Berdesir

Malam ini seluruh keluarga kumpul bersama di meja makan menikmati makan malam yang tersaji. Tidak ada perbincangan yang tercipta di antara mereka. Vira yang duduk berdampingan dengan Arka diam tidak berkutik. Seakan ia takut jika menimbulkan masalah.

Selesai makan malam. Vira pun membantu sedikit di dapur, di ruang keluarga terdapat Kakek, Faras dan Lydia yang sedang terlibat perbincangan. Killa sudah masuk kamar setelah makan malam begitupun dengan Arka.

"Ayah sudah bilang berkali-kali pada kalian untuk tidak memaksakan kehendak pada Killa. Kalian tahu betapa tertekannya Killa karena kalian." Vira yang hendak menuju kamar berhenti melangkah mendengar ucapan kakek.

Bukan karena hendak menguping, tapi rasa penasaran lebih tinggi. Maafkan Vira atas kelancangannya kali ini tapi hatinya berkata untuk melanjutkan tindakannya.

"Kami selalu memikirkan yang terbaik untuk Killa. Dia tidak boleh menjadi gadis manja dan memanfaatkannya nama orang tuanya. Aku tidak ingin Killa seperti Emely." Lydia bersuara menundukkan pandangan dengan gerakan tangan yang seolah menghapus air mata.

"Emely?" batin Vira.

Siapa dia dan apa kaitannya dengan Killa. Sungguh ini menjadi misteri bagi Vira.

"Killa dan Emely dua gadis yang berbeda. Sifat dan sikap keduanya sangat berbeda. Kalian jangan menyamakan mereka." Kakek terlihat marah.

"Dulu kami kehilangan Emely karena terlalu memanjakannya menuruti semua keinginannya."

"Sekarang kalian akan kehilangan Killa karena keegoisan kalian. Emely tak akan pergi jika kalian bisa sedikit tegas padanya. Jangan memandang Killa sebagai Emely. Killa adalah Killa, bukan Emely." Kakek membantah ucapan Faras.

"Sudah bertahun-tahun sejak Emely meninggalkan kita, seharusnya kalian belajar dari kesalahan. Jangan lemparkan rasa bersalah kalian pada Killa yang tidak tahu apapun." Baik Faras maupun Lydia mereka terdiam tidak membantah ucapan Kakek.

"Putriku, Emely...," gumam Lydia. Faras yang berada di dekat Lydia segera merangkul tubuh istrinya.

Mereka akui telah berbuat salah dengan menyamakan Killa dan Emely, padahal kedua gadis itu sangat jauh berbeda.

"Untuk apa kalian membicarakan dia." Semua menatap Arka yang berada di tengah tangga. Tak terkecuali Vira yang sedang bersembunyi menyimak perbincangan.

"Kemarilah, Nak." Faras berucap.

Arka menuruni satu persatu anak tangga hingga sampai di ruang keluaga. Duduk tak jauh dari kakek.

"Keluar. Tidak baik menguping." Ketiga orang yang berada di sana menatap heran pada Arka, sedangkan Vira yang ketahuan sudah bergerak gelisah dengan rasa takut yang tertera di wajahnya.

"Siapa yang menguping?" tanya Lydia.

"Vira." seru Arka membuat seluruh tubuh Vira menegang.

Memberanikan diri, Vira pun keluar dari balik tembok penghubung.

"Maaf," cicit Vira.

"Berhubung kamu sudah menguping, maka kemarilah agar tahu seluruh ceritanya." Vira mengangguk pelan atas perkataan Faras. Ia melangkah pelan menuju sofa.

Vira sempat melirik pada Kakek yang memasang wajah tak suka padanya.

"Mungkin kamu bertanya-tanya siapa itu Emely. Dia adalah putri kedua keluarga ini. Kakak Killa yang sudah lama meninggal," ucap Faras.

Vira cukup terkejut mengetahuinya, ia bahkan sampai menutup mulut agar suaranya tidak terdengar. Tidak dapat dibayangkan bagaimana Killa hidup dalam bayang-bayang Emely. Sekarang ia tahu alasan dibalik sikap Faras dan Lydia.

Emely adalah anak kedua dari Faras dan Lydia, dia sangat cantik dengan senyum yang sangat memikat hati. Namun, sikapnya yang sangat manja dan egois menjadi nilai minus. Memanjakan anak memang tidak salah tapi harus ada batasnya, tapi Faras dan Lydia melakukan kesalahan.

Setiap permintaan Emely selalu mereka turuti hingga akhirnya mereka harus kehilangan Emely dalam insiden kecelakaan. Tiga tahun setelah kehilangan Emely lahirlah Killa putri ketiga mereka. Tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya membuat mereka bersikap seolah tidak peduli pada Killa. Perlakuan yang mereka anggap benar ternyata menyakiti hati putri mereka. Kenapa harus melampiaskan pada Killa.

"Ba ... bagaimana bisa. Killa, dia...." Vira tidak dapat melanjutkan ucapannya dalam kondisi yang masih terkejut.

"Killa tidak tahu akan Emely, jadi sebisa mungkin rahasiakan hal ini. Kakek tidak ingin Killa bersedih kembali." Vira menatap Kakek seakan meminta penjelasan, tapi ia urungkan karena tatapan mengintimidasi milik Kakek.

