"Vania putri ku.." Suara Burhan terdengar lirih,ia sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan putri tercintanya yang sudah lebih dari satu bulan ini meninggalkan rumah.
"Papah..."
Burhan melangkah semakin dekat,ia mengulurkan kedua tangannya,berharap putri tercinta mau berlari meraih tangan yang sudah siap untuk memeluknya. Namun Vania masih diam,di tempat yang sama ia berdiri tanpa bergerak sedikitpun. "Kenapa nak? kenapa gak mau peluk papah?" Tanya Burhan menatap sendu.
"Aku gak mau pah,aku gak mau di jodohkan dengan adik mamah Jehan." Air mata Vania lolos begitu saja membasahi pipinya.
"Nggak nak,papah gak akan memaksa kamu menikah dengan Tristan."
"Papah bohong."
"Papah janji nak."
"Benarkah?"
Burhan mengangguk dengan senyum. "Papah rindu sama kamu."
"Vania juga rindu sama papah." Ia pun lari menghampiri Burhan lalu memeluknya sangat erat.
"Putri papah... Jangan pernah tinggalkan rumah lagi ya nak,jangan buat papah khawatir,kamu gak tau kan,selama kamu pergi papah sakit?"
Vania melepaskan pelukannya. "Papah sakit?" Khawatir.
Burhan mengangguk. "Iya nak,akhir-akhir ini papah sering merasa sesak,terlebih kamu pergi meninggalkan rumah. Papah gak bisa tidur nyenyak."
"Maafin Vania pah,Vania gak bermaksud."
"Gak apa-apa nak,yang penting kamu udah kembali,papah sangat bahagia." Kembali ia membawa putrinya ke dalam pelukannya. "Jangan tinggalkan rumah lagi ya nak?"
"Jangan meninggalkan rumah? bagaimana dengan om Arga." Batin Vania bergumam.
"Kenapa sayang? ko diem?" Ucapnya setelah melepaskan pelukannya,ia menangkup pipi putrinya penuh rasa sayang.
"Ada yang mau Vania bicarakan."
"Apa itu nak?"
"Aku.. suka sama seseorang pah."
Burhan mengernyitkan dahinya. "Siapa?"
"Seseorang. Dia yang merawat ku selama aku pergi dari rumah. Bukan cuma itu,dia menjagaku dengan baik pah,kita saling mencintai."
Diam sejenak,seraya berfikir,Burhan menatap mata putrinya lekat-lekat. "Putri ku mencintai seseorang?" Gumamnya. Belum sempat bicara bel masuk pun berbunyi. "Kriiing...."
"Bel masuk kan?" Kata Burhan.
"Iya pah."
"Kamu fokus sama ujian ya nak,kita bisa bicara lagi nanti."
Sejenak ia melupakan pembahasaan tentang Arga,dan akhirnya ia pun masuk ke dalam kelas untuk mengikuti ujian sekolah. Sedangkan Burhan menunggu di dalam ruang kepala sekolah,guna membicarakan banyaknya pelajaran yang tertunda,dan meminta bantuan agar Vania di beri kesempatan untuk mengejar beberapa mata pelajaran yang tertinggal.
Kediama Argan.
Sudah lebih dari 3 jam Vania tak kunjung pulang ke rumah,Arga mulai gelisah,terlebih ponselnya saat ini tidak aktif. "Jangan-jangan dia di culik Van?" Arga bertanya pada Evan,yang sengaja ia panggil karna ia sendiri kebingungan.
"Sama preman itu,kita kan udah gak ada urusan,lo udah lunasin semua utang lo kan?"
Arga mengangguk,kembali ia merasa kebingungan. "Bangun Van..!" Titahnya tiba-tiba.
"Mau ke mana?" Saut Evan.
"Kita cari Vania,kita kunjungin semua tempat yang mungkin jadi tempat nongkrong anak-anak sekolah." Ucapnya sambil mengenakan jaket Levis yang menjadi ciri khasnya.
"Iya..tapi di mana?" Saut Evan yang masih saja duduk.ia melihat Arga bersiap-siap mengenakan sepatu sportnya.
"Gue gak tau cari ke mana,pokoknya semua tempat harus kita datengin."
"Ya udah deh,gue tunggu di depan."
Selesai melaksanakan ujian,Vania di panggil oleh wali kelasnya ke ruang kepala sekolah,dan di sana sudah ada Burhan yang menunggu,bukan hanya tentang pelajaran,Burhan meminta bantuan kepada wali kelasnya untuk memberikan nasehat pada putrinya,bahwa pendidikan itu sangat penting.
