Bab 11 (Pov Elisa)

Suara jeritan perempuan mengagetkanku.

Dengan pandangan mata berkabut aku melihat sekeliling. Beberapa kali aku memejamkan mataku rapat lalu membukanya lagi untuk memastikan pengelihatanku masih baik-baik saja. Dan, ya. Syukurlah. Mataku masih normal. Aku bisa melihat tempatku berbaring barusan. Di lantai sebuah ruangan.

Terakhir yang ku ingat, aku sedang bersama pak Jericho melihat-lihat ruangan yang kosong di lantai tiga pabrik. Dia memiliki ide untuk memindahkan kantornya di sana karena lokasi pabrik tekstil ini berada di tengah-tengah diantara tiga perusahaan nya yang lain, selain memudahkan untuk pengecekan atau evaluasi, jarak yang dekat juga memudahkan saat melakukan pertemuan dan meeting. Itu memang ide yang bagus, aku akui. Tapi yang mereka lihat tidaklah sama dengan yang aku lihat. Hal paling terakhir yang aku ingat adalah ketika pak Jericho membuka pintu ialah sebuah ruangan, dari celah pintu yang belum terbuka sempurna muncul seorang perempuan yang tak kulihat dengan jelas wajahnya. Tiba-tiba menubruk tubuhku, seketika semuanya menjadi gelap.

Sejak pertama menginjakkan kaki di pabrik tekstil, aku merasakan aura yang berbeda. Begitu mencekam, sedih juga penuh dengan perasaan ingin marah. Ketika berjalan di parkiran hingga pintu masuk pabrik aku melihat beberapa pleton tentara penjajah yang sedang wara-wiri.Ada satu pleton tanpa kepala. Lebih tepatnya tentara Belanda. Saat kaki mulai masuk ke ruangan pabrik, aku melihat potongan tubuh manusia yang sangat banyak jumlahnya tercecer di lantai. Hal mengerikan bagiku ialah potongan tubuh itu bergerak, ada potongan tangan dan kaki yang berjalan, serta kepala yang menggelinding. Saat aku mendongakkan kepala ke lantai dua aku lihat seorang pria bertubuh tinggi-besar, memandang kami yang di bawah dengan sorot mata merah menyala. Di tangan kanannya memegang sebuah senjata tajam, ciri khas suatu negara yang sudah terkenal di seluruh dunia, Samurai. Tak berani lama-lama melihatnya aku segera mengalihkan pandanganku darinya.

Lalu sekarang, aku masih bingung, sebenarnya aku ada dimana? Pak Jericho juga tidak kulihat. Aku seorang diri di dalam ruangan ini. Dengan perlahan aku berjalan mendekati pintu, baru aku sadari jika banyak bekas darah di lantai yang kupijak. Aku hanya bisa bergidik ngeri dengan apa yang aku alami hari ini. Gerakan yang kulakukan sangat hati-hati saat membuka pintu agar tidak menimbulkan suara. Karena di luar aku mendengar ramai suara laki-laki tertawa, tapi kudengar pula tangis dan jeritan perempuan.

Aku terperanjat menyaksikan apa yang kulihat dari balik pintu. Aku menutup mulutku yang ternganga dengan tangan kiriku.

"Mijn vader is doot en voor den duyel (Ayahku mati karena setan itu)" Teriak seorang perempuan cantik sambil mengacukan jarinya kearah para serdadu yang sedang melakukan rudapaksa kepada temannya. Dia seolah sedang membakar kemarahan teman-temannya yang lain untuk melawan. Meskipun kulihat tak ada senjata apapun di tangan mereka, bahkan serdadu yang lain sedang mengarahkan senapannya ke arah kerumunan puluhan perempuan yang sedang berjongkok, aku yakini mereka sebagai perempuan bangsa Belanda. Di antara mereka ada yang menangis, diam ketakutan dan saling berpelukan tapi hanya satu perempuan itu yang berani berbicara. Dia begitu marah.

"NIPPONG , KLOOTZAK!!! (NIPPON/Jepang KEPARAT!!!)"

[Kata Nippon oleh bangsa Belanda biasa di ucapkan sebagai "Nippong"]

Tak lama kemudian seorang serdadu menghampiri perempuan Belanda itu, menamparnya dengan keras hingga kulihat darah mengalir dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian dia menarik pedang katana dari sebelah kiri celananya lalu menghunus dada perempuan Belanda itu. Perempuan itu tak bergeming, tetap menunjukan wajah marahnya kepada Belanda. Meskipun pedang itu menembus dada hingga ke punggungnya. Serdadu itu menarik katananya dengan kasar lalu menebas leher perempuan itu tanpa ampun. Darah muncrat dan mengalir kemana-mana. Kepala perempuan itu jatuh ke lantai seperti bola. Hal yang terjadi selanjutnya sungguh di luar batas kemanusiaan, tubuh tanpa kepala itu di lucuti lalu di gagahi oleh tentara jepang. Teman-temannya menjerit ketakutan, ada pula yang diam lalu saling memeluk satu sama lain. Mereka semua di titik akhir, tak ada lagi tempat berlindung.

Sedangkan dalam pikiranku sekarang, muncul rekaman-rekaman kekalahan Belanda kepada Jepang. Aku terdiam dengan yang ku alami sekarang. Berarti aku sedang berada di kisaran tahun empat puluhan. Astaga. Kenapa kemampuan aneh ini kembali lagi. Aku flashback ke masa lalu.

-

Nantikan kelanjutan Elisa di episode selanjutnya, yaa. 🙏✌😉

Terpopuler

Comments

senja

senja

sungguh sangat mengerikan masa2 itu, tragedi berdarah di bbrp masa

2022-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!