Part 11

"Ga.. Woy... Arga,buka pintu." Suara Evan terdengar nyaring di depan pintu rumah,beberapa kali ia mengetuk,tak juga mandapat jawaban. "Jangan-jangan si Arga habis begadang am si Bocil,enak banget dia."

Perlahan Evan membuka pintu lalu masuk ke dalam,ia melihat sahabatnya sedang duduk bersandar di kursi dengan keadaan lusuh,Arga ingat betul dengan kejadian semalam saat Vania mengejarnya sampai kamar mandi.dengan susah payah ia menahan pintu agara Vania tidak masuk.

"BOCIILL... Berhenti ngejar gue.. jangan sampe pertahanan gue runtuh ya." Arga berteriak berdiri di balik pintu,kamar mandi.

"Om..ngapain sih di dalem? Aku gak akan gigit ko,aku cuma minta di temenin tidur doang." Ucapnya tanpa sadar,ia terus mengetuk pintu tanpa henti.

"Wah..bener-bener parah ini anak." Ucapnya pelan,sebelum ia kembali berteriak. "Gue gak mau tidur sama lo,biarin gue tidur di depan TV,atau gak..biarin gue tidur di kamar mandi deh."

"Emangnya kenapa sih?"

"pake nanya lagi."

"Om.." Vania kembali memanggilnya.

"Apa lagi?"

"Kalau om gak keluar,aku yang akan keluar dari rumah ini?"

"Apa? mau ke mana lo?"

"Terserah aku mau ke mana,aku mau cari kepuasan di luar."

"Wah...bener-bener parah nih anak,bahaya nih kalau sampai keluar keadaa kayak gini" Arga bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau sampai gadis itu berkeliaran di luar,itu jauh akan lebih membahayakan.

"Jangan cil,ok gue ke luar.. Tunggu sebentar."

"Cepetan,aku hitung sampai tiga 1 2 3." Dia bahkan menghitung tanpa jeda.

"Jglek.." Arga membuka pintu dengan deru nafas yang memburu,dan gadis itu pun tersenyum,setelah puasa bisa melihat wajah Arga. "Om tampan.."

Mendengar sauaranya saja membuat bulu kuduk Arga merinding. "BOCIIIL... Jangan salahin gue kalau malam ini gue gak bisa nahan diri.

"Ha..ha..ha.." Evan tertawa lepas setelah mendengar cerita dari sahabatnya,ia membayangkan bagaimana perjuangan Arga demi mempertahankan hasratnya untuk tidak menggauli gadis itu.

Kebayang gak sih,ibarat kucing di kasih pepesan ikan,dan si kucing nahan nafsunya untuk gak makan tuh masakan. Hampir mustahil,tapi Arga berhasil menahan hasratnya,ia punya cara tersendiri untuk menjaga kesucian Vania.

"Itu mah lo nya aj b*go,di kasih kesempatan bukannya sikat aja."

"Ka*pret.. jangan samain otak gue sama lo." Arga mendengus kesal sambil melemparkan sebungkus rokok ke arahnya.

"Haduh... bos..bos." ngebayanginnya aja,dia gak berhenti ketawa. Arga menyandarkan tubuhnya di atas kursi kayu seraya memijat pangkal hidungnya merasakan pening.

terus lo apain tuh anak sampe bisa tidur?" Kembali Evan bertanya sambil menyalakan rokoknya.

"Lo gak perlu tau." Ia menjawab dengan mata terpejam.

"Ngapai? Akhirnya lo pake juga?" Penasaran.

"Ya gak lah."

"Ah..gue tau." Ia menghisap rokoknya,sebelum kembali bicara. "Lo nikmatin,tapi gak nyampe jebol kan? wah..Parah juga lo Ga."

"Berisik lo,minggir,gue mau tidur." Arga beringsut turun dan berbaring di lantai. "Semaleman gue gak bisa tidur gara-gara tu bocah."

Ha..ha.."Arga.. Arga.. untung lo yang ngadepin dia,coba kalau gue,nggak jamin." Kembali ia menghisap rokoknya lalu meniupkan asapnya ke udara. "Jangan kelamaan tidur,ntar siang lo punya janji kan sama si Megan?"

"Hhmm.."

"Ga.."

"Hhmm..mau ngapain lagi?gue mau tidur."

"mmm..Boleh ya gue pake lagi mobil lo."

"Dari kemaren tuh mobil gak mampir-mampir acan di rumah gue,baru sekarang lo izin? Kemana aja lo?"

"Yaelaah Ga,am temen sendiri.." Ucapnya dengan wajah memelas.

"Terserah lo,yang pasti nanti siang mau gue baliken tuh mobil."

"Iya,siang gue anterin,lo tenang aja."

"kuncinya di laci."

"Tau..udah gue ambil." Evan berteriak di ambang pintu dan buru-buru pergi membawa mobil hasil taruhan waktu itu.

Hari berganti siang,Arga terbangun karna mendengar dering panggilan masuk dari seseorang. Ia meraih ponsel yang ia letakan di samping bantal. Tanpa melihat nama sang penelfon,ia langsung menekan tombol berwarna hijau,lalu menempelkan ponselnya di kuping dalam posisi terbaring miring. "Hhmm.." Saut Arga dalam sambungan telfon

"Arga,anter gue ke puncak."

