Keributan

Pernikahan identik dengan warna putih karena warna itu memiliki arti suci. Kesucian yang berada dalam ikatan pernikahan dan begitulah gedung tempat diadakannya pernikahan Arka dan Arleta. Dekorasi yang serba putih dengan tambahan beberapa warna biru langit sungguh terlihat sangat indah. Para tamu undangan datang silih berganti mengisi gedung tersebut, para media ikut serta dalam mengabadikan pernikahan anak dari pemilik perusahaan terbesar. Flash kamera menyorot para tamu yang berdatangan ada juga yang melakukan wawancara.

Pernikahan ini akan menjadi fenomenal karena dilangsungkan dengan begitu indah, konsep yang dipilih pun menelan biasa yang fantastis. Arka sungguh menyiapkan pernikahan dengan sangat mewah. Menurutnya pernikahan sekali seumur hidup dan ia ingin membuatnya sangat berkesan baginya dan juga perempuan yang sebentar lagi menjadi istrinya.

Seorang gadis yang mengenakan dress putih di bawah lutut terlihat menaiki tangga menuju kamar rias pengantin di mana sang kakak sedang di make over. Keluarga kedua belah pihak sudah datang itu yang Vira tahu dari ibunya dan sudah waktunya bagi Arleta untuk turun, maka sang ibu meminta Vira untuk memanggil Arleta sekaligus menemani mempelai wanita turun.

Saat sampai di kamar rias dahinya mengkerut melihat para penata rias berdiri dengan gelisah di depan pintu. Vira berusaha berpikir positif mungkin saja Arleta sedang dibantu mengenakan gaun dan meminta beberapa perias untuk keluar. Ia tidak boleh berprasangka buruk. Pelan ia mendekati para perias itu.

"Apa kakakku sudah siap, dia harus segera turun," beritahu Vira.

"Maaf nona sebenarnya ada masalah," salah satu perias berucap.

"Masalah? Masalah apa."

"Ketika sudah selesai merias. Nona Arleta meminta kami semua untuk keluar katanya dia akan menggenakan gaunnya sendiri, tapi setelah sekian lama menunggu pintu tak kunjung terbuka. Kami sudah berusaha untuk memanggil dan mengetuk pintu tapi tidak ada respon dari dalam."

"Lantas kenapa kalian semua diam saja dan tidak memberitahu hal ini pada keluarganya."

"Maaf nona atas kelalaian kami, kami tidak dapat berpikir jernih."

Vira mengusap wajahnya memutar otak untuk menemukan cara paling efektif. Akan menjadi masalah besar jika Arleta tak kunjung keluar, ia tidak mau ambil risiko sehingga menghubungi petugas keamanan untuk membantu mereka. Cukup lama menunggu petugas keamanan menemukan kunci yang cocok untuk kamar tersebut. Melihat kegelisahan para perias Vira pun ikut gelisah.

Vira segera masuk ketika pintu berhasil dibuka. Ia mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar berusaha menemukan keberadaan Arleta. Kosong, Vira tidak menemukan keberadaan Arleta bahkan di kamar mandi sekalipun. Kini wajah Vira sudah pucat pasi jikalau apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi.

Matanya menangkap sesuatu yang berada di atas meja rias. Ia bergerak menggapainya, sebuah surat yang ditunjukkan untuk kedua orang tuanya. Rasa penasaran yang begitu menggebu dalam dirinya membuatnya nekat membuka surat tersebut.

Maaf ayah, ibu. Aku tidak bisa melakukan pernikahan ini. Aku mencintai pria lain dan pria itu bukan Arka. Aku sungguh minta maaf ayah karena sudah membuatmu malu , tapi aku tidak bisa membohongi diriku, hatiku sudah dimiliki oleh pria yang amat kucintai. Aku pergi ayah, ibu. Aku harap kalian memaafkanku atas sikapku. Pintalah Vira untuk menggantikan tempatku dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan keluarga kita dari malu. Tertanda Arleta Berlint.

Vira merasa sebagian nyawanya telah hilang, tapi ia masih bisa merasakan detak jantungnya yang sangat cepat. Nafasnya tercekat dan matanya buram untuk sekejap ia tidak bisa merasakan kaki yang menopang tubuhnya. Perlahan ia meluruh di atas lantai dengan berpegangan pada kursi rias. Otaknya masih berusaha menyimpulkan atas isi surat tersebut.

Vira menggeleng tidak setuju dengan apa yang ia pikirkan. Arleta memang tidak pernah terlihat memperhatikannya, tapi Vira yakin Arleta tidak akan setega itu membuatnya menanggung kesalahan yang diperbuat Arleta. Vira memang ingin berada di posisi Arleta, tapi bukan untuk menggantikannya menikah dengan Arka. Tidak pernah terlintas di benaknya untuk menikah dan bagaimana bisa Arleta memutuskan dengan begitu mudah untuk Vira menikah dengan Arka. Kenapa Arleta mengorbankan dirinya apa tidak cukup dengan semua tindakan yang Arleta lakukan pada Vira hingga mengorbankan Vira.