"Vania.." Panggil Wali kelas Vania yang bernama Inez giania pada Vania yang saat ini sedang duduk di samping papahnya.
"Iya bu." Saut Vania pelan.
"Sekolah itu sangat penting Nia,buat masa depan kamu,kamu lihat di luar sana? banyak anak-anak yang ingin sekolah,dan mereka harus putus sekolah karna mereka tidak mampu."
Diam...
"Kamu beruntung punya orangtua yang mampu menyekolahkan kamu,kemana saja kamu mau,bahkan ke luar negri pun kamu mampu,jadi..manfaatkanlah dengan baik."
Vania terus diam,seraya berfikir. "Semua orang bicara seperti itu,semua mengatakan kalau pendidikan itu penting,terlebih aku di beri kesepatan memiliki keluarga yang bergelimang harta,dan satu-satunya orag yang aku benci di ruma itu,adalah... Mamah Jehan,mamah tiri yang selalu memepengaruhi papah."
"Nia.." Inez meyadarkan Vania dalam lamunannya.
'Iya bu...aku paham."
"Dan bapak.." Inez bicara pada Burhan.
"Iya bu." Saut Burhan.
"Vania sudah cerita sama saya,tentang alasan dia pergi meninggalkan rumah."
Burhan diam,dan ternyata bukan cuma Vania,Burhan pun harus menerima nasehat dari guru putrinya itu.
"Jangan memaksakan kehendak sendiri pak,pikirkan kebahagiaan putri anda juga,buat anak betah di rumah."
"Iya.. Anda benar,semua tidak ada artinya tanpa kebahagiaan anak-anak."
Inez membalasnya dengan senyum. "Jadi..sekarang..Vania pulang ke rumah ya,ujian masih ada lima hari lagi,jangan sia-siakan kesempatan yang ada."
"Tapi bu...orang yang aku sukai bagaimana?"
"Sekolah lebih utama Vania." Saut Inez.
"Aku tau,tapi.. dia pasti menunggu ku bu,pah. Sebelum pergi,aku berjanji padanya kalau aku akan kembali."
"Dia mencintai mu?" Tanya Inez.
"Iya bu. Dan ia baru aja mengungkapkan perasaanya tadi pagi,sebelum aku berangkat sekolah." Saut Vania sangat antusias.
"Kalau begitu,biarkan dia menunggu,setelah lulus,kamu bisa menemuinya."
"Aku gak mau,aku takut dia berpaling dari ku bu."
"Kalau dia berpaling dari mu,berarti dia tidak sungguh-sungguh mencintai mu."
"Tapi.."
"Hanya satu bulan Vania,tunggu sampai kamu benar-benar lulus. Kamu akan membawa piala kemenangnya padanya. Iya kan?" Inez terus berusaha agar Vania mau menyelesaikan sekolahnya tanpa ada hambatan.
Vania kembali terdiam,ia menatap wajah Burhan seolah meminta pendapatnya. Burhan pun mengangguk. "Yang di katakan bu Inez benar nak,bahkan papah sendiri yang akan mengantarkan kamu ke sana."
Vania kembali menatap walikelasnya. "Baiklah bu."
"Syukurlah,berarti.. mulai besok,kita kejar pelajaran kamu yang tertinggal ya."
"Iya bu."
"Kamu mau kita belajar di mana?"
"Di rumah ibu,atau di rumah mu?"
"Di rumah ku aja ya bu." Pintanya.
"Baiklah. Besok ibu ke rumah pukul 09.00."
"Iya bu.."
Setelahnya mereka pun berpamitan pada bu Inez dan kepala sekolah,dan mereka pun pulang ke rumah.
Sepanjang perjalanan,ia tidak berhenti memikirkan Arga,pandanganya terus menatap ke luar,menatap keramaian,sedang hatinya sangat kesepian. "Maafkan aku om,aku janji,hanya sebentar,hanya satu bulan,aku akan kembali pada mu,dengan membawa piala kemenangan,dan aku juga akan menagih janji mu untuk melamar ku." Batin Vania bergumam.
Visual bu guru Inez
Boleh kali jempolnya di tekan.🤗🤗
LIKE
KOMEN
VOTE
Follow
lanjut 💋🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Erlin Novianti Ahmad
smoga bu inez jadi jodohnya ayahnya bania.. stlh tendang dulu itu mak tiri nya..
2022-09-30
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
yah belum apa-apa mereka udah dipisahkan oleh jarak...
2022-06-29
0
Sri Wahyuni
Wah cantik sekali bu inez, papa burhan salah pilih istri
2021-10-29
2