"Siapa ini?"

"Uang lo."

"Uang gue?" Terheran,ia melirik nama yang tertera dalam ponselnya. "Megan..?"

"Iya..ini gue,siapa lagi yang bisa menghasilkan banyak uang buat lo?"

"Hhmm.." Malas.

"Udah,buruan,gue tunggu." Tanpa menjawab,Arga langsung memutus sambungan telfon.

Tiba-tiba "Jbrugh.. "Aw.."

"Apaan tuh?" Ia bangkit dari tidurnya,lalu menghampiri Vania di dalam kamar. Saat membuka pintu,ia tidak melihat gadis itu di mana pun,tiba-tiba suaranya kembali terdengar. "Sakiit.." ia merintih kesakitan.

Arga melangkah masuk tanpa menutup pintu,ia sangat terkejut saat melihat Vania tergelak di bawah sambil memegang kepalanya. "Vania? Lo gak apa-apa?" Ucap Arga sambil berjongkok,ia membawa tubuh gadis itu ke atas tempat tidur lalu kembali membaringkannya.

"Om.." Suara Vania terdengar sangat lirih.

Arga masih merinding mendengar suara Vania begitu menggoda. "Jangan-jangan reaksi obat perang**ngnya belum habis." Tukas Arga.

Tubuh Vania kembali menggeliat. "Nia..sadar Nia." Beberapa kali ia menepuk pipi gadis itu,namun kesadarannya tidak benar-benar pulih.

"Om,kenapa kepala aku berat banget ya?"

"Lo kurang tidur."

"Emng ini jam berapa?"

"Jam 11 siang."

"Jam 11?

"Hhmm.." Jawabnya tanpa berkata.

"Itu namanya bukan kekurangan tidur om,tapi kebanyakan." Masih lemas.

Gadis itu duduk,lalu turun dari ranjang.

"Mau ke mana?" Tanya Arga.ia memegang bahu gadis agar tidak jatuh.

"Aku mau mandi,aku mau yang seger-seger." Arga menuntun langkah Vania masuk ke dalam kamar mandi,dan ia menunggu di luar untuk berjaga-jaga.

Sementara Vania mandi,Arga mencoba menghubugi Evan dan meminta pacarnya untuk datang ke rumahnya dan menjaga Vania selama ia pergi.

Tak lama setelah itu,Aura dan Evan pun datang. "Bebz,kontrakan s Arga kecil amat ya?" Kata Aura setelah masuk ke dalam,lalu duduk di lantai,sementara Evan masih berdiri.

"Dia cuma sanggup bayar kontrakan segede ini." Saut Evan sambil meletakan kunci mobil di atas meja. "Gue panggil Arga dulu ya."

Aura mengangguk,lalu Evan masuk ke kamar mencari keberadaan Arga.Ia melihat Arga sedang berdiri di samping pintu kamar mandi. "ngapain di situ?"

"Udah dateng lo?" Arga berjalan menghampiri Evan dan mengajaknya keluar dari kamar.

"Cewek gue mau lo suruh apa?" Tanya Evan.

"Tenang,gue cuma pengen dia jagaain si bocil,gue ada tugas nemenin Megan ke puncak." Mereka masih berdiri di depan pintu kamar.

"Kayak anak kecil aja mesti di jagain."

"Dia masih dalam pengaruh obat,kalau dia sendiri di rumah,bisa bahaya."

"Jam berapa lo pulang?"

"Gue gak tau,si Megan kadang maunya berubah?kayaknya sih gue pulang melem.

"Ya udah,lo jalan aja biar gue sama Aura yang jagain Vania."

"Jangan lo apa-apain tuh anak,kalau sampe ada apa-apa..Awas lo." Arga mengepalkan tangan di depan muka Arga.

"Iya..iya..lo tenang aja,ada cewek gue juga di sini,mana berani gue macem-macem."

"Ok..kalau gitu,gue jalan sekarang,bilang ama si bocil,kalao gue ada kerjaan."

"Hhmm.."

Arga merasa tenang,meninggalakan Vania dengan Aura,setidaknya kalau dia bertingkah yang tidak-tidak,ada yang bisa mencegahnya.

Tapi naas,Evan kecolongan saat ia dan Aura pergi ke luar membeli makan malam,tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam rumah untuk menemui Vanai.

"Kamu yang memintanya,bukan aku,aku harap kamu tidak menyesalinya Nia."

Next bab ya.

Jagan lupa untuk meninggalkan jejak suapaya Author lebih semangat lagi untuk melanjutkan kisah mereka.

LIKE

KOMEN

VOTE

AND FOLLOW ME

💝🙏🙏

Terpopuler

Comments

Siti Aisyah

Siti Aisyah

aduuh...siapa itu thor....si satria kah...temennya vania

2022-07-29

0

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

waduh siapa tuh yang masuk kamarnya vania

2022-06-21

0

N Wage

N Wage

lah!!! pacar evan gak jagain????

2021-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!