•••
.
.
"lo bisa cerita ke kita?" ucap Aflan menatap Axell yang ada di depannya, malam ini mereka bertiga sedang ada di apartemen Axell. Karena dad dan mom nya sedang keluar kota, serta Zeline yang membawa temannya menginap di mansion. Jadi lebih baik dia berkumpul dengan Glen dan Aflan di apart.
"hm?" tanya Axell pura-pura tak tau seraya mengangkat sebelah alisnya.
"masalah bebeb Key tadi" ujar Glen sambil mendelik.
"oh" balas Axell singkat kembali memainkan hanphone nya.
"anj1r.. ceritain elah!"
"males"
"kita pengen tau woi, dari pada kita salah ngomong kayak tadi" ucap Glen menahan kesal.
"lo aja kali yang salah ngomong" balas Aflan tak terima jika dirinya ikut salah.
"kita kan bes pren poreper, jadi kalau gue salah lo juga dong"
"bang Aska!" ucap Axell tiba-tiba yang membuat Glen dan Aflan menoleh serentak ke arah Axell.
"ha?"
"orang yang Can Ra maksud" ucap Axell lagi.
"ha?" lagi-lagi mereka hanya melongo.
"bodoh lo pada! Orang yang Can Ra maksud itu almarhum bang Aska" ucap Axell yang akhirnya menaruh hpnya itu di atas meja.
"hah?"
"lo inget? Kecelakaan maut yang menimpa bang Aska kurang lebih satu bulan yang lalu?" tanya Axell yang sudah menyiapkan stok kesabaran tingkat tinggi. Serentak Glen dan Aflan mengangguk lemas.
"bang Aska, adalah tungangan nya Can Ra. Can Ra udah sahabatan sama Aska sejak mereka kecil, dan mereka.. saling cinta. Pada hari kecelakaan itu terjadi, sorenya mereka baru aja bertunangan secara rahasia, karena mereka masih anak SMA. Tapi malamnya kecelakaan maut itu terjadi." ucap Axell dengan pandangan mata yang hanya menatap kaleng soda dia atas meja.
"mm.. Kekey pasti terpuruk" ucap Aflan.
"hm.. Kadang gue masih gak nyangka kalau bang Aska bener-bener udah gak ada" ucap Glen seraya tersenyum tipis terkesan kalem, jarang-jarangkan seorang Glenata bersikap tenang dan kalem.
"Can Ra.. dia terpuruk banget. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian bang Aska.Karena saat kecelakaan itu terjadi, Can Ra juga di mobil yang sama dengan bang As" lanjut Axell dengan nada yang masih sama yaitu datar.
"dan lebih parahnya, Keyra gak ngalamin luka parah karena saat itu bang Aska yang meluk Can Ra. Itu yang membuat Can Ra merasa sangat terpuruk, karena bang As yang ngorbanin punggungnya untuk lindungin tubuh Can Ra dari pecahan kaca. Dan tentu aja meninggalnya bang As membuat Can Ra bener-bener menyalahkan dirinya sendiri."
Glen dan Aflan termenung, mereka juga merasakan apa yang Key rasakan jika mereka berada di posisi Key. Glen dan Aflan tau betul bahwa Aska memang benar-benar mencintai Key, bahkan Aska yang terkesan dewasa pernah bersikap konyol pada Glen dan Aflan karena cewek itu.
"wait.. Cewek yang bang As suka itu kan anak orang berpengaruh pertama di indonesia. Berarti Bebeb Key itu Alkayra Agava anak nya Ardian Agava pengusaha berpengaruh di indo dong?" tanya Glen yang baru saja sadar akan identitas Keyra, sedangkan Axell hanya mengangguk sekilas.
"jadi singkatan huruf 'A' di name tag baju Kekey adalah Agava! Berarti nama asli dari Alkayra Agava yang misterius itu adalah Alkayra Raquella Agava?" tanya Aflan yang kembali mendapat anggukan santai dari Axell.
"bokap gue yang merupakan relasi bisnis penting dari Ardian Agava tapi setiap gue ikut rapat gak pernah ketemu sama seorang Alkayra, tapi ternyata orangnya selama sebulan ini ada di deket kita"
"wahh.. bisa heboh satu sekolah kalau orang pada tau ini!" ucap Aflan dengan senyuman anehnya seraya memukul punggung Glen.
"berarti lebih kaya-an bebeb Key dong dari pada gue" celutuk Glen tiba-tiba.
.
.
.
•••
.
.
.
Setelah jam istirahat berbunyi, Keyra, Zia, Echa dan Tania kini berada di kantin kelas dua belas. Karena kantin kelas sebelas sudah penuh. Sedangkan Axell dan dua pengikutnya entah pergi kemana.
"oh ya Tan, kemaren kenapa gak sekolah?" tanya Zia pada Tania yang baru di kenalnya tadi pagi.
"aku gak enak badan, hehe" jawab Tania canggung dengan tangan memutar sedotan jus yang di traktir Echa, dengan alasan untuk merayakan kepindahannya ke sekolah ini.
