Tak Terduga

Vira terbangun saat matahari sudah meninggi. Sendirian tanpa kehadiran Arka. Pakaiannya pun sudah terganti dan kondisi kamar sudah bersih dan rapih. Status Vira pun berubah dalam semalam.

Gadis. Ah, tidak bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi wanita. Vira termenung menatap kosong, pandangannya memburam karena air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Selain tubuh, hatinya juga remuk. Tak ada yang bisa Vira perbuat. Sekarang ia harus bagaimana setelah harta berharga miliknya telah direnggut secara paksa. Meskipun pria yang telah mengambil berstatus sebagai suaminya. Namun, pernikahan mereka bukanlah pernikahan seperti umumnya.

Ceklek

Pintu terdorong dan masuk seorang perempuan paruh baya dengan pakaian yang bisa disebut sebagai asisten rumah tangga.

Vira segera menghapus air matanya. Ia tidak ingin ada yang mengetahui bahwa Vira sedang menangisi nasib dirinya. Setelah dinikmati, ia ditinggalkan seorang diri tanpa penjelasan.

"Oh, nona sudah bangun. Saya hanya mengantarkan barang yang dikirim oleh ibu nona." Dia mendorong masuk sebuah koper dan meletakkannya di samping lemari.

"Emm...." Vira bingung harus memanggil apa pada perempuan paruh baya itu.

"Saya Bi Murni, Non. Salah satu asisten rumah tangga. Nona bisa panggil saya bibi." Vira mengangguk pelan.

"Di mana Arka?"

"Den Arka gak ada di rumah sejak pagi. Di jam seperti ini tidak ada yang berada di rumah. Hanya tuan besar, beliau ada di kamarnya."

"Tuan besar?"

"Ahh maksud saya kakek Den Arka."

Mereka turun bersama menuju dapur. Vira perlu memakan sesuatu untuk mengisi perutnya yang kosong. Vira meminta bantuan Bi Murni karena dirinya belum mengetahui tata letak rumah besar itu.

Vira tidak berada di meja makan melainkan di meja pantry. Pastilah sungkan jika berada di meja makan yang besar itu sendirian sehingga Vira memutuskan untuk berada di meja pantry saja. Bi Murni menyodorkan piring berisi makanan untuk Vira. Berbalik untuk mengambil air minum.

Vira berterima kasih dengan menarik sudut bibirnya ke atas. Entah Vira kelaparan atau masakannya yang enak, dia makan dengan begitu lahap tapi tenang. Bi Murni pun pamit undur diri untuk melanjutkan pekerjaan.

Tidak butuh waktu lama untuk Vira menghabiskan makanan. Menyalakan kran air untuk mencuci peralatan yang digunakan.

"Bi, aku minta soda," teriak seseorang memasuki dapur. Vira berbalik melihatnya.

"Killa!?"

"Bu Vira!?"

Bersamaan mereka memanggil satu sama lain dengan keterkejutan yang sama. Saling menatap seakan tidak percaya.

"Apa yang kamu lakukan di sini."

"Bu Vira sendiri ngapain di rumah saya."

"Rumah kamu?" Killa mengangguk.

"Ngapain Bu Vira di sini. Saya gak bikin ulah apapun di sekolah," sinisnya berjalan membuka kulkas. Mengambil botol dari sana, lalu menuangkan pada gelas kaca.

"Kamu adik dari Arka." Killa menengok menatap Vira hanya sebentar.

"Ibu kenal sama kakak saya." Vira meneguk air.

"Aku istrinya."

Uhuk....

Killa tersedak air minumnya sendiri. Ia menepuk dadanya yang terasa sesak karena tidak bisa bernafas. Vira dibuat kebingungan dengan tingkah Killa. Jika Killa adik Arka seharusnya Killa tahu siapa yang akan menjadi kakak iparnya tapi sepertinya Killa tidak mengetahui apapun.

"Uhuk Ibu bilang apa. Istri? Istri Kak Arka?"

"Haha halumu terlalu tinggi, Bu." Killa meremehkan. Baru selangkah gadis SMP itu hendak pergi. Dia berbalik membelalakkan mata dengan menutup mulut.

"Ibu beneran nikah sama kakak saya?" tanyanya tak percaya.

"Iya."

"Astaga jadi perempuan yang Mama sebut-sebut itu Bu Vira, tapi bagaimana mungkin." Killa bicara sendiri melangkah menjauh dari Vira. Dia bergumam sendiri tanpa tahu apa yang dibicarakannya.

Killa memang tidak hadir dalam pernikahan kakaknya. Ia juga tidak tahu siapa yang akan menjadi kakak iparnya dan begitu terkejutnya mengetahui siapa kakak iparnya.

Kepergian Killa membuat Vira terpaku karena ia tidak pernah melihat sifat lain dari anak didiknya itu. Vira tidak pernah menyangka Killa bisa bersikap lain, ia kira Killa hanya gadis introvert yang tidak suka bergaul bahkan bicaranya sedikit. Siapa sangka gadis itu berubah saat di rumah. Cerewet dan cenderung konyol.

Waktu berjalan begitu cepat tanpa terasa matahari sudah kembali keperaduan. Menenggelamkan cahaya terang dan sebagai gantinya langit malam berhias bintang bertaburan.

Faras dan Lydia sudah berada di rumah. Killa lebih memilih mengurung diri dalam kamar sedangkan Vira membantu di dapur. Wanita itu tidak tahu harus berbuat apa. Dalam rumah sebesar itu semua tugas sudah dimiliki para pelayan.

