Bab 7

Mohon maaf kepada para pembaca, author tidak update sekian lama. Sebagai gantinya author akan update beberapa episode nih hari ini, jangan lupa dibaca yaa😉.

#

Seorang perempuan sedang duduk seorang diri di ruang tunggu rumah sakit dengan wajah kusut memandang orang- orang yang sedang berlalu lalang. Matanya sembab karena semalaman menangis. Pikirannya tengah kalut membayangkan nasib adiknya di ruang ICU. Dia takut jika keluarga satu-satunya yang dia miliki ini meninggalkannya. Dia takut hatinya menjadi kepingan seperti yang sudah-sudah. Di tinggal mati oleh keluarga yang di sayangi itu bukan hanya meninggal kan diri dari sisi tapi juga rasa hampa hingga relung hati. Butuh waktu yang panjang sampai semuanya benar-benar berlalu. Apalagi keluarga nya kala itu tidak pergi bergantian namun bersamaan.

Dengan pikiran yang berkabut dia kembali membaca dua lembar kertas ditangannya; satu berisi tagihan rumah sakit sedangkan satu lagi adalah surat pemecatan dari kantornya. Alasannya sederhana saja, karena dia harus menjaga adiknya di rumah sakit selama beberapa minggu terakhir. Sehingga Dia sering tidak masuk kerja, bahkan ketika masuk pun dia juga sering keluar kantor mendadak karena ada panggilan mendesak dari rumah sakit tempat adiknya di rawat. Tentunya dia sangat paham itu, kantor tempatnya bekerja bukanlah miliknya, milik teman atau rekannya apalagi milik kakek buyutnya sehingga surat pemecatan itu memang pantas dia dapatkan. Tapi, masalahnya sekarang bagaimana dia membayar tagihan rumah sakit adiknya yang koma dan membeli kebutuhan lainnya jika tidak ada uang? Tabungannya hanya cukup membayar separuh biayanya. Dia meremas kertas dari kantornya lalu memasukannya ke tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya duduk. Menangisi semuanya tak akan berarti apa-apa, dia harus melanjutkan hidupnya, pikir nya lalu kembali duduk membuka ponselnya untuk mencari info kepada teman-temannya mengenai lowongan pekerjaan. Orang pertama yang dia hubungi adalah Riana.

[Ri, apakah kamu tahu dimana ada lowongan pekerjaan? Aku mau bekerja apapun asal akan itu halal. ]

tulisnya kepada teman sekantornya lewat aplikasi pesan singkat. Riana adalah sahabatnya yang selalu membantunya dalam segala hal. Lama tertulis kalimat mengetik pada kontak Riana, sampai akhir nya sebuah pesan masuk.

[El, maafkan aku ya. Aku mengirim CV mu tanpa izin ke perusahaan Aditama grup yang kebetulan membuka lowongan pekerjaan. Itu aku lakukan karena aku sudah tahu rencana bu Bos mengenai pemecatan mu. Dia kecewa dengan kinerja mu akhir-akhir ini. Semoga kamu diterima karena gajinya lumayan besar, bisa untuk biaya Erik di rumah sakit. Kalau kamu nggak suka, kamu boleh kok nolak atau cari pekerjaan lain. Oh, iya. Maafkan aku belum bisa menemuimu karena aku masih di luar kota sekarang. Jangan lupa kasih kabar jika Erik sudah sadar ya. Aku selalu mendoakan kesembuhannya. ]

Mata Elisa berkaca-kaca membaca isi pesan dari Riana. Sampai sejauh itu kepedulian sahabatnya ini. Antara ingin marah atau senang bercampur aduk, marah karena Riana mengambil data CV nya tanpa izin, tapi juga senang karena ada satu harapan dia bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Dia paham jabatan Riana adalah sekertaris sehingga dia bisa dengan mudah mendapatkan data CV nya. Elisa kembali membuka ponselnya kemudian mencari tahu tentang perusahaan Aditama grup melalui internet. Ada berbagai laman berita mengenai perusahaan Aditama grup, mulai dari sejarah berdiri Aditama grup, perkembangannya yang pesat, lowongan kerja bagian sekertaris hingga berita tentang kematian sekertarisnya yang bernama Mirna. Dalam hati Elisa sudah bisa menduga, kemungkinan lowongan itu dibuka ialah karena sekertaris sebelumnya meninggal dunia. Dia tak ingin berpikir yang aneh-aneh, karena yang terpenting sekarang adalah uang untuk pengobatan Erik yang koma dan menemukan pelaku penabrak adiknya yang kabur.