"santai aja kali, oh ya menurut lo Axell itu gimana orang nya?" tanya Zia kepada Tania seraya melirik Keyra yang mencebikkan bibir, Tania terdiam sejenak.
"ya kayak gitu, dingin, irit bicara, trus juga playboy" ucap Tania ragu.
"itu kita juga tau, yang mungkin aja kita gak tau, tapi lo tau?"
"dia sebenarnya baik sih.. Karena waktu itu aku gak sengaja liat dia nolongin orang terlantar di jalanan" Zia dan Echa hanya manggut-manggut, kalau tentang itu sih mereka memang tau.
"hai-hai para cabe"
Mereka serentak menoleh kearah suara itu, seorang siswi yang berpakaian ketat dan riasan yang mencolok itu berjalan ke meja mereka di temani dua orang temannya. Sedangkan Keyra sudah memutar bola matanya malas, Key sungguh muak berurusan dengan cewek itu lagi.
"enak banget yah kumpul-kumpul sama temen" ucap nya basa-basi yang membuat Key ingin segera pergi dari sini.
"eh tapi disini tuh bukan tempat kumpulnya para cabe loh" ucapnya lagi dengan nada yang sok polos.
"lo siapa sih?" tanya Zia sudah tak tahan.
"gue yah? Coba aja tanya sama cewek mur4han itu" ucapnya kurang ajar sambil melirik Keyra.
"YAK! Mau lo itu apa ha? Kenal aja enggak sembarang ngecap orang mur4han. Kata cabe dan MUR4HAN itu lebih cocoknya untuk LO" ucap Zia emosi, ingin sekali dia menjambak cewek itu tapi Echa segera menarik tangan Zia untuk kembali duduk.
"kalian emang mur4han! Kalau gak ngapain kalian makan disini ha? Mau godain senior-senior tampan? Kecentilan banget jadi cewek! Anak pindahan aja udah sok lo pada!" ucapnya seraya menggebrak meja membuat seisi kantin menoleh.
"ck! Mau lo apa sih? Kita gak pernah berurusan sebelumnya sama lo, kenal aja enggak" ucap Echa pelan menatap perempuan itu.
"gue itu ceweknya Axell! Gue Ayuna Niandra! Senior kal--"
"WHAT? AYUNAN?!" potong Zia dengan suara keras membuat siswa-siswi meledakkan tawanya. Bahkan Keyra dan Tania pun hampir meledakkan tawanya.
"LO--"
"guys kalian pernah naik ayunan gak?" ucap Zia dengan wajah sok polosnya menatap Key, Echa dan Tania bergantian.
"HEH! KITA BISA AJA BULLY KALIAN!" teriak temannya Ayuna dengan name tag Visa.
"lo siapa ha? lo babunya dia?" tanya Zia lagi.
"gue Visa Jia--"
"WHAT! PISA? MENARA PISA?" cemooh Zia yang membuat Key dan Echa menggelengkan kepalanya, sedangkan Tania hanya bisa menatap takjub atas keberanian Zia terhadap senior mereka.
"lo lahir di menara Pisa? oh atau lo pengen ke menara Pisa tapi gak kesampaian? kasian.." Zia lagi-lagi menunjukkan wajah mengejeknya dengan pura-pura bersedih.
"HEH LO BERANI BANGET YAH SAMA KITA!" ucap salah satu teman Ayunan--eh Ayuna maksudnya. Sedangkan Ayuna dan Visa wajahnya sudah merah padam.
"lo siapa lagi?" tanya Echa yang tersenyum penuh arti kepada Zia. Belum cewek itu berbicara Zia langsung memotong perkataannya.
"coba gue tebak! nama lo Perosotan? Jungkat-Jungkit? oh atau Eiffel?" tanya Zia dengan tampang mengejek yang masih belum menghilang itu, serentak semua isi kantin tak bisa menahan tawa nya lagi.
"eh bagus juga tuh kalau namanya Eiffel! dari pada Ayunan! haha" potong Zia ketika Ayuna hendak berbicara.
"KURANG AJAR KALIAN!" Ayuna berteriak murka, membuat seisi kantin kembali membicarakannya.
"kak, kakak senior kita kan. Jadi sebaiknya kakak memberikan contoh yang baik buat kita" ucap Keyra dengan wajah datar, lalu bangkit dari duduknya di ikuti Tania dan Echa.
byurr
prangg
Keyra membuka matanya saat tak merasakan wajahnya tersiram air. Terlihat bahu lebar seorang cowok di depannya, dan juga pecahan gelas di lantai kantin. Walaupun Keyra tak melihat wajahnya tapi Key tau bahwa itu bukan Axell. Sedangkan Ayuna beserta kedua temannya sudah pergi dengan wajah kesal.
"lain kali gak usah ladenin dia" Ucap cowok itu lalu pergi begitu saja meninggalkan kantin yang kembali rusuh setelah tadi sempat hening.
•••
...kalau suka ceritanya tolong kasih like and komen ya~...
...biar author semangat up nya~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rennaja Sarasvati
aku sudah mampir, ya kak...
2021-07-12
1