepat di samping kamar Erin, saat Erin mau menutup gorden, Eein melihat Renz dengan sebuah bingkai foto di pelukannya, Erin memberanikan diri menemui Renz, pelan-pelan Erin keluar dari kamar lalu menghampiri Renz.

"Kau sedang apa?" Tanya Erin.

Renz seketika menyeka air matanya, Erin terkejut ternyata orang angkuh dan keras seperti Renz bisa menangis juga.

"Aku fikir orang sekeras dirimu tidak bisa menangis." Erin bersandar di pagar yang juga di sandari Renz.

"Kenapa kamu belum tidur?" Tanya Renz.

"Belum ngantuk, itu foto siapa?" Tanya Erin.

"Ini, ini foto hanah mamanya Sahira" Renz memperlihatkan foto Hanah pada Erin.

"Cantik," kata Erin.

"Ya! Dia memang wanita yang cantik, aku sangat menyayanginya, saat aku tau dia meninggal aku sangat terpukul karena aku tidak di dekatnya pada akhir-akhir hidupnya," sedih Renz.

"Kasihan Sahira, dia sangat kecil tapi harus kehilangan ibunya dengan cepat, lalu kamu kenapa harus menaruh Sahira di asrama, seharusnya Sahira kamu rawat dengan kasih sayang karna dia sudah tidak punya ibu tapi kamu malah menaruhnya jauh dri keluarganya, ayah macam apa kamu ini," kesal Erin.

"Ayah!" Bingung Renz.

"Iya ayah, mungkin istrimu meninggal karena sakit hati denganmu, kau kan pria yang keras dan angkuh, kasihan Sahira,"omel Erin.

"Tunggu, ini maksudnya apa ya," bingung Renz lagi.

"Aku berterimakasih kau sudah menampungku untuk hari ini, tapi aku tidak bisa diam karena kau sudah membuat putrimu menangis seperti tadi, maaf kalau aku ikut campur dengan rumah tanggamu, tapi kau kan orang kaya kenpa tidak mencari pengasuh karena jika di asrama kau tdak bisa mngawasi putrimu," kata Erin lantang.

"Inii bukan urusanmu, pergilah tidur," usir Renz.

"Aku harap kau bisa mempertimbangkan lagi kasihan Sahira harus tinggal terpisah dengan keluarganya, terlebih kau sebagai ayahnyan" Erin berlalu pergi tanpa mendengar lagi penjelasan Renz.

"Dia ngomong apa sih, kenapa dia mengira aku penyebab Hanah meninggal, ayah Sahira! hah gadis aneh," gerutu Renz.

Erin masuk ke dalam rumah, lalu ia melihat pintu kamar Sahira terbuka sedikit, Erin memberanikan diri masuk dan melihat Sahira tertidur sambil duduk memeluk kedua kakinya, Erin perlahan membetulkan posisi tidur Sahira.

"Kasihan kamu, papimu itu memang tidak punya hati," kesal Erin.

Nenek melihat Erin di kamar Sahira Erin membelai rambut Sahira, nenek pun menghampiri Erin.

"Kau belum tidur," tanya nenek yang mengejutkan Erin.

"Eh nenek, belum mengantuk nek," jawab Erin.

"Kau pasti mendengar keributan tadi kan, maaf sudah membuatmua terganggu," kata nenek.

"Tidak juga kok nek, aku hanya kasihan dengan Sahira, gadis sekecil dia harus tinggal berjauhan dengan keluarganya," sedih Erin.

"2 tahun yang lalu setelah kepergian Hanah, Renz datng dari Amerika dan langsung membawa Sahira ke asrama, alasannya agar Sahira tidak sedih berkepanjangan karena di asrama banyak teman dan kondisiku dulu juga sangat tidak baik, cucu perempuan satu-satynya harus meninggal dengan cara yang tragis," sedih nenek memulai cerita.

"Aku tudak paham nek, kalau ibu Sahira cucu perempuanmu lalu Renz!" bingung Erin.

"Dia cucuku juga, Renz kakak nya Hanah," jelas nenek.

"Apa!" Kejut Erin.

"Kenapa?" tanya nenek.

"A-aku salah ngomong dong nek," panik Erin. Erin pergi ke luar ternyata Renz sudah tidak ada, begitupun mobilnya, Erin masuk lagi dan bertnya pada nenek apa yang terjadi karna kini dirinya sangat penasaran.

"Nek, aku sudah salah paham pada Renz, aku fikir dia ayahnya Sahira," bingung Erin.

Nenek tertawa dan memakluminya, siapapun yang melihat kedekatan Renz dan Sahira akan berfikiran sama.

"Erin, bukan berarti Sahira memanggil Renz dengan sebutan papi dia adalah ayahnya kan, Sahira memang dari kecil memanggil Renz papi," jelas nenek.

"Aku terlanjur marah dngan Renz nek karna mengira dia menelantarkan anaknya sendiri," malu Erin.

"Tidak apa-apa, kau tidak salah, hanya saja kau belum tau, Hanah itu adiknya Renz, suami Hanah seorang tentara, dari Hanah hamil sampai umur Sahira 3 tahun, suami Hanah tidak kunjung pulang karena di tugaskan di perbatasan, yang membuat Hanah stres sampai kurang waras karena hampir 4 tahun Hanah menunggu suaminya, ternyata suaminya tewas di perbatasan, banyak rekannya yang mengatakan suami Hanah terkena bom saat melakukan pengintaian, tubuhnya tidak utuh lagi, mereka memakamkan suami Hanah di sana." Jelas nenek menitikkan cairan bening di wajah keriputnya.

"Maaf nek, sudah membuat nenek sedih, saat Renz kembali nanti aku akan minta maaf padanya, pasti dia sangat tersinggung tadi," segan Erin.

"Sudahlah, kamu istirahat saja malam ini, besok batu kamu temui Renz, dia bisa jauh malam baru pulang," pinta nenek.

"Tidak apa nek, aku akan menunggunya," keukeuh Erin.

bersambung......

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!