Part 19

"Gimana Ga? Udah aktif HP nya?" Tanya Evan sambil menyeruput secangkir kopi di sebuah warung. Mereka memutuskan untuk istirahat setelah pencarian hingga malam.

Arga menggelangkan kepala. "Belum,sampe sekarang belum aktif."

"Cari kemana lagi kita bro?" Kebali Evan bertanya.

"Gue gak tau Van,gue gak bisa mikir sekarang." Arga menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil menatap ponsel yang ia letakan di atas meja,dan sebatang rokok di sela-sela jarinya.

"Jangan-jangan,Megan. Dia kan benci banget sama lo."

"Maksud lo Megan yang culik Vania?"

"Bisa jdi kan?"

"Megan gak tau tentang Vania." kembali ia kenghisap rokoknya,membuang Asap rokok itu jauh ke udara.

"Siapa tau diem-diem dia ngintai lo. Ya....lo coba aja cari tau."

"Gak mungkin Van,kalau dia yang nyulik,pasti dia telfon gue."

"Iya juga sih."

Arga sudah tidak tau harus mencarinya ke mana lagi,semua tempat sudah ia kunjungi,termasuk cafe-cafe malam,yang mungkin saja ia di bawa oleh orang jahat. Dan hasilnya tetap NIHIL.

Bingung,khawatir tengah menyelimuti hati seorang Arga saat ini,baru saja ia mengungkapkan perasaannya,dan sekarang harus merasakan kehilangan lagi. "Aaaa....Niaaa...lo di manaaa...?" Teriak Arga sangat kencang.

"Sabar Ga..,jangan teriak-teriak di sini,orang pada liatin kita Ga." Kata Evan sambil memperhatikan orang di sekitar,dan benar saja ia menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang.

"Gue khawatir dia kenapa-napa Van,lo tau sendiri kan terakhir dia di culik gimana?"

"Iya gue tau..Salah lo juga sih,harusnya lo tau no telfon temennya si Vania."

"Gue gak kepikiran sampe situ.."

Sejenak mereka terdiam,Evan kembali menyeruput kopinya,sedang Arga masih setia dengan rokoknya yang entah sudah berapa batang rokok yang ia hisap. "Apa jangan-jangan...di marah,gara-gara gue ungkapin perasaan gue sama dia."

Seketika Evan menyemburkan kopi dari mulutnya ke arah Arga. "Puurre.."

"Van.. Ngapain sih lo" Mendengus kesal sambil mengusap baju yang terkena semburan.

"Lo..nyatain cinta sama tuh bocah?" Tanya Evan dengan membelalakan matanya.

Arga mengangguk tanpa ragu.

"Wah..gila lo Ga." Ia menatap ke sembarang arah. "Pantesan aja.. dia itu bukan di culik,tapi kabur."

"Kabur..?kenapa..?"

"Ya kenapa-napa lah. Lo ngaca napa bro,usia lo berapa? Usia Vania berapa? Dan lo nembak dia?" Kali ini Evan yang bersandar menatap heran.

"Emangnya gue salah?"

"Iya lah,dia pasti berfikir kalau lo itu om-om pedofil,yang suka mainin anak kecil."

"Wah..nggak bener lo. Parah...parah.." Arga mendengus kesal.

"Lagian Ga..kenapa juga lo suka sama anak kecil kayak dia,kalau sama gue sih cocok-cocok aja." Sejatinya usia Evan lebih muda dari Arga.

"Kampret lo emang." Melempar Evan dengan bungkusan rokok kosong.

"Lagian lo..aduh...parah.. Lo pikir dong,dia anak SMA kelas 3 bro." Evan menggelengkan kepala.

Ucapan Evan sedikit mengganggu pikirannya,ia diam sejenak seraya berfikir. "Apa bener yang Evan katakan? Vania kabur gara-gara gue? pedofil?" Batin Arga bergumam,kembali ia menghisap rokoknya,lalu membuang asapnya ke udara."Go**ok emang gue,kenapa gue gak kepikiran sampe situ?"

Kediaman Burham atmaja.

Cukup berbeda.. Bahkan sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya,canda tawa sebelum tidur,terdengar riang di telinga seorang Vania atmaja,Arga selalu membuat Vania tertawa,dan merasa nyaman berada di dekatnya,bahkan tidur di rumah Arga,jauh lebih tenang di bandingkan tidur di rumah yang luas kamarnya 3x lipat lebih besar dari luas rumah Arga.

