Bab 19

Sekarang sudah pukul tujuh malam, Elisa baru saja selesai makan di sofa depan kamarnya dan hendak masuk kembali. Pelayan yang mengantar makanan tadi sudah berpesan agar membiarakan piring kotornya tetap disana sampai dia mengambilnya. Sebelum masuk dia sempat melihat suasana ramai di lantai satu. Jericho dan kedua kakaknya (kakak kandung dan suami kakaknya) sedang asyik bercengkrama. Dibalik sikap dingin, cuek dan kerasnya bosnya, Elisa bisa mengerti bahwa dia adalah sosok yang baik hati, hangat dan penyayang. Semua sikap yang dia tunjukan di kantor seperti topeng yang di pakai agar dirinya nampak garang.

Ada hal sama yang Elisa lihat saat memperhatikan kedua bersaudara itu, sosok hitam yang mengikuti mereka. Berputar-putar, hingkap lalu terbang memutari Evelyn dan Jericho. Kemudian, perempuan yang mengendong anaknya tadi juga berdiri tak jauh dari Evelyn. Sebenarnya apa sih yang mengikuti mereka? Pertanyaan itu juga berputar-putar di kepala Elisa. Tak ingin berlama-lama, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya sebelum ketiga orang itu mengetahui bahwa ia telah diam-diam memperhatikan mereka.

Bagi orang-orang introvert, kamar merupakan tempat ter-nyaman tiada duanya. Tak terkecuali Elisa, ia merebahkan tubuhnya di springbed sambil memandang langit-langit kamarnya yang indah, warna biru dan putih kesukaannya.

Ddrrtt.., ddrrtt.., ddrrtt.

Sebuah panggilan video masuk dari suster yang merawat Erik. Segera saja Elisa bangkit kemudian menanggapi telepon itu.

"Hay, suster Anna, ada apa? " Sapa Elisa.

"Iya mbak El, dari tadi Erik mencari mbak Elisa terus. Dari tadi dia mondar-mandir keliling ruangan di rumah habis itu dia menunjukan foto mbak Elisa ke saya. Saya udah jelasin kalau mbak Elisa kerja tapi dia malah nangis di kamar, " Jelas suster Anna.

Hati siapa yang tidak nyeri? Erik hanya memiliki Elisa, Elisa hanya memiliki Erik. Memutuskan operasi kepala pada Erik tentu dengan resiko tinggi bahwa ada beberapa syaraf yang akan terganggu. Erik yang tuna wicara kini lebih persis anak autis. Terpenting dia tetap bernafas dan aku bisa melihat senyumnya. Adikku sayang.

"Mana dia sekarang, Sus? Biar saya bicara dengan Erik, "

"Iya mbak El, sebentar. "

Gambar di handphone nya hilang beberapa saat sampai terlihatlah wajah orang yang selalu membuatnya semangat untuk melanjutkan langkahnya.

"Erik, kakak sedang kerja. Hari sabtu nanti kakak akan pulang. Erik tidak boleh nakal ya, jangan nangis ya." Ucap Elisa dengan mata berkaca-kaca.

Erik tak mengucapkan kata apapun, ya tentu saja. Tapi dia bisa tersenyum saat melihat kakaknya bicara di handphone. Mengerakkan tangannya; membentangkan kedua tangannya lalu memukul dadanya beberapa kali. Dia merindukan pelukan seperti yang biasa kakaknya berikan. Adikku sayang.

"Erik sudah makan?? " Tanya Elisa.

Erik hanya mengangguk.

"Erik tidurnya dengan suster Anna dulu ya. Kakak pasti pulang. " Ucap Elisa. Adiknya hanya mengangguk sambil tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Itu tandanya dia mengerti dengan yang Ia sampaikan.

"Da, da, Erik. Sampai jumpa hari sabtu. "

Erik dan suster Anna sama-sama melambaikan tangannya, sekian detik kemudian sambungan telepon itu di matikan oleh suster Anna.