"Faras, Lydia." Kedua orang itu menoleh ketika kakek memanggilnya.

"Perhatikan Killa mulai sekarang, beri dia kasih sayang yang seharusnya dia dapatkan dari kalian sewaktu kecil," ucap kakek yang diangguki keduanya.

"Untukmu Arka. Jangan bersikap kasar lagi pada Killa atau siapapun atau kakek akan mencoretmu dari ahli waris."

"Terakhir, Vira." Wanita itu segera menatap kakek.

"Terima kasih sudah membuat Killa tersenyum dan merasa aman berada di sisimu. Killa selalu bercerita tentangmu hingga telinga kakek panas rasanya." Vira yang awalnya sudah dag dig dug setengah mati. Kini ikut tersenyum bersama kakek.

"Kakek ini bicara apa. Seperti mau mati saja."

Duk!

Aww

"Dasar cucu nakal, kamu ingin kakek cepat mati ya." Kakek kembali memukul kaki Arka hingga pria itu mengaduh kesakitan.

Pandangan Vira tertuju pada tingkat tersebut. Tongkat yang pernah kakek layangkan untuk memukul dirinya.

"Maafkan kakek karena sudah memukulmu tempo hari," ucap Kakek yang melihat arah pandang Vira.

Wanita itu tersenyum tipis sebelum berkata, "tidak apa, aku mengerti kondisi kakek saat itu."

Semua orang dapat bernafas lega, tak adaa lagi beban di hati dan pikiran mereka. Semua hilang tak berbekas dan mungkin Faras dan Lydia harus berusaha untuk mendekatkan diri pada Killa. Putri yang selama ini kekurangan kasih sayang mereka.

Masih tersisa tiga hari untuk masa skors Killa dan mereka berencana membawa Killa untuk liburan bersama. Membangun ikatan dari awal lagi. Mengakrabkan diri pada Killa yang sudah beranjak dewasa.

"Kamu mau kemana, Arka. Membawa koper sebesar itu." Faras berucap ketika melihat koper di dekat tangga.

"Aku ada perjalan bisnis untuk seminggu," ujar Arka.

"Tidak ada konfirmasi dari pihak perusahaan yang mengharuskanmu melakukan perjalanan bisnis." Faras berkata dengan mengingat-ingat masalah di perusahaan.

"Ini mendadak dan aku harus berangkat malam ini." Arka melihat jarum jam di pergelangan tangannya, ia bangkit menghampiri kopernya.

"Benarkah?" Faras masih belum percaya.

"Iya, Pa. Jika masih belum percaya tanyakan saja pada sekretaris ku," kata Arka.

"Aku berangkat," sambungnya.

"Tunggu." Arka menghentikan langkah ketika suara kakek terdengar.

"Aku sudah telat, Kek."

"Apa kamu tidak berpamitan pada istrimu terlebih dahulu. Dia akan merindukanmu selama seminggu."

Uhuk

Vira tersedak ludahnya sendiri dengan ucapan Kakek. Jujur saja selama mereka menikah tidak ada perlakuan seperti itu. Tak ada interaksi saat mereka akan berangkat bekerja.

"Huft, aku sudah sangat telat. Aku bisa ketinggalan pesawat," protes Arka.

"Apa susahnya hanya berpamitan pada Vira atau kamu malu karena kita ada di sini," goda Lydia yang sedari tadi diam.

Tidak ingin mengulur waktu lebih lama. Arka pun menuruti ucapan kakek. Ia berjalan menghampiri Vira yang masih duduk. Menyadari jika Arka mendekatinya, Vira pun bangkit.

Aish, mengapa Vira merasa gugup. Mengapa jantungnya berdetak sangat cepat. Matanya pun tak teralihkan dari Arka.

Dengan sangat terpaksa karena ditatap oleh ketiga orang di sana. Arka pun merengkuh tubuh Vira ke dalam pelukannya, mengelus lembut rambut Vira.

Vira yang mendapat perlakuan tersebut hanya mampu terpaku tanpa membalas pelukan Arka. Ia terkejut dengan tindakan Arka yang sangat langka. Namun, pelukan Arka terasa sangat nyaman untuk Vira, ia bahkan sampai menutup mata untuk menikmati pelukan itu. Perasaan yang dulu sempat hadir untuk Arka, apa kini kembali ia rasakan.

Arka melepas pelukannya. Menatap kedua manik mata Vira, kemudian mengecup sebentar kening Vira.

"Aku pergi, jaga dirimu baik-baik." Vira bahkan tidak mampu untuk mengedipkan kedua matanya. Hatinya berdesir dengan tindakan Arka.

"Itu baru putraku," goda Faras.

***

Happy reading

Jelaskan kenapa orang tua Killa memperlakukan dia dengan seenaknya. Mereka cuma takut kehilangan Killa.

Salam sayang dari aku

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

sepertinya yang agak "waras" cuma pak Faras ya...

2024-01-23

2

EndRu

EndRu

Kakek ternyata masih kuat sehat. kenapa ga pernah keluar kamar yang gelap begitu

2023-12-01

0

aisyahara_ㅏㅣ샤 하라

aisyahara_ㅏㅣ샤 하라

di peluk doang udh berdesir.. males lah kalau tau sikap nya arka

2023-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!