Setelah semua sudah siap dan satu persatu anggota keluarga berdatangan kecuali Arka. Pria itu belum juga kembali. Dari raut wajah Faras dan Lydia tidak ada kecemasan. Killa bahkan bersikap dingin lagi. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga ini.

"Antarkan makanan ke kamar ayah. Minta dia untuk tidak melewatkan makan malam dan juga obatnya," ucap Faras pada pelayan di belakangnya.

"Emm boleh aku saja yang mengantarkan makan malam," tawar Vira.

Semua orang termasuk pelayan menatap Vira. Mereka tercengang atas ucapan Vira. Para pelayan segera menunduk ketika mendapat lirikan nyonya mereka.

"Tidak perlu menarik perhatian ayah dia tidak akan menerima orang baru dengan mudah." Lydia berkata.

"Duduk saja, Nak. Biar mereka yang mengurusnya." Faras juga ikut bersuara.

"Menurut dan makan saja, Bu. Tidak akan ada yang mendengarmu," komentar Killa.

Kenapa Vira merasa jika semua orang melarangnya untuk menemui kakek. Adakah hal serius yang coba mereka sembunyikan atau mereka sungguh tidak ingin Vira mencoba berhubungan dengan kakek.

"Kenapa kamu memanggil kakak iparmu dengan panggilan itu," kata Faras.

"Dia guruku," singkat Killa

"Dunia memang sempit. Ditemukan dalam situasi yang tidak terduga." Meski pelan mereka dapat mendengar apa yang Lydia katakan.

"Baguslah sekarang ada yang bisa mendampingimu belajar. Papa harap nilaimu tidak akan lebih baik dari sebelumnya."

"Aku sudah selesai, terima kasih." Killa bangkit pergi dari meja makan. Tidak mendengarkan ucapan Faras yang memintanya untuk kembali duduk.

"Biarkan saja, dia sudah biasa seperti itu." Lydia menengahi. Tetap melanjutkan makan malamnya seakan pemandangan tadi sudah sering dilihat.

Selesai makan malam Faras lebih dulu meninggalkan meja makan. Vira membantu membereskan peralatan makan.

"Hei, dengar ini. Saya masih belum menerimamu sebagai menantu. Putraku mencintai kakakmu dan kamu harus sadar diri. Di mana tempatmu seharusnya berada." Perkataan Lydia begitu telak menghantam ulu hati. Sekarang bertambah lagi orang yang membenci Vira.

Perkataan yang diucapkan selama beberapa detik itu bisa diingat bermenit-menit, berjam-jam bahkan berhari-hari. Terkadang perkataan yang menyakitkan akan lama dikenang dan bisa saja tidak akan terlupakan.

Vira keluar kamar mandi bertepatan dengan Arka yang masuk kamar. Arka melewati Vira begitu saja seolah tidak menganggap Vira ada di sana.

"Mau aku siapkan air untuk mandi." Tak ada jawaban dari Arka. Pria itu diam melepas jas dan melemparnya asal.

Rasanya canggung karena Vira harus bersikap layaknya seorang istri sungguhan, sedangkan pada nyatanya ia bukan istri yang diharapkan.

"Kau sudah makan, mau aku siapkan makan malam." Vira seperti bicara dengan patung bergerak.

"Teh atau kopi." Vira masih belum menyerah.

Arka terusik dia mendekati Vira. Mengangkat dagu wanita itu dengan ibu jarinya sehingga pandangan mereka bertemu. Bukan saling pandang dengan penuh cinta melainkan kebencian yang terpancar jelas dari mata Arka.

"Hanya karna aku menyentuhmu semalam bukan berarti aku menerimamu sebagai istri. Selamanya aku tidak akan menganggap mu sebagai istri." Arka mendorong Vira hingga mundur beberapa langkah.

Vira tak bergeming dari tempatnya. Menatap lurus ke depan. Hatinya gundah dan tidak tahu harus berbuat apa. Dibenci suami sendiri tidak pernah terbayang di benak Vira, tapi sekarang semua terjadi.

Beban di hatinya semakin bertambah. Dari awal ia memang sudah salah mengambil langkah. Alih-alih pergi dengan ringan kaki justru ia terpaku menerima keputusan yang menghancurkan hidupnya. Berniat menyelamatkan kedua orang tuanya dari rasa malu dan tuntutan hukum Vira berakhir tragis dengan menjadi istri Arka.

Vira ingin melupakan, memulai lembaran kehidupan baru, tapi ternyata lembaran itu sudah kotor sebelum Vira memulai kisahnya. Selama ini ia sudah sering menyerah tanpa berjuang. Apa Vira akan melakukan hal yang sama pada pernikahannya. Dulu ia berkomitmen menikah sekali seumur hidup dan menghabiskan usianya bersama pria yang menjadi suaminya. Namun, pernikahannya terjadi tanpa rencana dengan pria yang tidak menyukainya.

***

Happy reading

Yang masih setia menunggu angkat kaki sembunyi tangan 😂🤣

Salam sayang dari aku.

Terpopuler

Comments

Rini

Rini

Prgi aja vira ngapain d rumh setan

2023-12-29

0

Arik Kristinawati

Arik Kristinawati

pergi kdesa yg kmu jdi guru vira....persetan dg suami gila n mertua prmpusn gila tu....sma2 wnita tpi gk tau bgmn seandainys tjdi ma ank prmpuannya...

2023-03-13

0

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

🥺🥺🥺🥺
miris banget...
kasihan Vira

2022-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!