Rencana Mengakhiri

Arka terus menarik Vira menaiki tangga dan baru melepas cekalannya setelah pintu kamar tertutup. Mengusap wajahnya sekilas sebelum menarik nafas panjang.

"Apa maumu. Tidak bisakah kau diam dan tidak ikut campur dalam masalah keluarga ini. Kau hanya pengganti." Arka menekan kata terakhirnya mengingatkan Vira akan tempatnya.

Vira menggeleng pelan nyaris tak terlihat seperti gelengan. Perempuan itu memandang wajah Arka yang tampak lelah dengan lingkaran hitam yang menghiasi kantung matanya.

Sebuah pertanyaan sempat melintas di benaknya. Kenapa Arka diam saja saat Lydia memarahi bahkan memukul Killa. Kenapa Arka cuek dengan masalah adiknya.

"Aku tidak mungkin diam saja. Killa tidak salah dan dia tidak pantas mendapat hukuman seperti itu." Vira menjawab dengan lantang tanpa keraguan sedikitpun padahal ia belum mendengar cerita sebenarnya dari Killa dan hanya karena amarah Vira menyimpulkan demikian.

"Sejauh mana kau mengenal Killa." Tatapan tajam diberikan Arka pada Vira. Ia muak melihat sikap Vira yang seakan mengerti segalanya.

"Apa kau juga mengenal adikmu." Telak. Arka terdiam tak bisa menjawab. Ia akui sejauh ini memang tidak dekat dengan Killa. Meski mereka hidup dalam satu rumah bukan berarti Arka akan mengetahui semua tentang adiknya. Kesibukan keduanya yang menjadi pemicu dibalik ketidakharmonisan hubungan keduanya.

"Buka mata dan hatimu. Killa adikmu, adik perempuan satu-satunya yang seharusnya kamu jaga. Tidak bisakah kamu melihat bagaimana tersiksanya Killa hidup dalam keluarga ini." Dari mata Killa yang selalu memancarkan aura dingin, Vira tahu bahwa gadis itu memiliki masalah yang selalu di pendam sendiri. Sekarang terbukti satu persatu masalah itu muncul kepermukaan menunjukkan jati dirinya.

"Ku peringatkan untuk terakhir kalinya jangan mencoba membuat ruang di hati keluarga ini. Karena saat Arleta kembali kau akan ku ceraikan." Bagai tersayat sembilu, menciptakan luka yang menganga mengalirkan rasa pedih yang teramat.

Arka akan menceraikan Vira saat Arleta kembali dan sebelum hal itu terjadi Arka akan membuat Vira jatuh hingga dasar tanpa bisa bangkit. Hal berharga milik Vira sudah Arka rampas, melukai hati dan fisiknya pun sudah berulang kali Arka lakukan. Jadi, apalagi yang akan Arka lakukan untuk menghancurkan Vira hingga dasar.

Jika tidak memikirkan harga diri orang tuanya di mata masyarakat. Vira pun sanggup untuk cerai saat ini juga, tapi ini masih terlalu awal untuknya bercerai. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai dirinya yang hidup pernikahannya cuma bertahan beberapa hari.

"Kau sudah tahu apa yang akan terjadi padamu saat Arleta kembali. Dicampakkan, dibuang, dilupakan dan tak dianggap. Semua itu yang akan terjadi padamu, maka jangan coba membuat masalah." Vira tersenyum miris akan perkataan Arka. Tidak tahukah jika Vira sudah melaluinya bahkan sebelum bertemu dengan Arka. Hidup tidak akan pernah mulus dan Vira sudah melewati berbagai krikil dan batu besar. Tidak ada yang Vira miliki selain ibunya sendiri.

Diceraikan oleh Arka tidak akan menjadi masalah besar bagi Vira justru ia akan bahagia karena bisa lepas dari jerat hubungan tak jelas di antara mereka.

"Silakan jika kamu ingin cerai, aku tidak akan mencegahnya. Mari kita tunggu kak Arleta kembali. Setelahnya tolong cepat beri aku berkas perceraian." Vira berusaha menguatkan hati. Memantapkan pikiran agar dapat berpikir dengan jernih.

Kenapa memulai jika akhirnya harus seperti ini. Menikah lalu berpisah apa yang akan didapat dari pernikahan sementara itu.

"Baik, kita tunggu saja dan saat masa itu datang kau akan sangat terluka. Kau hancur."