Hembusan angin malam,terasa sangat sejuk di wajah Vania,yang saat ini berada di atas balkon kamarnya,ia menatap indahnya langit malam di hiasi bintang-bintang yang bertebaran di atas langit ibu kota. "***Om..., Om lagi apa? Vania kangen***." Ia memejamkan matanya,merasakan rindu yang teramat,padahal baru sehari mereka berpisah. dan.. "***Satu bulan? apa aku bisa fokus ujian? sementara hati dan pikiran ku bersama om Arga***?" Batin Vania bergumam.

Tiba-tiba.

"Tok..

tok..

tok.. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Siapa?" Saut Vania dari dalam.

"Bi Narmi non." Sautnya dari luar.

"Masuk bi.." Titah Vania,ia melangkah masuk ke dalam,lalu duduk di tepian tempat tidur. "Kenapa bi?"

"Tuan dan nyonya menunggu di meja makan non." Ucap bi Narmi sedikit membungkuk di depan Vania.

"Ada kak Megan?"

"Ada non,dia baru pulang kerja."

"Hal yang paling aku benci satu meja makan dengan mereka." Ucapnya pelan,namun masih terdengar di telinga bi Narmi.

Bi Narmi diam masih dengan posisi yang sama.

"Ya udah bi,nanti Vania turun."

"Baik non,bibi permisi." Bi Narmi melangkah mundur lalu keluar dari kamar Vania.

Hidup Vania tidak akan tenang,selama Jehan dan putrinya Megan berada di sekitarnya,saat menuruni anak tangga,nampak Jehan dan Megan saling berbisik satu sama lain,entah apa yang mereka bicarakan,Ia tidak perduli.

"Malam pah.." Sapa Vania begitu sampai di meja makan.

"Malam sayang."

Tanpa menyapa yang lain,ia pun duduk di samping kiri sang papah.

"Vania.."

"Iya pah?"

"Cuma papah yang di sapa? Mamah Jehan dan kak Megan?"

Vania menatap tajam pada dua nenek sihir di depannya,dan dengan sangat terpaksa akhirnya ia pun menyapa mereka. "Malam mah,kak." Ucapnya dengan malas.

"Malam sayang.." Hanya Jehan yang menjawab sapaan Vania,tidak dengan Megan yang hanya menunjukan senyum sinisnya.

Sudah menjadi kebiasaan,Jehan selalu menyiapkan makanan ke dalam piring Burhan,nasi,lauk,bahkan sayur yang tersedia di mangkuk yang berbeda ia buat khusus untuk sang suami. "Terimakasih sayang." Ucapnya dengan senyum.

"Sama-sama mas."

Tiba-tiba. "Plak..."

"Aaww... Apa sih mah?"

Jehan memukul tangan Megan yang hendak mengambil sayur milik Burhan di mangkuk terpisah. "Itu punya papah." Ucapnya tegas.

"Pelit banget sih mah?"

"Mamah cuma buat sedikit,buat papah kamu aja."

Ia mendesis. "Iisshh..."

"Gak apa-apa ko,papah udah cukup." Kata Burhan sambil menyendokan nasi ke dalam mulutnya.

"Gak apa-apa mas,masih banyak sayur yang lain yang bisa di makan."

"Ya sudah,ayo cepat habiskan makan kalian."

Makan malam pun berlangsung tanpa banyak yang di bicarakan,hanya rengekan manja yang terucap dari mulut Jehan yang selalu berusaha terlihat manis di depan Burhan.

JENGAH.. itu lah yang Vania rasakan saat ini. Hidup mereka penuh kepalsuan.

Di sela-sela percakapan mereka,diam-diam Vania mencoba mengirim pesan pada Clara. Yang berisi :

Vania : Besok sebelum ujian anter gue ke rumah om Arga.

Clara : Mau ngapain?"

Boleh kali jempolnya di tekan.🤗🤗

LIKE

KOMEN

VOTE

Follow

lanjut? 💋🙏🙏

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

ya harusnya Vania mengabari arga dong, jangan tiba-tiba ngilang gitu aja

2022-06-29

0

Eka Wahyudi

Eka Wahyudi

kok aku curiga y, mkanan kusus buat pak Burhan itu mngandung racun kadar rendah, supaya perlahan menggerogoti organ dalamnya

2021-11-02

0

Nita Anjani

Nita Anjani

awas pak Burhan mau di buat mati secara perlahan

2021-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!