Situasi

Keras kepala Arka sudah mendarah daging. Berbagai cara yang digunakan Melisa agar bisa membawa Vira bersamanya digagalkan oleh Arka. Pria itu tidak mengizinkan Melisa membawa pergi Vira, dia juga mengancam akan menutup akses pertemuan ibu dan anak jika Melisa terus menaksa ingin membawa Vira pergi.

Tidak ada pilihan lain bagi Melisa selain mengikuti perkataan Arka. Pria keras kepala itu pasti akan menggunakan berbagai cara untuk merebut Vira dan lebih parah Arka akan menggunakan kekuasaan. Melisa tidak dapat memilih selain menurut apalagi ketika Arka akan menutup akses pertemuannya dengan Vira.

Dengan sangat terpaksa Melisa melepas Vira pergi bersama Arka setelah putrinya itu sadar, walau dalam keadaan lemas Arka memaksa membawa Vira pulang. Tama hanya bisa menghela nafas atas permintaan Arka. Hendak melarang pun tidak akan bisa. Jadi, Tama mengizinkannya dengan syarat Arka tidak boleh menyentuh Vira sebelum pulih.

Arka dan Vira meninggalkan rumah sakit dan Melisa hanya bisa menatap kepergian mereka. Perasaan tidak enak hinggap di hati seorang ibu.

Dalam keadaan setengah sadar dari obat bius. Vira dapat melihat Arka dan dirinya yang berada dalam sebuah mobil tidak lama matanya memberat dan ia tertidur kembali.

Arka menoleh ke samping melihat Vira yang menutup mata. Kebenciannya semakin besar ketika melihat wajah damai Vira yang terlelap dalam tidur. Arka masih tetap mengganggap jika Vira yang berada dibalik perginya Arleta. Arka percaya jika Vira sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari.

Tidak akan Arka biarkan Vira hidup tenang setelah menghancurkan rencana masa depan yang sudah Arka susun. Ia sudah sangat lama menantikan akan bertemu kembali dengan Arleta dan menjadikannya sebagai istri, tapi semua hancur karena Vira. Sebagai adik seharusnya Vira mendukung kebahagiaan kakaknya, tapi tidak dia justru merebut apa yang sedari awal menjadi milik Arleta.

Sekali Arka membenci seseorang maka ia akan menghancurkannya hingga dasar. Arka akan membuat Vira menderita sedemikian rupa hingga memohon agar terlepas dari hubungan mereka. Perceraian bisa saja menjadi jalan alternatif bagi mereka tapi tidak untuk sekarang karena Arka masih belum puas untuk menyaksikan penderitaan Vira.

Mereka tiba di rumah dan Vira belum juga bangun. Arka menyentuh bahu Vira dan mengguncangnya.

"Bangun."

Vira terusik, kelopak matanya terbuka perlahan. Ia melihat sekitar dan menyadari jika dirinya sudah sampai di rumah.

"Cepat turun. Aku tidak ingin mobilku kotor." Tidak banyak membantah Vira menurut membuka pintu mobil, lalu turun.

Tubuhnya masih sangat lemas ia bahkan tidak dapat berdiri dengan tegak dan jika Vira tidak berpegangan pada pilar rumah, maka dapat dipastikan Vira akan jatuh. Mobil Arka menyala meninggalkan pelataran rumah. Melihat itu Vira hanya bisa mengulas senyum. Di saat kondisi Vira yang seperti itu Arka tidak peduli sedikitpun. Alih-alih mengantarnya hingga dalam kamar pria itu justru meninggalkan Vira di depan pintu rumah.

Vira membuka pintu melangkah dengan sangat pelan. Ia merasakan sakit pada intinya jika bergerak terlalu banyak. Tidak ada yang bisa Vira mintai tolong. Ia harus berusaha sendiri untuk masuk kamar.

Menahan perih dan sakit Vira memaksakan diri menaiki tangga menuju kamar. Berpegangan pada pembatas Vira menguatkan langkahnya.

Vira duduk di tepi ranjang saat berhasil masuk kamar. Memejamkan mata untuk menetralisir rasa sakit. Menghembus nafas secara perlahan. Vira merebahkan tubuhnya. Menarik selimut untuk menghalau hawa dingin. Vira tertidur lagi.

"Bodoh," maki Arka pada deretan pria berpakaian serba hitam.

"Aku meminta kalian untuk mencari satu gadis. Apa begitu sulit atau kalian sudah tidak bisa diandalkan lagi."

"Maaf, tuan. Kami masih terus mencarinya."

"Cari dia sampai dapat atau nyawa kalian sebagai gantinya."

"Baik." Mereka semua berucap serentak, kemudian meninggalkan Arka.