Elisa kembali merebahkan tubuhnya, menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya. Ini sudah garisNya, aku harus melewati apapun yang terjadi. Bisa jadi ini adalah sebuah karma buruk dari keluargaku terdahulu. Karena, tidak ada setetes pun darah atau air mata jatuh tanpa di ganti oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Pernah pula terlintas dalam benaknya untuk mengakhiri hidupnya. Tapi setelah ia bertemu ataupun di datangi oleh arwah orang-orang yang mati bunuh diri, ia mengurungkan niatnya. "Aku menyesal, tolong bantu aku, " -"Tolong sampaikan ini pada orang-orang yang aku sayangi" atau yang lebih mengerikan lagi; "Tolong carikan potongan tubuhku di tempatku mati, "

Serta sekertaris Mirna, ketika dia tidak mengganggu di kantor, bukan berarti dia sudah menghilang. Sudah bisa Elisa pastikan setiap malam dia akan hadir di mimpinya lewat alam bawah sadar. Sambil berkata;"Aku tidak bunuh diri, tolong aku, tolong aku. " Sampai detik ini Elisa tak menanggapinya. Dia tak ingin membuka rahasia yang memang sengaja di tutup rapat. Akan ada saatnya semesta memberi kode.

Elisa juga pernah kecewa dan marah kepada Tuhan, kenapa dia dan adiknya di selamatkan. Kenapa tidak di matikan sekalian. Disaat seperti itu biasanya muncul bisikan; "Untuk apa hidup? Lebih baik mati, bukanlah di dalam terang pasti ada gelap? Lebih baik mati, mati, mati!!!" Tapi Tuhan selalu punya alasan membiarkan dirinya dan adiknya tetap bernyawa.

Tanpa terasa air mata Elisa meluncur dari sudut matanya. Sampai sekarang dia masih rapuh, meski diluar nampak tangguh.

Antara setengah terlelap dan terjaga Elisa bangkit dari tempatnya rebahan. Dia mendengar suara gaduh di depan kamarnya, dia takut sesuatu hal buruk terjadi. Saat pintunya dibuka, seorang pria yang tak asing baginya sedang menghardik seorang perempuan. Wajahnya sering ia lihat di ruang kerja bosnya Jericho.

"Mama tidak usah ikut campur! Ini jadi urusan papa, " Kata pria yang di kenal semua orang sebagai pembisnis handal. Tuan Aditama. Pendiri dari Aditama Grup.

"Semua ini salah, Pa. Mama tidak ingin anak kita jadi korban lagi. Mama tidak ingin papa jadi jahat. " Perempuan itu menangis sesegukan. Sudah jelas dia adalah ibu Lusiana.

Pak Adi semakin murka mendengar jawaban isterinya, dia menghamburkan semua benda yang ada di meja.Sedangkan kedua anaknya, si sulung perempuan dan adiknya laki-laki sedang mengintip dari balik pintu kamar.

Pak Adi masuk kedalam ruang kerja nya, menyiapkan beberapa sesaji, mencari solusi agar keluarganya tidak lagi menjadi korban dari tindakan yang dia lakukan. Dalam sekejab hawa di ruang kerjanya menjadi dingin. Terdengar desisan ular di krjaan.

Sesosok mahluk menyerupai perempuan setengah ular datang entah dari celah mana, dia berdiri di hadapan pak Adi yang tengah menutup matanya. Pak Adi masih tetap menutup matanya meski menyadari kehadiran mahluk itu. Dia terus mengucapkan permintaannya dalam hati sampai mendengar jawaban dari mahluk mengerikan itu.

"Jika kamu ingin keluargamu tidak jadi makananku, maka carikan aku pengantinya!! Maka aku tidak akan menganggu keluargamu. "

Pak Adi hanya mengangguk, selesai mendapatkan jawaban dia membuka mata dan sosok mahluk itu sudah tidak ada lagi di hadapannya. Hawa di kamar itu kembali normal. Pak Adi mulai mengatur siasat, dia harus mengorbankan orang lain untuk kepentingannya, dia merasa menjadi orang paling jahat seperti yang istrinya takutkan; "Tapi aku terpaksa. " Kilahnya dalam hati.

Sasaran pertamanya adalah karyawan di pabriknya, kedua dia akan mencarinya di jalanan seperti yang dia dengar dari orang-orang bahwa tidak semua orang yang tewas kecelakaan adalah murni kecelakaan.

Elisa melihat mahluk serupa yang mengikuti Evelyn dan Jericho mengitari orang-orang yang akan menjadi 'korban' dari pak Adi. Itu artinya??. Mulut Elisa ternganga tak percaya.

Terpopuler

Comments

senja

senja

di krjaan, typo Ka?

2022-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!