Jeratan Iblis: Sebuah Perjanjian Tanpa Akhir

Jeratan Iblis: Sebuah Perjanjian Tanpa Akhir

Prolog

Percayalah, 'bim salabim atau abrakadabrak' itu tak pernah ada di dunia nyata. Semua butuh proses juga waktu yang tidak sebentar, terkadang membuat kita lelah dan putus asa.

***

Seorang pria berjalan terburu-buru ke arah mobilnya yang terparkir ditepi jalan setelah keluar dari dalam hutan. Dia seorang diri. Sekarang hendak pulang karena diberitahu oleh seseorang yang baru saja ia temui bahwa berangkas uang yang dia bawa sudah penuh, namun dia tak boleh membukanya sebelum sampai di rumah. Setelahnya dia bisa membeli apapun yang dia mau tanpa takut uangnya bakal habis. Semua akan berjalan sesuai keinginannya. Dia pulang dengan rasa bahagia juga puas.

"Apa imbalan untuk semua yang kamu berikan? "

"Itu urusan nanti, terpenting sekarang aku akan mengabdi kepadamu, "

Dia mengganguk antara takut juga senang. Seseorang yang duduk di hadapannya juga tersenyum.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan memenuhi semua keinginanmu, jika aku membutuhkan imbalan, Aku akan datang menemuimu. "

Tak sempat berpikir jauh lagi, si pria mengangguk sekali lagi tanda setuju. Lalu seseorang itu menyuruhnya pulang.

Itu adalah percakapannya tiga puluh menit yang lalu. Sekarang dia sedang memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera keluar dari area hutan yang sepi. Beberapa kali, dia melihat ular menyebrang jalan, dengan sigap dia menginjak pedal rem dengan keras hingga tubuhnya seakan terjungkal. Seseorang yang baru dia temui mengatakan bahwa semua binatang yang ada di hutan ini adalah anak buahnya, dia berpesan agar pria itu berhati-hati. Walaupun terlepas dari binatang-binatang yang dapat dia lihat dengan mata telanjang, sebenarnya dia merasakan banyak pasang mata menyala yang melihatnya dari balik dahan pepohonan. Namun, tekad kuatnya atau lebih tepatnya rasa putus asanya dari kemiskinan mengalahkan segalanya. Bahkan rasa takut itu sendiri.

Sepanjang perjalanan pulang, banyak hal berkelabat dalam pikirannya. Salah satunya adalah keluarga kecilnya. Istrinya tercinta dan ketiga buah hatinya. Dia sudah bertekad akan membuat istrinya menjadi nyonya besar lagi agar tidak di cemooh oleh saudara-saudaranya bahwa mereka adalah orang kaya yang jatuh miskin. Anak-anak nya tidak boleh lagi menangis karena kelaparan. Si bungsu yang masih balita tak boleh lagi diejek kurang gizi karena tubuhnya yang kurus, tidak segemuk teman seusianya. Dia ingin mengangkat derajat keluarganya meskipun dengan caranya.

Dia sudah sangat muak di datangi penagih hutang yang selalu marah-marah karena tak sepeser pun hutangnya mampu dia bayar. Hutang seorang mantan pimpinan perusahaan tentulah tak sedikit, apalagi dulu dia punya ratusan karyawan yang harus dia gaji. Bahkan, mobil yang dia bawa sekarang adalah mobil rental yang sengaja dia sewa dengan modal nekat. Dia sangat berharap seseorang yang baru saja dia temui tidak berbohong. Ahh, roda kehidupan. Cepat sekali memutar nasib anak manusia, dari seorang raja menjadi seorang jelata. Begitupun sebaliknya.

Setelah berjam-jam mengemudi akhirnya dia sampai dirumahnya, keadaan sudah hampir pagi. Langit yang legam sudah mulai kebiruan. Istrinya yang membuka kan pintu nampak begitu cemas melihatnya.

"Papa, kemana saja? Kami semua khawatir papa tidak ada kabar, kami takut papa kenapa-kenapa. Apalagi yang punya mobil bolak-balik datang kesini sambil marah-marah. " Cicit istrinya sambil berlalu kedapur membuatkan teh hangat. Sedangkan si pria masih sibuk dengan berangkas uang yang ada dihadapkan nya sekarang.

"Papa kan sudah pamit ke mama mau cari uang untuk bayar hutang hari ini. Masalah mobil nanti papa bayar lebih rentalnya."

"Terus papa cari pinjaman kemana? Uang seratus juta itu bukan uang kecil, Pa. " Sahut istrinya dengan secangkir teh ditangan kanannya. Tanpa menjawab lagi dia membuka brangkas nya. Betapa terkejutnya mereka saat membukanya. Uang pecahan seratus ribuan tertata rapi disana. Bila di kira-kira jumlahnya sekitar lima ratus juta.

Belum sempat mereka saling bercakap mengenai uang itu. Tiba-tiba anak sulung mereka berteriak dari dalam kamar. Sontak mereka berdua setengah berlari menghampiri. Didalam kamar si sulung dan adik keduanya saling berpelukan dan menangis melihat si bungsu sedang kejang-kejang, matanya melotot ke suatu arah lalu darah segar mengalir dari hidung, mulut juga telinga. Dengan cepat sangat mama mengendongnya memanggil-manggil namanya berharap si punya tubuh segera sadar dan berhenti kejang-kejang. Sang papa yang panik segera menggiring nya ke mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, nyawa anak itu sudah tidak tertolong.

"Padahal dia tidak sakit, Pa. Mama yakin dia sehat. Sebelum papa pulang dia masih main-main sama mama kemudian tertidur lagi. " Jelas istrinya dengan tersedu di pemakaman anaknya. Mereka sangat bersedih dengan kematian anaknya yang mereka bilang tiba-tiba. Di tengah kedukaan itu seseorang yang tidak dia kenali datang pemakaman anaknya. Menyampaikan belasungkawa. Kemudian membisikan sesuatu di telinga si papa sebelum pulang.

"Ini adalah sebuah imbalan. "

Mata si Papa terbelalak mendengarnya, saat dia akan bertanya kepada orang misterius tersebut, orang tersebut sudah menghilang.

mohon maaf bila thypo bertebaran. 🙏 selamat membaca tulisan saya. Dinantikan selalu komentar nya baik kritik maupun saran.

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

👣👣👣👣

2022-03-27

1

Arsy Zzie

Arsy Zzie

like thor...
bikin penasaran

2021-08-25

0

Azizah Azzahra

Azizah Azzahra

lanjut.. thor..
awal yang serru
semangat...
ingat typo nya...

2021-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!