Pria itu mengusap wajahnya kasar. Tempat yang tadinya rapi kini berantakan akibat perbuatan Arka. Ia menghancurkan semua benda karena amarah yang menguasainya. Selesai menyalurkan rasa amarahnya. Arka memilih duduk menjambak rambutnya frustrasi.

"Kamu di mana, Sayang. Aku merindukanmu," lirih Arka.

Di sebuah kamar yang cukup luas dengan dihias berbagai furnitur pendukung menambah kesan cantik nan elegan. Bersandar pada kepala ranjang dengan tatapan kosong.

Seseorang yang begitu dicari oleh Arka. Sosok gadis yang amat dicintai oleh Arka. Dialah Arleta yang duduk termenung memikirkan sesuatu. Perempuan yang sudah meninggalkan acara pernikahannya dan mengorbankan sang adik.

"Maafkan aku," batin Arleta.

Perempuan itu menghela nafas lirih. Tidak tahu harus berbuat apa. Arleta selalu berpikir mengenai tindakannya waktu itu. Apa ia sudah mengambil langkah yang benar atau salah. Bagaimana situasi setelah dirinya pergi.

Melihat jika media masih mencetak kabar pernikahan Arka, Arleta menjadi yakin jika Arka dan Vira sudah menikah. Adiknya menikah dengan mantan calon suaminya. Berkali-kali Arleta memikirkan tentang pernikahan keduanya.

Biar Arleta tebak Arka saat ini pasti sedang mencarinya dengan mengerahkan seluruh bawahannya. Arleta bukan tidak ingin menikah dengan Arka, tapi ia memiliki alasan sendiri mengapa melakukan semua itu dan menjadikan Vira sebagai penggantinya.

"Vira, kakak melakukan semua ini demi kebahagianmu. Saat ini boleh saja Arka membencimu tapi yakinlah suatu saat nanti Arka akan sangat mencintaimu. Kakak minta jangan menyerah hingga waktu itu datang," gumam Arleta menatap kilatan petir yang menjalar di langit yang gelap.

"Maaf Arka kamu pasti sangat kecewa atas kepergianku, tapi ini jalan yang terbaik untuk kita. Aku bukan perempuan yang pantas mendapat cinta tulusmu." Arleta menatap foto Arka yang berada di koran.

Arleta tersenyum melihat Arka dan Vira yang bersisihan mengenakan pakaian pengantin. Arleta akui seharusnya dirinya yang berdampingan dengan Arka, tapi ia tidak menyesal menyerahkan tempat itu pada Vira.

"Aku sangat menyayangimu, Ayah. Maafkan putrimu yang sudah membuatmu malu. Aku harap Ayah tidak akan membenciku." Kini Arleta beralih pada foto sang Ayah yang berada di dompetnya.

"Aku akan kembali saat kondisi sudah tenang. Hingga saat itu datang aku harap terjadi perubahan seperti apa yang aku bayangkan." Arleta tersenyum tipis. Mematikan lampu dan mulai terlelap, beban hatinya sedikit berkurang saat ia mencurahkan isi hatinya meski tidak ada yang mendengarnya.

Langit begitu mendukung situasi yang terjadi pada ketiga manusia itu. Menggelegarnya suara petir menandakan bagaimana ketiganya sedang dilanda sebuah perasaan yang menyesakkan. Dari mereka tidak ada yang tahu masalah yang sedang dihadapi.

Arka yang memikirkan segala kemungkinan keberadaan Arleta. Mencarinya tanpa lelah dengan tekad yang kuat. Hidup dengan rasa benci terhadap Vira. Membalaskan dendam yang belum tentu itu sebuah kebenaran.

Vira yang menutup mata. Mengistirahatkan tubuh yang sangat lelah. Bukan hanya tubuh tapi juga pikirannya. Ia lelah menghadapi Arka dan kehidupan pernikahan yang tidak sesuai ekspetasi.

Arleta yang tidur dengan sudut bibir terangkat. Sebuah harapan indah hadir dalam pikirannya. Harapan indah yang akan membuat Arleta tidak menyesali tindakan bodohnya.

***

Happy reading

Yeay up lagi nih hehe😂 jangan lupa dukung author terus ya.

Salam sayang dari aku.

Terpopuler

Comments

Ve

Ve

bodoh

2024-02-07

1

Ve

Ve

ia sudah menantikan lama berjumpa kembali dengan arleta.. gw yakin sih pasti salah orng dy,shrsnya itu vira..
biasa seperti itu..
wkwkwkkkk

2024-02-07

4

Patrish

Patrish

langkahmu menjerumuskan Vira kejurang neraka...kakak macam apa kau

2024-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!