Saat Elisa tengah membaca laman berita tentang Mirna, sebuah panggilan telepon masuk dari nomor baru yang tak dia kenali.

"Halo, " Angkat Elisa

"... "

"Iya, dengan saya sendiri, "

"... "

"Oh, iya. Sangat bisa, pak. Baiklah saya akan bersiap-siap sekarang," Jawab Elisa dengan mata berbinar senang. Dia baru saja mendapatkan telepon dari Aditama grup untuk datang dalam sesi wawancara. Ada kemungkinan dia diterima, segera saja dia mengirim pesan kepada sahabat nya Riana untuk memberi kabar.

[Semangat El, aku berharap kamu segera bisa bekerja kembali]. Balas Riana

[Amin], Tulis Elisa.

Sekarang tujuan Elisa ialah pulang ke rumahnya untuk bersiap-siap sebelum berangkat ke kantor Aditama grup. Tapi, sebelum pulang dia ingin melihat adiknya terlebih dahulu. Setiap waktu yang dia lakukan ketika melihat Erik hanyalah untuk memastikan bahwa adiknya masih bernafas. Erik tidak pergi meninggalkannya.

Ketika Elisa hendak berdiri dari tempat duduknya, sebuah tangan dingin terasa menarik tangan kirinya seolah mencegah dia untuk beranjak. Dan benar saja. Seorang perempuan sedang menunduk, memengang tangan Elisa kuat. Wajah permpuan itu tak terlihat jelas karena tertutup oleh rambutnya yang tergerai acak-acakan. Dalam hati Elisa sudah bisa menduga siapa yang menahannya ini. Dia berusaha menutup matanya namun tak bisa, ingin lari pun percuma. Tubuhnya terasa kaku disentuh oleh perempuan itu. Rumah sakit bukanlah tempat yang menyenangkan terlebih bagi orang-orang dengan kemampuan khusus seperti Elisa.

"Mbak, tolong saya, mbak. Saya tahu mbak bisa lihat saya. " Ucap perempuan itu. Elisa tak bergeming.

"Mbak, tolong saya! " Ucap perempuan itu lagi sambil mengarahkan wajahnya ke arah Elisa.

Seketika Elisa ingin menjerit tapi suaranya seakan tertahan ditenggorokan. Wajah hancur penuh darah milik perempuan itu membuatnya amat terkejut. kedua bola mata yang keluar dari tempatnya, hidung yang remuk sampai rahang, hanya menyisakan kedua bibirnya yang utuh.

"Mbak, mbak, mbak Elisa," Panggil seseorang sambil menepuk pundaknya. Elisa menoleh, ternyata seorang perawat, dia memperhatikan perawat itu dari ujung kaki hingga kepala, untuk memastikan bahwa yang dia lihat benar-benar manusia bukan jin, setan atau yang lainnya. Perawat itu keheranan melihat Elisa yang memperhatikan nya dengan seksama.

"Ada apa mbak? " Tanya Elisa kemudian. Setelah merasa yakin bahwa yang dia lihat adalah manusia.

"Dokter yang menangani pasien atas nama Erik memanggil mbak Elisa ke ruangannya. Ada hal penting yang ingin disampaikan. Mari saya antar. " Kata perawat itu sambil tersenyum kepada Elisa.

"Iya mbak. " Elisa mengikuti langkah perawat itu pergi sambil melihat tempat duduk disamping nya yang sudah kosong tak ada apapun. Mahluk itu sudah pergi. Serunya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Ida

Ida

penasaran...

2022-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!