Saat termenung memikirkan segala hal yang berkecamuk dalam dirinya. Ia melihat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda memasuki kamar dengan khawatir. Vira duga pasti para perias memberitahu orang terkait. Vira tahu dia adalah ibunda Arsen yang bernama Lydia. Belum sempat Vira berdiri Lydia sudah menghampirinya dengan wajah yang merah padam.

"Dimana calon menantuku!" Suaranya keras menggelegar cukup bagi Vira senam jantung. Suara itu sudah hampir menyamai kemarahan ayahnya.

"Aku tidak tahu tante saat aku sampai di...."

"Kau pasti berbohong cepat katakan di mana calon menantuku. Seluruh orang sudah menunggu." Lydia tidak mau mendengar penjelasan apapun dari Vira. Ia hanya menuntut keberadaan Arleta tanpa melihat jika Vira sendiri pun kebingungan.

"Kau menyembunyikannya di mana." Lydia mengguncang tubuh Vira. Gadis itu tak menjawab apapun karena ia sungguh tidak tahu dimana Arleta berada. Vira merasa jika Lydia seolah-olah menyalahkan dirinya atas hilangnya Arleta.

Kamar yang semula hanya terisi oleh Vira dan Lydia kini terasa penuh dengan kedatangan Pras, Melisa dan Faras, ayah Arka dan juga Arka sendiri. Melisa menghempas tangan Lydia yang masih berada di bahu Vira, ia membawa Vira ke belakang tubuhnya.

"Maaf, Nyonya. Anda tidak berhak menyalahkan putriku," ucap Melisa setenang mungkin.

"Apa yang terjadi, di mana Arleta." Arka mencari keberadaan Arleta dalam ruangan itu. Ia menghiraukan ketegangan yang tercipta di sana.

"Sayang, Arleta tidak ada. Ketika mama sampai di sini hanya ada gadis itu." Tunjuk Lydia pada Vira yang berada di belakang Melisa. Semua menatap Vira tak terkecuali Melisa.

"Bu...," lirih Vira.

Ia menyodorkan surat yang sempat ia baca pada Melisa. Matanya menatap takut-takut atas reaksi Melisa, tapi beberapa detik setelah membacanya Melisa hanya menghembuskan nafas dengan menutup mata. Surat itu direbut oleh Pras, kemarahan jelas ada di mata pria beruban itu. Surat itu berpindah tangan dan terakhir berada pada Faras.

Pras menarik lengan Vira agar keluar dari persembunyian. Vira sempat meringis karena cengkraman sang ayah menyakitinya, ia tidak berani bersuara saat tatapan membunuh milik Pras menghunus padanya.

"Katakan di mana putriku! Kau pasti sudah mempengaruhi Arleta untuk kabur kan. Jawab!"

"Aku juga putrimu, Ayah." Ingin sekali Vira berkata seperti itu, tapi tidak. Ia hanya menggeleng.

"Kau kira saya bodoh, wajah melasmu itu tidak akan mengubah fakta bahwa kau yang membuat Arleta pergi." Pras sangat marah ia membentak Vira tanpa melihat keadaan jika calon besannya juga ada di sana.

Vira tidak dapat membantah perkataan Pras. Bibirnya kelu untuk berucap, ia tidak memiliki keberanian untuk melawan meskipun dirinya benar. Tidak ragu jika mereka menuduh Vira karena mereka melihat sendiri hanya ada Vira dalam kamar.

"Kamu tidak berhak menyudutkan Vira. Aku tahu betul sikap Vira dan dia tidak akan berani membuat masalah sebesar ini," bela Melisa menarik Vira dalam sebuah pelukan hangat seorang ibu. Melisa tahu jika Vira sangat terkejut.

"Aku akan mencari Arleta." Arka bersuara, ia berbalik menuju pintu keluar tapi langkahnya dihentikan oleh Faras. Pria itu menatap manik mata sang putra.

"Tidak ada waktu. Para tamu sudah menunggu dan ada banyak reporter yang meliput pernikahan ini."

"Aku tidak peduli," sarkas Arka.

"Kau harus peduli, Arka! Bisnis yang kakekmu bangun dari bawah akan hancur dalam sekejap jika pernikahan ini gagal. Papa tidak akan menyia-nyiakan jerih payah kakek mu untuk sampai pada titik ini dan untuk itu kau harus...." Faras menjeda perkataanya.

"Menikah dengan Vira."

"Tidak!"

***

Happy reading

Kenapa tiba-tiba Arleta pergi?

Salam sayang dari aku.

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

ini sangat menjengkelkan... orangtua dengan gampang menuduh Vira... gila...

2024-01-23

0

Sabiya

Sabiya

gue juga g peduli

2024-01-09

0

Sabiya

Sabiya

Ayah g berperasaan.nuduh seenak jidat

2024-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!