Bab 14 (Pov Jericho)

Tidak semua orang bisa menutupi lukanya, perihnya, sakitnya. Namun, bagi mereka yang bisa: kalian luar biasa!.

---

Pov Jericho August Aditama

Drrtt... Drrtt... Drrtt

"Halo, selamat pagi pak. "

"Iya, pagi. "

"Pak, mbak Elisa sudah sadarkan diri, saya sudah siapkan surat pemecatannya. "

"Terimakasih untuk infonya, mengenai surat itu tunggu dulu. "

"Kenapa, pak? "

"Saya berubah pikiran mengenai itu, biarkan dia masuk kerja lagi setelah pulih. Dan ingat, jangan sampai apa yang terjadi pada Elisa di ketahui karyawan lain. Bilang saya dia anemia atau alasan lainnya. "

"Baik, pak"

Beberapa detik kemudian aku mematikan sambungan teleponnya. Kembali fokus pada secangkir kopi hitam di hadapanku. Sebenarnya bagian HRD sudah membuat surat pemecatan untuk sekertaris baruku sesuai perintah ku. Aku tak ingin membuang waktu dengan hal tak berguna seperti ini. Tapi , aku berubah pikiran setelah seorang perempuan bernama Riana menemuiku, meminta waktuku sebentar untuk berbincang, membicarakan hal-hal penting tentang Elisa.

"Bagi saya Elisa bukan sekedar teman atau sahabat, Elisa lebih dari itu bahkan orang tua saya mengenal dia dengan baik. Saya bertemu dengan Elisa saat kami kelas lima SD, dia murid pindahan dari luar kota, dia sangat pendiam, penyendiri dan jarang sekali bicara. Awalnya saya kira dia murid yang sombong. Namun, seiring berjalannya waktu saya jadi tahu apa yang sebenarnya menimpa hidupnya.

Ternyata dia seorang yatim-piatu, dia tinggal bersama kakek dan nenek dari pihak ibunya yang rumahnya tidak jauh dari kediaman orang tua saya. Orang tuanya sudah meninggal dunia dalam sebuah insiden perampokan di rumahnya. Ayah, ibu, nenek dari pihak ayah, adik perempuannya yang masih balita serta seorang asisten rumah tangganya tewas dibunuh perampok. Orang yang pertama kali mengetahui kejadian itu adalah Elisa sendiri yang saat itu baru pulang sekolah."

Deg.

'Miris sekali', seruku dalam hati.

"Satu-satunya orang yang selamat selain Elisa adalah adik keduanya yang bernama Erik yang berusia tujuh tahun, saat itu dia menderita luka parah tapi berhasil di selamatkan oleh tim medis. Setelah peristiwa itu, Erik mengalami trauma berat hingga menjadi tuna wicara, dia takut keramaian, takut melihat pisau tapi dia sangat suka melihat mobil. Hingga hari-hari dia suka menunggu Elisa di jalan pinggir jalan raya. Sampai kejadian yang tak di inginkan itu terjadi, Erik menjadi korban tabrak lari. Sekarang Erik mengalami koma di rumah sakit. Sedangkan penabraknya belum pernah tertangkap. "

Jelas Riana panjang lebar, raut wajahnya berubah sendu saat membicarakan keadaan Erik.

''Saya harap bapak bisa memahami yang saya maksud, saya harap bapak bisa mempertahankan Elisa di perusahaan bapak, karena bagaimna pun dia butuh biaya besar untuk pengobatan adiknya, " Lanjut Riana.

"Tapi dia masih punya kakek dan nenek kan? " Sanggahku.

"Kakek dan neneknya sudah meninggal dunia, pak. Tiga tahun lalu saat dia belum lulus kuliah. "

'Pilu sekali hidupnya', rasa empati menyeruak begitu saja tanpa mempertanyakan lagi kebenaran yang di sampaikan Riana. Toh untuk apa pula dia berbohong untuk hal demikian.

"Jika bapak berkenan, saya bisa tunjukan kepada bapak ruangan Erik di rawat. " Riana memberi tawaran untuk membuktikan ucapannya dan aku menyetujui itu. Aku dan Riana melewati beberapa bangsal rumah sakit untuk sampai di ruangan yang di maksud. Sepanjang perjalanan Riana tak hentinya membicarakan tentang Elisa.

"Elisa itu seorang indigo, pak. Dia memiliki kelebihan indera ke enam. " Aku terkejut dengan itu. Aku mengernyit dahi untuk berpikir lebih jauh lagi tentang Elisa; Indigo, keluarganya korban pembunuhan, dia selamat dan sekarang hidup berdua saja dengan adiknya. Sungguh aku ingin angkat topi kepada Elisa yang berhasil melalui cobaan hidupnya yang memilukan.

" Jadi bapak jangan heran jika Elisa sering bicara sendiri atau wajahnya tiba-tiba pucat pasi, itu tandanya dia sedang melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat orang. Tapi saya yakin, bapak sangat skeptis dengan hal-hal demikian, kan?" Riana tersenyum . "Saya bisa memahami itu, akan ada saatnya dia sangat membantu kehidupan pak Jericho nanti. Dia itu orang yang unik, " Lanjut Riana.

Unik. Mungkin itu kata yang tepat untuk menyatakan orang-orang indigo dengan kemampuan spesial mereka.

Aku yang sejak awal tak percaya akan hal-hal demikian, perlahan-lahan mulai menerima meskipun bagiku itu masih jauh dari logika.

Sesampainya diruang rawat Erik, kami hanya bisa melihatnya lewat jendela. Berbagai alat terpasang di tubuhnya. Kehilangan satu anggota keluarga saja bagiku itu sudah menyakitkan apalagi kehilangan mereka bersamaan dalam satu waktu.

Setelah melihat Erik kami kembali ke ruangan Elisa. Dokter yang memeriksa Elisa menyatakan tidak ada masalah dengan tubuh Elisa. Lalu apa yang membuat Elisa tidak sadarkan diri?

"Mungkin ini terdengar aneh, pak. Tapi tidak ada salahnya kita coba mendatangkan ahli spiritual kemari. Elisa pernah mengalami ini saat dia SMA. " Ucap Riana hati-hati.

Aku mulai berpikir sejenak. Sampai akhirnya mengiyakan saran Riana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!