Bab 18

Sekarang dia datang, besok dia pergi. Karena yang sudah di gariskan akan tetap dilewati meski sekuat tenaga manusia mencoba menghindar.

***

Cahaya jingga merona di langit sore ini. Cuaca seharian yang cerah membuat matahari seolah tersenyum sebelum gelap menenggelamkannya. Suasana kota sangat indah apalagi saat cahaya jingga itu memantul dengan air sungai yang mengalir, sungguh Banjarmasin memang kota seribu sungai. Pemandangan menakjubkan bagi Elisa yang memang seorang opacraphile ( julukan untuk orang-orang yang menyukai sesuatu hal, berasal dari bahasa Yunani 'Philos-mencintai'. Istilah tersebut masih terbagi menjadi banyak istilah sesuai kesukaan setiap orang).

Setelah sejian menit mereka mengendarai mobil, akhirnya tiba kembali di kediaman Evelyn May Aditama. Elisa dibuat kagum dengan rumah yang baginya bak istana. Ketika cahaya senja berubah remang, lampu-lampu di rumah itu dinyalakan lalu pemandangan istana benar-benar ada dihadapannya apalagi saat dia mengingat tempat tinggalnya yang sederhana. Seperti langit dan bumi, sebuah jarak yang tak dapat di ukur lagi dengan tali.

Jericho menempati kamar keluarga yang ada di lantai satu sedangkan Elisa berada di kamar tamu yang letaknya berada di lantai dua. Rumah ini juga memiliki ruangan dasar di bawah tanah yang di peruntukan bagi asisten rumah tangganya.

Dengan tubuh yang penat Elisa menaiki anak tangga satu per satu, dia ingin segera mandi agar tubuhnya segar kembali setelah tanda tangan kontrak yang menguras energi tadi siang. Meyakinkan investor asing untuk mau bekerja sama itu bukan hal yang mudah. Itulah sebabnya tanda tangan kontrak tadi berlangsung lama dan alot. Meskipun akhirnya Jericho dan Elisa memenangkannya.

Sesampainya di lantai dua Elisa mengedarkan pandangannya, mengamati dengan seksama lantai dua rumah mewah ini, ada lima pintu, itu tandanya ada lima ruangan di lantai dua ini. Satu set sofa dengan televisi 42 inch di depannya, terletak di dekat balkon, skat antara balkon dan ruangan santai itu hanyalah tembok dari kaca yang di sertai tirai tebal yang belum di tutup, sudah Elisa yakini kaca itu adalah kaca tebal yang mahal. Serta aneka ornamen serta guci yang pastinya bukan barang murah, semakin mempercantik interior rumah mewah ini. Saat Elisa hendak membuka pintu kamarnya tiba-tiba ia mendengar seorang sedang bersenandung, netranya menangkap si pemelik suara, seorang perempuan sedang berada di balkon, berdiri membelakanginya. Bukannya tadi nggak ada orang?? Apa aku salah lihat?? Batin Elisa ragu.

Ia mendekati perempuan itu, karena ia yakin jika itu Evelyn. Dress yang dikenakan sama dengan tadi saat menyambut kedatangannya. Serta rambut lurusnya yang tergerai pun sama. Baru Elisa pahami jika perempuan itu sedang menimang-nimang sesuatu.

"Kak Evelyn, " Panggil Elisa namun yang di panggil tak menoleh.

"Kak, Kak Evelyn, " Ia mencoba lebih mendekat lagi tapi tetap saja yang di panggil tak menggubris. Elisa memegang pundak perempuan itu untuk memastikan bahwa ia benar-benar kakak dari bosnya Jericho.

Dingin.

Itulah hal pertama yang ia rasakan saat menyentuh pundak perempuan itu. Pikiran Elisa mulai curiga.

Sesaat kemudian perempuan itu menoleh.

Kecurigaannya benar; dia bukan manusia.

Wajah keriput dengan bibir lebar dari telinga kanan hingga telinga kiri, kedua mata besar tanpa alis. Dia tersenyum menyeringai kepada Elisa.

Elisa mundur selangkah ke belakang karena terkejut. Ia tak berteriak, tak ingin membuat kehebohan di rumah mewah ini. Bertemu hal demikian memang bukan hal baru baginya tapi berinteraksi sedekat ini bukanlah hal yang menyenangkan.

Kepala perempuan itu berputar seperti burung hantu, lalu perlahan tubuhnya menghadap ke arah Elisa. Terlihatlah dengan jelas apa yang ditimangnya sedari tadi. Bayi yang tubuhnya telah membiru, mata bayi itu melotot ke arah Elisa.

Bayi itu tersenyum tapi yang terlihat justru deretan gigi yang bertaring.

Sebenarnya Elisa ingin melangkah lebih jauh lagi kebelakang untuk menghindar tapi kedua kakinya seperti beku. Sulit untuk ia gerakan. Perempuan itu tersenyum semakin lebar. Seolah mentertawakan kebekuan Elisa.

Drttt..., drttt.., drttt.

Hand phone di dalam tasnya bergetar.Sebuah panggilan masuk dari Jericho, Elisa mengangkat telepon itu. Ia menundukan kepala nya sambil sesekali melirik ke arah perempuan itu; Miss K and baby.

"El, bisakah kamu turun untuk makan sekarang? "

"Maaf, pak. Saya hendak mandi. "

"Baiklah, nanti makanannya akan di antar ke kamarmu. "

"Terimakasih, pak. "

Sesaat kemudian sambungan telepon itu di matikan oleh bosnya dan perempuan tadi sudah hilang dari pandangan Elisa. Ia merasa begitu lega. Sialan! Ternyata dia hantu. Umpatnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

senja

senja

jadi arti opra apa? suka liat pemandangan?

2022-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!