"Kenapa harus menunggu jika saat ini saja aku sudah hancur. Aku tidak memiliki apapun lagi yang bisa aku banggakan dan kau lah orang yang sudah merenggutnya." Vira menunjuk dada kiri Arka menekannya dengan kuat. Menyalahkan pria itu atas apa yang telah terjadi padanya.

"Cepat temukan Kak Arleta agar aku bisa cepat pergi darimu. Aku sudah tak tahan terus berada di sampingmu." Bohong jika selama ini pernikahannya baik-baik saja karena pada kenyataannya semua rumit dan Vira yang terus tersakiti.

Vira menjauh dari Arka yang seenaknya sendiri dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Mengambil baju kerja dan juga handuk. Vira melangkah masuk kamar mandi.

Vira menopang tubuhnya pada pinggiran wastafel menundukkan kepala untuk meringankan beban. Ia menatap pantulan wajahnya pada cermin.

"Sadar, Vira. Meski kau korban tapi semua orang menuduhmu sebagai tersangka. Tidak ada yang percaya padamu kecuali ibu." Vira berbicara sendiri, menatap lekat-lekat wajah di cermin. Dahinya mengernyit melihat plester penurun demam. Dilepasnya plester tersebut. Memandangnya dengan penuh tanda tanya.

"Apa semalam aku demam? Oh! Astaga bagaimana bisa." Vira menutup wajah merasa malu setelah mengingat kejadian semalam.

"Aku tidak akan berterima kasih padanya toh dia saja terus menyakiti ku, tapi bagaimana bisa aku lupa tentang semalam." Vira menundukkan kepala di antara lipatan tangan. Menggeleng pelan.

"Aku sangat malu." Vira sadar dan Vira ingat apa yang semalam terjadi. Ia sadar dari pingsannya saat kepalanya di elus pelan oleh Arka. Pria itu tidak terlihat mengerikan dan Vira menganggapnya sebagai mimpi. Melingkarkan tangan memeluk pinggang Arka.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang," gumam Vira.

Perempuan itu secepat mungkin melalukan ritual paginya. Keluar kamar mandi sudah berganti pakaian mengajar. Arka langsung masuk kamar mandi karena ia pun sudah terlambat. Tidak ada waktu untuk Vira angkat bicara.

Vira memilih memoles wajahnya dengan beberapa produk kecantikan, simpel tapi terlihat cantik. Terakhir menggunakan lipbalm agar bibirnya tidak kering. Mengatur rambutnya agar tidak mengganggu saat mengajar.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, seketika Vira melihat ke arah sana, tapi ia segera mengalihkan pandangan karena Arka hanya mengenakan celana panjang dengan bertelanjang dada. Meskipun ia pernah melihatnya secara terang-terangan tetap saja Vira malu.

Perempuan itu segera mengambil tasnya yang berada di ranjang. Keluar kamar dengan dada bergemuruh. Arka hanya memicingkan mata melihat tingkah Vira.

Vira menyempatkan untuk menghampiri Killa. Mengetuk pintu dan juga memanggil nama Killa, tapi pintu tak kunjung terbuka.

"Killa, aku tahu kamu bisa mendengarku. Aku akan mengurus masalahmu dengan Sasa. Aku yakin kamu tidak salah, besok kamu pasti sudah boleh masuk sekolah. Kamu belajar di rumah saja nanti akan aku bawakan salinan materi." Vira berucap, menghela nafas kasar.

"Jangan berjanji palsu! Aku lelah dibohongi berkali-kali! Janjimu sama dengan janji semua orang!" teriak Killa dari dalam kamar. Suara Killa terdengar bergetar dan serak.

"Aku akan menepati ucapanku," balasnya.

Tidak ada lagi sahutan dari dalam kamar membuat Vira menatap gusar. Ia harus bisa menepati ucapannya, mendengar Killa meragukannya tidak menyurutkan semangat Vira melainkan membuatnya semakin gencar untuk mengetahui kebenaran dan menunjukkan jika Killa tidak bersalah.

***

Happy reading.

Vira, fighting. Semangat gak boleh nyerah biarkan Arka dengan rencananya sendiri karena aku akan menentukan jalan cinta kalian 🤭

Salam sayang dari aku.

Terpopuler

Comments

Yenti Ovi

Yenti Ovi

Thor buat Bira kuat ding

2024-03-02

0

Dede Ikha Malkit

Dede Ikha Malkit

up thorr..

2022-09-03

0

Nuranita

Nuranita

penulisx ga trima nih sama rencanax arka😅😅😅😅😅😅😅😅

2022-07-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!