Bab 9

"Ini ruangan saya, kenapa kamu disini? "Tanya hantu itu lagi, kali ini ia mengebrak meja hingga sebuah tempat pulpen diujung meja terjatuh. Elisa terkejut, kemudian mundur beberapa langkah ke belakang, komunikasi dengan hantu bukanlah hal yang dia sukai meski itu sering terjadi.

"Kamu sudah mati. " Jawab Elisa. Perempuan itu menatapnya tajam seakan hendak menerkam Elisa.

Wajah pucatnya berubah membusuk penuh belatung, aromanya langsung menusuk hidung Elisa sampai membuat perutnya mual, tubuh hantu itu berubah tinggi hingga menyentuh plafon ruangan, begitu pula dengan tanganya sekarang jadi memanjang beberapa kali lipat dengan kuku jarinya yang menghitam hendak menyentuh tubuh Elisa. Dia mundur beberapa langkah lagi sampai tubuhnya menyentuh tembok.

Itu artinya Elisa tak ada pilihan lagi selain menghadapi hantu dihadapannya ini. Sedari tadi dia terus merapal doa apapun yang dia bisa di dalam hati. Dia sangat butuh pekerjaan, tidak mungkin dia keluar ruangan dengan lari terbirit-birit karena hantu. Dia bisa gagal jadi karyawan disini. Walaupun dalam hati kecilnya dia pun merasa sangat ketakutan, ini adalah pengalaman pertamanya melawan hantu. Elisa menutup matanya rapat, memfokuskan diri untuk terus berdoa. Mata lahir Elisa memang tertutup tapi mata batinnya melihat dengan nyata sosok di hadapannya ini.

Disaat hantu itu tinggal beberapa senti lagi menyentunya, tiba-tiba hantu itu terpental. Dengan mata batinnya Elisa dapat melihat skat yang melindungi tubuhnya. Berbentuk melingkar namun transparan. Dia seperti kuning telur yang berada di dalam cangkang. Sekarang hantu itu meraung kesakitan, tubuhnya kembali mengecil. Dia berteriak kepanasan, tak lama kemudian hantu itu menghilang.

Dengan jantung yang masih berdegup kencang Elisa memberanikan diri membuka matanya. Mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, memastikan bahwa hantu itu benar-benar telah pergi.

"Brakk, Brakk. Hei buka pintunya, " Suara seorang pria mengagetkan Elisa. Dia berlari kecil ke pintu dan segera membukanya.

Matanya tercengang melihat pemandangan di hadapannya ini. Seorang pria tampan dan necis. Tapi otak Elisa masih berpikir; jangan-jangan dia juga hantu?

Elisa memperhatikan laki-laki ini dari ujung rambut sampai ujung sepatu fantofelnya. Memastikan bahwa dia benar-benar manusia. Sedangkan pria di hadapannya menganggap aneh cara Elisa melihatnya.

"Hei, aku sudah memanggilmu selama lima menit, kenapa kamu mengunci pintunya? Apa kamu punya gangguan pendengaran sampai tidak mendengar suaraku, "

Elisa terkejut sekaligus bingung harus menjawab apa. Fix,dia memang manusia . Seru Elisa dalam hati.Tapi tidak mungkin juga dia menjelaskan apa yang baru saja dia alami kepada seseorang yang baru dia kenal.

"Ma, maaf, pak. Saya terlalu fokus melihat komputer

sampai tidak tahu kalau bapak ada di luar." Elisa membungkukan badannya sebagai permohonan maaf, tanpa perlu di jelaskan lebih jauh Elisa sudah paham jika pria yang sekarang dihadapannya adalah pimpinan perusahaan ini. Tuan muda Jericho August Aditama.

Jericho sendiri nampak kesal. Tak lama kemudian bagian personalia datang, hendak menanyakan peristiwa barusan. Tapi dia tidak jadi masuk kedalam ruangan karena Jericho memberinya isyarat untuk pergi.

"Ini pertemuan pertama kita dan kamu sudah membuat saya kesal. " Ucap Jericho sambil melihat Elisa yang masih tertunduk. Sekarang dia sudah duduk di kursi utama, sambil memperhatikan Elisa

"Mohon maafkan saya, pak. Kejadian ini tidak akan terulang lagi. Saya berjanji. " Ucap Elisa bersungguh-sungguh. Matanya berkaca-kaca karena takut jika ia dipecat. "Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, pak. " Lanjut Elisa dengan suara yang mulai sengau. Antara ingin menangis tapi juga ingin berteriak.

Jericho yang menyadari perempuan dihadapannya akan menangis membuatnya merasa tak tega. Seperti yang sudah-sudah, dia tak bisa melihat air mata perempuan jatuh.

Dia tarik nafasnya panjang. Lalu melanjutkan perkataannya lagi.

"Baiklah, kali ini saya maafkan. Tapi ingat jangan di ulangi lagi. Lain kali juga jangan kunci pintunya.

Hati Elisa merasa lega mendengarnya. "Terimakasih banyak, pak. "

Jericho hanya mengangguk membalasnya. Lalu memperhatikan pintu yang tidak terdapat kunci ataupun terdapat slot di sekitar nya. Bagaimana cara pintu itu terkunci? pikir Jericho.

Dalam hati Elisa, dia sedang memaki hantu perempuan yang telah menganggunya tadi; Dasar hantu kurang ajar.

Terpopuler

Comments

Crystal Aurora

Crystal Aurora

salfok sama end nya
"" dasar hantu kurang ajar ""
jadi keingat diri sendiri yg pernah mengumpat hantu

2021-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!